Agar Lahir Pandita Profesional
“Jumlah pandita di luar Bali tidak mencukupi sehingga kita perlu membuat workshop ini untuk mematangkan calon pandita” (Ketua panitia workshop, Ir Putu Maharta Arijadnja)
23 Calon Pandita dari Luar Bali Ikuti Workshop
DENPASAR, NusaBali
Sebanyak 23 orang calon pandita dari luar Bali mengikuti workshop kepanditaan yang diselenggarakan Yayasan Dharma Pinandita di Gedung PHDI Bali, 5-18 November 2018. Workshop ini digelar dengan menghadirkan sebanyak 18 pembimbing (nabe) untuk menghasilkan pandita yang berintegritas, profesional, punya moral yang tangguh serta mengetahui filsafat Hindu.
Ketua panitia workshop, Ir Putu Maharta Arijadnja menjelaskan, calon pandita dari luar Bali berasal dari berbagai daerah, di antaranya Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatera. Dilakukannya workshop ini karena merupakan tuntutan umat yang berada di luar Bali, dimana jumlah pandita di luar Bali sangatlah minim. “Jumlah pandita di luar Bali tidak mencukupi sehingga kita perlu membuat workshop ini untuk mematangkan calon pandita,” katanya.
Dipilihnya Bali lantaran narasumber yang dicari cukup lengkap. Karena keterbatasan sumber daya manusia di luar Bali, maka pihaknya berpikir untuk melakukan workshop ini sekaligus di Bali. “Kami laksanakan di Bali karena pemateri semuanya ada di Bali. Jadi lebih efektif dan efesien kalau pesertanya kita bawa ke Bali,” katanya.
Pihaknya berharap ini bisa menjadi suatu contoh yang baik agar calon-calon pandita ke depan harus mendapatkan pelatihan dulu, baru menjadi pandita. Bahkan, kata dia, usai pelatihan calon pandita akan mendapatkan sertifikat workshop. “Pelatihan ini adalah pelatihan resmi. Jadi mereka akan kami berikan sertifikat, yang akan ditandatangani oleh Bimas Hindu, PHDI Pusat, PSN (Pinandita Sanggaraha Nusantara), dan Dharma Adhyaksa. Dengan sertifikat ini, maka calon pandita betul-betul berkompeten,” katanya.
Diharapkan, pandita yang dicetak nantinya bisa membawa kesejukan kepada umat. Saat nyurya sewana suara gentanya membuat adem, dan memiliki taksu. Lantaran pelaksanaan agama harus diimbangi dengan tattwa maupun sradha dengan menyeimbangi dengan keadaan yang ada. Baik menggunakan seni, budaya dan tradisinya agar gampang diterima dan dipahami di masyarakat. Selain program itu, kedepan pihaknya akan memperjuangkan agar setiap pandita yang meninggal dunia diberikan santunan. Selanjutnya keberadaan pandita benar-benar diperhatikan oleh masing-masing pemerintah daerah.
Sementara Ketua Umum Pengurus Harian PHDI Pusat Mayjen TNI Purn Wisnu Bawa Tenaya mengapresiasi pelaksanaan workshop itu sebagai langkah menciptakan pandita yang profesional. Mengingat sumber daya manusia saat ini perlu disiapkan melalui pendidikan karakter, begitu juga dengan calon pandita. Sudah seharusnya yang berkualitas, dan berwawasan keagamaan yang baik. “Melalui kegiatan ini kita harapkan sebagai wadah introspeksi diri, agar pandita tidak ada yang salah tindakan dan salah ucap kepada umat,” ucapnya.
Mantan Pangdam IX/Udayana tersebut juga mengingatkan, agar sebagai umat jangan hanya terlalu sibuk dengan perbedaan soroh. Seharusnya sibuk dengan melakukan penambahan ilmu pengetahuan dan filsafat agama. Bahkan ke depan, perekonomian juga harus didorong. “Selain pandita, kita juga akan dorong pada bidang perekonomian. Yaitu dengan menata koperasi Hindu yang bertujuan untuk memajukan rotasi keuangan umat,” tandasnya. *ind
DENPASAR, NusaBali
Sebanyak 23 orang calon pandita dari luar Bali mengikuti workshop kepanditaan yang diselenggarakan Yayasan Dharma Pinandita di Gedung PHDI Bali, 5-18 November 2018. Workshop ini digelar dengan menghadirkan sebanyak 18 pembimbing (nabe) untuk menghasilkan pandita yang berintegritas, profesional, punya moral yang tangguh serta mengetahui filsafat Hindu.
Ketua panitia workshop, Ir Putu Maharta Arijadnja menjelaskan, calon pandita dari luar Bali berasal dari berbagai daerah, di antaranya Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatera. Dilakukannya workshop ini karena merupakan tuntutan umat yang berada di luar Bali, dimana jumlah pandita di luar Bali sangatlah minim. “Jumlah pandita di luar Bali tidak mencukupi sehingga kita perlu membuat workshop ini untuk mematangkan calon pandita,” katanya.
Dipilihnya Bali lantaran narasumber yang dicari cukup lengkap. Karena keterbatasan sumber daya manusia di luar Bali, maka pihaknya berpikir untuk melakukan workshop ini sekaligus di Bali. “Kami laksanakan di Bali karena pemateri semuanya ada di Bali. Jadi lebih efektif dan efesien kalau pesertanya kita bawa ke Bali,” katanya.
Pihaknya berharap ini bisa menjadi suatu contoh yang baik agar calon-calon pandita ke depan harus mendapatkan pelatihan dulu, baru menjadi pandita. Bahkan, kata dia, usai pelatihan calon pandita akan mendapatkan sertifikat workshop. “Pelatihan ini adalah pelatihan resmi. Jadi mereka akan kami berikan sertifikat, yang akan ditandatangani oleh Bimas Hindu, PHDI Pusat, PSN (Pinandita Sanggaraha Nusantara), dan Dharma Adhyaksa. Dengan sertifikat ini, maka calon pandita betul-betul berkompeten,” katanya.
Diharapkan, pandita yang dicetak nantinya bisa membawa kesejukan kepada umat. Saat nyurya sewana suara gentanya membuat adem, dan memiliki taksu. Lantaran pelaksanaan agama harus diimbangi dengan tattwa maupun sradha dengan menyeimbangi dengan keadaan yang ada. Baik menggunakan seni, budaya dan tradisinya agar gampang diterima dan dipahami di masyarakat. Selain program itu, kedepan pihaknya akan memperjuangkan agar setiap pandita yang meninggal dunia diberikan santunan. Selanjutnya keberadaan pandita benar-benar diperhatikan oleh masing-masing pemerintah daerah.
Sementara Ketua Umum Pengurus Harian PHDI Pusat Mayjen TNI Purn Wisnu Bawa Tenaya mengapresiasi pelaksanaan workshop itu sebagai langkah menciptakan pandita yang profesional. Mengingat sumber daya manusia saat ini perlu disiapkan melalui pendidikan karakter, begitu juga dengan calon pandita. Sudah seharusnya yang berkualitas, dan berwawasan keagamaan yang baik. “Melalui kegiatan ini kita harapkan sebagai wadah introspeksi diri, agar pandita tidak ada yang salah tindakan dan salah ucap kepada umat,” ucapnya.
Mantan Pangdam IX/Udayana tersebut juga mengingatkan, agar sebagai umat jangan hanya terlalu sibuk dengan perbedaan soroh. Seharusnya sibuk dengan melakukan penambahan ilmu pengetahuan dan filsafat agama. Bahkan ke depan, perekonomian juga harus didorong. “Selain pandita, kita juga akan dorong pada bidang perekonomian. Yaitu dengan menata koperasi Hindu yang bertujuan untuk memajukan rotasi keuangan umat,” tandasnya. *ind
1
Komentar