Rombongan Mahasiswa UNS Surakarta ’Tersesat’
Tujuan ke Museum Pustaka Lontar Diantar ke Gedong Kirtya
AMLAPURA, NusaBali
Rombongan mahasiswa Diploma III Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta sempat tersesat sebelum melaksanakan KKL (Kuliah Kerja Lapangan) di Museum Pustaka Lontar, Banjar Dukuh Bukit Ngandang, Desa Pakraman Dukuh Penaban, Kelurahan/Kecamatan Karangasem, Selasa (6/11) sore. UNS melayangkan surat ke pengelola Museum Pustaka Lontar, namun travel mengantar ke Museum Gedong Kirtya Singaraja.
Rombongan mahasiswa UNS diterima Bendesa Pakraman Dukuh Penaban Jro Nengah Suarya didampingi Sekretaris I Nengah Sudana Wirawan. Imbas salah tujuan, waktu belajar para mahasiswa ini terpangkas. Rombongan beranggotakan 30 mahasiswa itu dikoordinasikan dosen Rimb Studi Tri Achmadi. Mahasiswa terkesan dengan museum Pustaka Lontar. Selama ini yang mereka ketahui museum dikelola pemerintah dengan memajang benda-benda bersejarah. Kali ini menemukan museum selain memajang koleksi lontar bersejarah juga ada aktivitas mengkonservasi lontar, merawat, tata cara menulis di daun lontar, dan membaca aksara Bali di daun lontar.
Rombongan mahasiswa juga menanyakan biaya membangun museum dan tata kelolanya. “Kami tertarik dan terkesan dengan Museum Pustaka Lontar, ada pelestarian, penyelamatan dan pembelajaran. Sayang sekali, waktu kami sangat singkat,” jelas Rimb Studi Tri Achmadi. Selama rombongan di Museum Pustaka Lontar mereka dapat kuliah umum dari pemerhati lontar, Ida I Dewa Gde Catra, memulai dari menyiapkan daun lontar, hingga cara menulis, merawat lontar, mengkonservasi, dan membacanya. “Daun lontar usai ditulis menggunakan pisau khusus, belum bisa langsung dibaca, mesti diolesi kemiri yang telah dibakar. Sehingga tulisan kelihatan hitam dan jelas,” kata Ida I Dewa Gde Catra.
Bendesa Jro Nengah Surya mengaku siap membantu UNS Surakarta jika di kemudian hari datang lagi. “Kami tengah melakukan penataan, ini museum lain dari yang biasanya. Di sini bukan saja memajang koleksi lontar, juga bisa melakukan pembelajaran. Sebelumnya mahasiswa pascasarjana Universitas Melbourne Australia juga berkunjung melakukan workshop di sini,” jelas Jro Nengah Suarya. *k16
Rombongan mahasiswa Diploma III Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta sempat tersesat sebelum melaksanakan KKL (Kuliah Kerja Lapangan) di Museum Pustaka Lontar, Banjar Dukuh Bukit Ngandang, Desa Pakraman Dukuh Penaban, Kelurahan/Kecamatan Karangasem, Selasa (6/11) sore. UNS melayangkan surat ke pengelola Museum Pustaka Lontar, namun travel mengantar ke Museum Gedong Kirtya Singaraja.
Rombongan mahasiswa UNS diterima Bendesa Pakraman Dukuh Penaban Jro Nengah Suarya didampingi Sekretaris I Nengah Sudana Wirawan. Imbas salah tujuan, waktu belajar para mahasiswa ini terpangkas. Rombongan beranggotakan 30 mahasiswa itu dikoordinasikan dosen Rimb Studi Tri Achmadi. Mahasiswa terkesan dengan museum Pustaka Lontar. Selama ini yang mereka ketahui museum dikelola pemerintah dengan memajang benda-benda bersejarah. Kali ini menemukan museum selain memajang koleksi lontar bersejarah juga ada aktivitas mengkonservasi lontar, merawat, tata cara menulis di daun lontar, dan membaca aksara Bali di daun lontar.
Rombongan mahasiswa juga menanyakan biaya membangun museum dan tata kelolanya. “Kami tertarik dan terkesan dengan Museum Pustaka Lontar, ada pelestarian, penyelamatan dan pembelajaran. Sayang sekali, waktu kami sangat singkat,” jelas Rimb Studi Tri Achmadi. Selama rombongan di Museum Pustaka Lontar mereka dapat kuliah umum dari pemerhati lontar, Ida I Dewa Gde Catra, memulai dari menyiapkan daun lontar, hingga cara menulis, merawat lontar, mengkonservasi, dan membacanya. “Daun lontar usai ditulis menggunakan pisau khusus, belum bisa langsung dibaca, mesti diolesi kemiri yang telah dibakar. Sehingga tulisan kelihatan hitam dan jelas,” kata Ida I Dewa Gde Catra.
Bendesa Jro Nengah Surya mengaku siap membantu UNS Surakarta jika di kemudian hari datang lagi. “Kami tengah melakukan penataan, ini museum lain dari yang biasanya. Di sini bukan saja memajang koleksi lontar, juga bisa melakukan pembelajaran. Sebelumnya mahasiswa pascasarjana Universitas Melbourne Australia juga berkunjung melakukan workshop di sini,” jelas Jro Nengah Suarya. *k16
1
Komentar