Masih Langka, Harga Hingga Rp 200 Ribu Per Kilogram
Made Arnaja pemilik Rama Sitha Farm di Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, menanam 200 pohon buah naga kuning dan 50 pohon buah naga oranye.
Petani Buleleng Kembangkan Buah Naga Kuning dan Oranye
SINGARAJA, NusaBali
Made Arnaja, pemilik objek agrowisata Rama Sitha Farm di Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, ini tak pernah berhenti berinovasi mengembangkan pertanian di daerahnya. Pria berperawakan tinggi yang mantan notaris ini kini sedang mengembangkan budidaya buah naga kuning dan oranye. Buah naga kuning dan oranye ini kini masih tergolong langka. Karenanya, harga jual buah naga kuning dan oranye masih di kisaran Rp 150.000 – Rp 200.000 per kilogram. Sementara harga jual buah naga merah dan putih yang banyak beredar di pasaran di kisaran Rp 20.000–Rp 25.000 per kilogram.
Arnaja yang pernah menyelenggarakan festival makan durian pada 4 Maret 2018 lalu ditemui di perkebunannya Rama Sitha Farm, Sabtu (10/11), mengatakan dia sebenarnya mulai menanam varietas buah naga kuning dan oranye pada 2016 lalu. Sebelumnya dia juga sudah membudidayakan buah naga varietas merah dan putih.
“Pengembangan dan penanaman varietas yang kuning dan oranye ini sudah sejak dua tahun lalu. Coba ditanam di sini ternyata cocok juga, selain buah naga merah dan putih. Di Bali buah naga kuning dan oranye masih langka, tetapi kalau di kota-kota besar dan luar negeri sudah banyak dijual di supermarket,” ungkapnya.
Arnaja menyampaikan, bibit buah naga kuning dan oranye didapat dari Jawa. “Saya dulu beli cuma 4 (empat) pohon. Bibitnya kalau gak salah, satu batang pohon saya beli Rp 20 ribu. Memang lebih mahal, kalau yang buah naga merah dan putih bibitnya Rp 10 ribu hingga Rp 12 ribu per batang, itu sudah mahal,” imbuhnya.
Menurutnya, buah naga merah, kulit dan isinya berwarna merah. Buah naga putih, kulitnya merah daging buahnya warna putih. Sementara buah naga kuning daging buahnya warna putih. Sedangkan buah naga oranye, daging buahnya berwarna merah.
Buah naga kuning dan oranye ini disebutnya tak hanya unggul dalam harga, tetapi juga dari segi rasa dan kepadatan isi. “Teksturnya lebih padat dan lebih manis dibandingkan dengan yang merah dan putih,” imbuhnya.
Dari segi ukuran, buah naga kuning dan oranye lebih kecil dibandingkan dengan buah naga merah dan putih. Satu buah maksimal hanya seberat 200 gram.
Di perkebunannya yang dinamai Rama Sitha Farm itu Arnaja mengembangkan lebih dari 200 pohon buah naga kuning dan 50 pohon buah naga oranye. Seluruh budidaya buah-buahannya menggunakan pupuk organik, dengan tujuan menghasilkan buah sehat untuk masyarakat.
Kini di panen pertamanya, buah naga kuning sudah menghasilkan sekitar 150 kilogram, dari estimasi hasil panen sekitar setengah ton atau 500 kilogram.
Buah naga kuning ini meski harganya mahal, namun banyak diburu masyarakat. Bahkan saat ini Arjana masih kewalahan memenuhi permintaan konsumen. “Kemarin habis di sini saja, sebelum panen sudah ada yang pesan. Temen dari luar Bali juga sempat mau beli tapi belum bisa kami penuhi,” tuturnya.
Sementara itu, mengenai festival makan durian yang digelar Rama Sitha Farm pada 4 Maret 2018 lalu, bertujuan mengangkat potensi sumberdaya alam dan agrowisata setempat.
"Kami menggelar festival makan duren untuk memperkenalkan potensi Desa Tajun sebagai salah satu desa penghasil buah durian di Buleleng, sekaligus mengangkat potensi wisata agro,” kata Made Arnaja.
Dia menjelaskan Kabupaten Buleleng memiliki potensi perkebunan dan pertanian yang melimpah, karena kontur georafis dengan pegunungan yang luas membuat banyak varietas buah bisa tumbuh, seperti strawbery di Desa Pancasari, dan anggur di Desa Dencarik dan Desa Gerokgak.
Yang juga potensi menarik adalah buah durian di wilayah yang tinggi daerahnya sekitar 600 meter di atas permukaan laut (mdpl), di antaranya Desa Gitgit, Desa Bestala, dan Desa Tajun.
“Melimpahnya hasil perkebunan buah di Buleleng berdampak banyak terhadap perekonomian dan pariwisata. Potensi yang ada harus dapat dimanfaatkan dengan baik,” katanya.
Menurut dia, salah satu cara untuk menggaungkan Kabupaten Buleleng sebagai sentra buah-buahan di Bali dapat dilakukan dengan cara menggelar acara yang terfokus terhadap pertanian dan perkebunan, sehingga berdampak langsung terhadap para petani selaku konsumen dan masyarakat selaku distributor dan konsumen. *k23
SINGARAJA, NusaBali
Made Arnaja, pemilik objek agrowisata Rama Sitha Farm di Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, ini tak pernah berhenti berinovasi mengembangkan pertanian di daerahnya. Pria berperawakan tinggi yang mantan notaris ini kini sedang mengembangkan budidaya buah naga kuning dan oranye. Buah naga kuning dan oranye ini kini masih tergolong langka. Karenanya, harga jual buah naga kuning dan oranye masih di kisaran Rp 150.000 – Rp 200.000 per kilogram. Sementara harga jual buah naga merah dan putih yang banyak beredar di pasaran di kisaran Rp 20.000–Rp 25.000 per kilogram.
Arnaja yang pernah menyelenggarakan festival makan durian pada 4 Maret 2018 lalu ditemui di perkebunannya Rama Sitha Farm, Sabtu (10/11), mengatakan dia sebenarnya mulai menanam varietas buah naga kuning dan oranye pada 2016 lalu. Sebelumnya dia juga sudah membudidayakan buah naga varietas merah dan putih.
“Pengembangan dan penanaman varietas yang kuning dan oranye ini sudah sejak dua tahun lalu. Coba ditanam di sini ternyata cocok juga, selain buah naga merah dan putih. Di Bali buah naga kuning dan oranye masih langka, tetapi kalau di kota-kota besar dan luar negeri sudah banyak dijual di supermarket,” ungkapnya.
Arnaja menyampaikan, bibit buah naga kuning dan oranye didapat dari Jawa. “Saya dulu beli cuma 4 (empat) pohon. Bibitnya kalau gak salah, satu batang pohon saya beli Rp 20 ribu. Memang lebih mahal, kalau yang buah naga merah dan putih bibitnya Rp 10 ribu hingga Rp 12 ribu per batang, itu sudah mahal,” imbuhnya.
Menurutnya, buah naga merah, kulit dan isinya berwarna merah. Buah naga putih, kulitnya merah daging buahnya warna putih. Sementara buah naga kuning daging buahnya warna putih. Sedangkan buah naga oranye, daging buahnya berwarna merah.
Buah naga kuning dan oranye ini disebutnya tak hanya unggul dalam harga, tetapi juga dari segi rasa dan kepadatan isi. “Teksturnya lebih padat dan lebih manis dibandingkan dengan yang merah dan putih,” imbuhnya.
Dari segi ukuran, buah naga kuning dan oranye lebih kecil dibandingkan dengan buah naga merah dan putih. Satu buah maksimal hanya seberat 200 gram.
Di perkebunannya yang dinamai Rama Sitha Farm itu Arnaja mengembangkan lebih dari 200 pohon buah naga kuning dan 50 pohon buah naga oranye. Seluruh budidaya buah-buahannya menggunakan pupuk organik, dengan tujuan menghasilkan buah sehat untuk masyarakat.
Kini di panen pertamanya, buah naga kuning sudah menghasilkan sekitar 150 kilogram, dari estimasi hasil panen sekitar setengah ton atau 500 kilogram.
Buah naga kuning ini meski harganya mahal, namun banyak diburu masyarakat. Bahkan saat ini Arjana masih kewalahan memenuhi permintaan konsumen. “Kemarin habis di sini saja, sebelum panen sudah ada yang pesan. Temen dari luar Bali juga sempat mau beli tapi belum bisa kami penuhi,” tuturnya.
Sementara itu, mengenai festival makan durian yang digelar Rama Sitha Farm pada 4 Maret 2018 lalu, bertujuan mengangkat potensi sumberdaya alam dan agrowisata setempat.
"Kami menggelar festival makan duren untuk memperkenalkan potensi Desa Tajun sebagai salah satu desa penghasil buah durian di Buleleng, sekaligus mengangkat potensi wisata agro,” kata Made Arnaja.
Dia menjelaskan Kabupaten Buleleng memiliki potensi perkebunan dan pertanian yang melimpah, karena kontur georafis dengan pegunungan yang luas membuat banyak varietas buah bisa tumbuh, seperti strawbery di Desa Pancasari, dan anggur di Desa Dencarik dan Desa Gerokgak.
Yang juga potensi menarik adalah buah durian di wilayah yang tinggi daerahnya sekitar 600 meter di atas permukaan laut (mdpl), di antaranya Desa Gitgit, Desa Bestala, dan Desa Tajun.
“Melimpahnya hasil perkebunan buah di Buleleng berdampak banyak terhadap perekonomian dan pariwisata. Potensi yang ada harus dapat dimanfaatkan dengan baik,” katanya.
Menurut dia, salah satu cara untuk menggaungkan Kabupaten Buleleng sebagai sentra buah-buahan di Bali dapat dilakukan dengan cara menggelar acara yang terfokus terhadap pertanian dan perkebunan, sehingga berdampak langsung terhadap para petani selaku konsumen dan masyarakat selaku distributor dan konsumen. *k23
1
Komentar