Peserta Didik Diajak Berkebun, Masak, dan Tidur Siang di Sekolah
Tidak ada istilah juara di SD Saraswati Sukawati, karena setiap anak dianggap memiliki kemampuan masing-masing. Namun, 3 bulan sekali pihak sekolah memberikan ‘Saraswati Award’ bagi anak-anak yang mengalami kemajuan dalam kecerdasan sosial, fisik, spiritual, emosional, akademis
I Nyoman Intaran SPd, Kasek SD Saraswati Sukawati yang Terapkan Beragam Program Plus
GIANYAR, NusaBali
Kepala Sekolah (Kasek) SD Saraswati Sukawati, Gianyar, I Nyoman Intaran SPd, 49, termasuk tenaga pendidik yang inovatif. Di bawah kepemimpinannya, SD Saraswati Sukawati yang baru didirikan 15 Juli 2013 berkembang menjadi sekolah favorit yang diminati masyarakat. Peserta didik bukan hanya belajar, namun juga diajak berkebun, makan, dan tidur siang di sekolah.
Selain kurikulum dari pemerintah, SD Saraswati Sukawati juga menerapkan konsep full day school, dengan beragam pilihan program plus. Meski setingkat SD, peserta didik sudah biasa belajar bahasa Inggris, bercocok tanam, memasak, hingga menjadi wirausaha muda mandiri.
Menariknya, sekolah yang bernaung di bawah Yayasan Perguruan Rakyat Saraswati ini tidak menyiapkan kantin sekolah. Ini demi menjauhkan para murid dari makanan cepat saji, snack ringan dengan berbagai penyedap, dan perilaku konsumtif. Sebagai gantinya, para murid disediakan makanan sehat setiap hari tanpa MSG dan bahan penyedap lainnya.
“Kami di SD Saraswati Sukawati menyediakan makan siang. Tidak ada kantin sekolah, dengan harapan agar anak-anak tidak konsumtif,” jelas Kasek Nyoman Intaran saat ditemui NusaBali di sela-sela Lomba Aritmatika dan Mewarnai Tingkat SD se-Kabupaten Gianyar, Sabtu (10/11).
Nyoman Intaran menyebutkan, makanan sehat yang disajikan di sekolahnya, antara lain, nasi dengan lauk tempe, ayam, ikan, sayur mayur, dan buah. Makanan tersebut dimasak langsung di sekolah. “Jadi, sekolah menentukan makan siang, agar anak-anak terproteksi,” jelas guru asal Desa Abangsongan, Kecamatan Kintamani, Bangli lulusan FKIP Singaraja (kini Undiksha Singaraja) ini.
Untuk minuman, kata Intaran, pihaknya juga menekankan agar anak-anak sekolah hanya membawa air mineral. “Bukan teh ataupun minuman berwarna, bahkan bersoda. Kami anjurkan anak-anak hanya membawa air mineral saja,” katanya.
Berhubung jam sekolah panjang hingga siang pukul 14.30 Wita, kata Intaran, pihaknya juga mengajak para murid untuk istirahat tidur siang di sekolah, agar mereka lebih segar. Ada beberapa manfaat dari tidur siang untuk anak usia dini di sekolah dasar, yakni meningkatkan daya ingat, menjaga suasana hati, meningkatkan fungsi indra yang lebih optimal, mengurangi stres, hingga merangsang pertumbuhan. Biasanya, siswa SD Saraswati Sukawati diberikan waktu tidur siang di dalam kelas selama 15-20 menit.
Menurut Intaran, SD Saraswati Sukawati yang disebutnya sebagai ‘sekolah swasta nasional plus’ ini diupayakan agar menyenangkan untuk anak-anak, tempat tumbuh kembangnya peserta didik sehingga mereka benar-benar merasa aman, nyaman, dan bersahaja. Untuk mewujudkan itu, sekolah ini punya program plus yang dikombinasikan dengan kurikulum nasional.
Beberapa program plus SD Saraswati Sukawati, kata Intaran, dikerjasamakan dengan berbagai pihak, seperti volunteer (relawan) asing, greenbook, Yayasan Literasi Anak Indonesia, Ganesha Bookshop, Sekolah Dyatmika, dan Campuhan Collage. Program plus yang pertama adalah Out Door Learning (ODL), yakni kegiatan mengenal lingkungan sebagai wujud nyata pembelajaran kontekstual.
“Program ODL ini dilakukan 3 bulan sekali. Bertujuan untuk melatih kemampuan anak berkomunikasi dengan orang lain dan menumbuhkan rasa empati pada lingkungan sekitar,” jelas Intaran.
Program plus lainnya adalah Cooking Class, salah satu bentuk pembelajaran kewirausahaan (entrepreneurship). Dalam Cooking Class ini, para murid berlatih keterampilan mulai dari mempersiapkan jenis masakan yang akan dimasak, bahan-bahan yang dibutuhkan, bagaimana cara memasaknya, hingga berapa lama waktu memasaknya. Program ini termasuk juga untuk memahami peralatan dapur yang berbahaya jika dipergunakan sembarangan. “Peserta didik dalam melaksanakan tugasnya semua di bawah bimbingan guru. Program Cooking Class ini dilaksanakan setiap tiga bulan sekali,” papar Intaran.
Untuk melatih rasa percaya diri, peserta didik di SD Saraswati Sukawati mengikuti program plus yang disebut Class Performance. “Anak-anak dilatih untuk berani tampil di panggung dan belajar berkomunikasi dengan audience,” katanya.
Yang tak kalah menarik, seluruh peserta didik di SD Saraswati Sukawati yang berjumlah 127 siswa mulai dari Kelas I sampai Kelas VI setiap hari mendapatkan mata pelajaran Bahasa Inggris. Dasar pertimbangannya, Bali sebagai destinasi wisata hingga menuntut warganya untuk fasih berbahasa Inggris sebagai bahasa internasional. “Menggunakan metode TPR (total physical response). Peserta didik mendengarkan instruksi dari penutur asli, kemudian anak-anak melakukan sesuatu sesuai instruksi,” beber Intaran.
Program lainnya yang juga penting yakni aktivitas berenang. Anak-anak SD Saraswati Sukawati diajarkan dasar-dasar renang. Selain sebagai olahraga fisik, renang bermanfaat pula untuk mengenali potensi.
Selain itu, ada juga program Kelas Inspirasi, yakni kegiatan pembelajaran dimulai setiap hari Senin, yang diawali dengan kegiatan yang berkaitan dengan berbagai profesi. “Kami akan mengundang masyarakat yang mau menjadi relawan untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan anak-anak, misalnya seniman, dokter, dan polisi.”
Sedangkan untuk pelestarian lingkungan, para siswa setempat diajak memberdayakan sampah dan mengurangi penggunaan plastik. Para murid tidak boleh membawa makanan yang terbungkus plastik. “Jika mereka membawa snack, kami sarankan untuk membawa makanan yang sehat seperti buah, roti, maupun telor. Makanan harus ada tempatnya (kombo). Sampah sekolah kami pilah terdiri dari sampah organik dan non organik. Sehingga akhirnya akan muncul sebuah kesadaran bahwa sampah bukan masalah, tapi peluang,” tandas guru kelahiran Bangli, 15 September 1969 ini.
Bukan hanya itu, anak-anak SD Saraswati Sukawati juga diajak menata dan memelihara tanaman di lingkungan sekolah. Kegiatan ini dimulai dari pembibitan, pemeliharaan, penyiraman, pemupukan yang selalu di prakarsai oleh anak-anak, hingga akhirnya proses penjualan.
Menurut Intaran, tidak ada penentuan juara di sekolahnya. Setiap anak dianggap memiliki kemampuan masing-masing. “Kami melihat semua anak miliki keunikan kemampuan, mereka punya potensi masing-masing, kami anggap semua anak cerdas,” terangnya.
Meski demikian, setiap 3 bulan sekali pihak sekolah memberikan penghargaan ‘Saraswati Award’ bagi anak-anak yang mengalami kemajuan dalam kecerdasan sosial, fisik, spiritual, emosional, dan akademis. “Bentuknya berupa piagam, bukan juara,” tegas ayah dua anak dari pernikahannya dengan Ni Wayan Bik Suryani ini.
terangnya. Murid dari Kelas I sampai Kelas IV didampingi masing-masing 2 orang guru. Jadi, jika ada anak yang kurang fokus, salah satu guru akan mendampinginya lebih intensif.
Untuk menjaga konsentrasi siswa, kata Intaran, per kelas atau rombongan belajar hanya dibatasi maksimal 26 murid. Dengan metoda yang diterapkannya tersebut, antusias masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di SD Saraswati Sukawati cukup tinggi. Bahkan, sebelum dibuka pendaftaran, sudah ada 29 orangtua yang waiting listkan anak-anak mereka. “Kami tidak ada sistem seleksi, kami terima siapa saja. Tapi, jika sudah penuh, mau bagaimana lagi? Ini untuk kepentingan anak didik itu sendiri,” katanya. *nvi
GIANYAR, NusaBali
Kepala Sekolah (Kasek) SD Saraswati Sukawati, Gianyar, I Nyoman Intaran SPd, 49, termasuk tenaga pendidik yang inovatif. Di bawah kepemimpinannya, SD Saraswati Sukawati yang baru didirikan 15 Juli 2013 berkembang menjadi sekolah favorit yang diminati masyarakat. Peserta didik bukan hanya belajar, namun juga diajak berkebun, makan, dan tidur siang di sekolah.
Selain kurikulum dari pemerintah, SD Saraswati Sukawati juga menerapkan konsep full day school, dengan beragam pilihan program plus. Meski setingkat SD, peserta didik sudah biasa belajar bahasa Inggris, bercocok tanam, memasak, hingga menjadi wirausaha muda mandiri.
Menariknya, sekolah yang bernaung di bawah Yayasan Perguruan Rakyat Saraswati ini tidak menyiapkan kantin sekolah. Ini demi menjauhkan para murid dari makanan cepat saji, snack ringan dengan berbagai penyedap, dan perilaku konsumtif. Sebagai gantinya, para murid disediakan makanan sehat setiap hari tanpa MSG dan bahan penyedap lainnya.
“Kami di SD Saraswati Sukawati menyediakan makan siang. Tidak ada kantin sekolah, dengan harapan agar anak-anak tidak konsumtif,” jelas Kasek Nyoman Intaran saat ditemui NusaBali di sela-sela Lomba Aritmatika dan Mewarnai Tingkat SD se-Kabupaten Gianyar, Sabtu (10/11).
Nyoman Intaran menyebutkan, makanan sehat yang disajikan di sekolahnya, antara lain, nasi dengan lauk tempe, ayam, ikan, sayur mayur, dan buah. Makanan tersebut dimasak langsung di sekolah. “Jadi, sekolah menentukan makan siang, agar anak-anak terproteksi,” jelas guru asal Desa Abangsongan, Kecamatan Kintamani, Bangli lulusan FKIP Singaraja (kini Undiksha Singaraja) ini.
Untuk minuman, kata Intaran, pihaknya juga menekankan agar anak-anak sekolah hanya membawa air mineral. “Bukan teh ataupun minuman berwarna, bahkan bersoda. Kami anjurkan anak-anak hanya membawa air mineral saja,” katanya.
Berhubung jam sekolah panjang hingga siang pukul 14.30 Wita, kata Intaran, pihaknya juga mengajak para murid untuk istirahat tidur siang di sekolah, agar mereka lebih segar. Ada beberapa manfaat dari tidur siang untuk anak usia dini di sekolah dasar, yakni meningkatkan daya ingat, menjaga suasana hati, meningkatkan fungsi indra yang lebih optimal, mengurangi stres, hingga merangsang pertumbuhan. Biasanya, siswa SD Saraswati Sukawati diberikan waktu tidur siang di dalam kelas selama 15-20 menit.
Menurut Intaran, SD Saraswati Sukawati yang disebutnya sebagai ‘sekolah swasta nasional plus’ ini diupayakan agar menyenangkan untuk anak-anak, tempat tumbuh kembangnya peserta didik sehingga mereka benar-benar merasa aman, nyaman, dan bersahaja. Untuk mewujudkan itu, sekolah ini punya program plus yang dikombinasikan dengan kurikulum nasional.
Beberapa program plus SD Saraswati Sukawati, kata Intaran, dikerjasamakan dengan berbagai pihak, seperti volunteer (relawan) asing, greenbook, Yayasan Literasi Anak Indonesia, Ganesha Bookshop, Sekolah Dyatmika, dan Campuhan Collage. Program plus yang pertama adalah Out Door Learning (ODL), yakni kegiatan mengenal lingkungan sebagai wujud nyata pembelajaran kontekstual.
“Program ODL ini dilakukan 3 bulan sekali. Bertujuan untuk melatih kemampuan anak berkomunikasi dengan orang lain dan menumbuhkan rasa empati pada lingkungan sekitar,” jelas Intaran.
Program plus lainnya adalah Cooking Class, salah satu bentuk pembelajaran kewirausahaan (entrepreneurship). Dalam Cooking Class ini, para murid berlatih keterampilan mulai dari mempersiapkan jenis masakan yang akan dimasak, bahan-bahan yang dibutuhkan, bagaimana cara memasaknya, hingga berapa lama waktu memasaknya. Program ini termasuk juga untuk memahami peralatan dapur yang berbahaya jika dipergunakan sembarangan. “Peserta didik dalam melaksanakan tugasnya semua di bawah bimbingan guru. Program Cooking Class ini dilaksanakan setiap tiga bulan sekali,” papar Intaran.
Untuk melatih rasa percaya diri, peserta didik di SD Saraswati Sukawati mengikuti program plus yang disebut Class Performance. “Anak-anak dilatih untuk berani tampil di panggung dan belajar berkomunikasi dengan audience,” katanya.
Yang tak kalah menarik, seluruh peserta didik di SD Saraswati Sukawati yang berjumlah 127 siswa mulai dari Kelas I sampai Kelas VI setiap hari mendapatkan mata pelajaran Bahasa Inggris. Dasar pertimbangannya, Bali sebagai destinasi wisata hingga menuntut warganya untuk fasih berbahasa Inggris sebagai bahasa internasional. “Menggunakan metode TPR (total physical response). Peserta didik mendengarkan instruksi dari penutur asli, kemudian anak-anak melakukan sesuatu sesuai instruksi,” beber Intaran.
Program lainnya yang juga penting yakni aktivitas berenang. Anak-anak SD Saraswati Sukawati diajarkan dasar-dasar renang. Selain sebagai olahraga fisik, renang bermanfaat pula untuk mengenali potensi.
Selain itu, ada juga program Kelas Inspirasi, yakni kegiatan pembelajaran dimulai setiap hari Senin, yang diawali dengan kegiatan yang berkaitan dengan berbagai profesi. “Kami akan mengundang masyarakat yang mau menjadi relawan untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan anak-anak, misalnya seniman, dokter, dan polisi.”
Sedangkan untuk pelestarian lingkungan, para siswa setempat diajak memberdayakan sampah dan mengurangi penggunaan plastik. Para murid tidak boleh membawa makanan yang terbungkus plastik. “Jika mereka membawa snack, kami sarankan untuk membawa makanan yang sehat seperti buah, roti, maupun telor. Makanan harus ada tempatnya (kombo). Sampah sekolah kami pilah terdiri dari sampah organik dan non organik. Sehingga akhirnya akan muncul sebuah kesadaran bahwa sampah bukan masalah, tapi peluang,” tandas guru kelahiran Bangli, 15 September 1969 ini.
Bukan hanya itu, anak-anak SD Saraswati Sukawati juga diajak menata dan memelihara tanaman di lingkungan sekolah. Kegiatan ini dimulai dari pembibitan, pemeliharaan, penyiraman, pemupukan yang selalu di prakarsai oleh anak-anak, hingga akhirnya proses penjualan.
Menurut Intaran, tidak ada penentuan juara di sekolahnya. Setiap anak dianggap memiliki kemampuan masing-masing. “Kami melihat semua anak miliki keunikan kemampuan, mereka punya potensi masing-masing, kami anggap semua anak cerdas,” terangnya.
Meski demikian, setiap 3 bulan sekali pihak sekolah memberikan penghargaan ‘Saraswati Award’ bagi anak-anak yang mengalami kemajuan dalam kecerdasan sosial, fisik, spiritual, emosional, dan akademis. “Bentuknya berupa piagam, bukan juara,” tegas ayah dua anak dari pernikahannya dengan Ni Wayan Bik Suryani ini.
terangnya. Murid dari Kelas I sampai Kelas IV didampingi masing-masing 2 orang guru. Jadi, jika ada anak yang kurang fokus, salah satu guru akan mendampinginya lebih intensif.
Untuk menjaga konsentrasi siswa, kata Intaran, per kelas atau rombongan belajar hanya dibatasi maksimal 26 murid. Dengan metoda yang diterapkannya tersebut, antusias masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di SD Saraswati Sukawati cukup tinggi. Bahkan, sebelum dibuka pendaftaran, sudah ada 29 orangtua yang waiting listkan anak-anak mereka. “Kami tidak ada sistem seleksi, kami terima siapa saja. Tapi, jika sudah penuh, mau bagaimana lagi? Ini untuk kepentingan anak didik itu sendiri,” katanya. *nvi
1
Komentar