Budidaya Talas Kuning untuk Bahan Non Beras
Setelah membuka demplot lahan talas kuning seluas satu hektare di Subak Legeha, Desa Bungkulan, Kecamatan Sawan, Buleleng tahun 2017 lalu, Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng kembali membuka demplot yangs ama di Subak Babakan Desa Sambangan, Kecamatan Sukasada.
SINGARAJA, NusaBali
Pengembangan varietas umbi-umbian tersebut dikatakan untuk mendukung peningkatan karbohidrat non beras. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, Nyoman Genep, Minggu (11/11) kemarin menjelaskan, peluang tani ubi talas kuning tersebut sangat menjanjikan. Selain pangsa pasarnya cukup besar, biaya produksi dan pemeliharaannya pun sangat mudah. Tanaman ubi talas kuning sudah dapat dipanen dalam waktu enam bulan.
Pemeliharaan tanamannya pun sangat mudah dan tidak memerlukan banyak air dan pupuk kimia. “Talas kuning ini bisa dijadikan bahan makanan kering dan basah sehingga pasarannya tidak ada kendala,” ungkapnya.
Ia mengatakan, pemilihan demplot varietas talas kuning karena petani talas di Kabupaten Buleleng sudah hampir punah. Ini menyebabkan ketersediaan pangan non beras di Kabupaten Buleleng jadi berkurang. Padahal, talas sangat bagus sebagai pengganti beras selain jagung dan singkong.
Mantan Kepada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) ini pun menilai jika talas mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Satu batang ubi talas kuning bisa laku di pasaran dengan harga Rp 4 ribu. Sedangkan di panen pertama demplot Subak Babakan di lahan 1 hektare, sudah memanen 200 kuintal talas kuning.
Selain itu bagian lainnya seperti pelepah daunnya banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan, obat maupun pembungkus. Daun, sisa umbi dan kulit umbi dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan ikan secara langsung maupun setelah difermentasi. Tanaman ini mempunyai keterkaitan dengan pemanfaatan lingkungan dan penghijauan karena mampu tumbuh di lahan yang agak berair sampai lahan kering. Dengan demikian, talas ini diyakini sangat cocok dengan kondisi geografis di Buleleng.
Sementara itu untuk mendukung program peningkatan karbohidrat non beras di Buleleng, Dinas Pertanian Buleleng tahun ini juga mengembangkan lahan pertanian jagung hibrida di Desa Tegallinggah, Kecamatan Sukasada, Buleleng. Bahkan demplot seluas satu hektar itu juga sudha memasuki masa panen. Selain membantu penyukseskan program pemerintah untuk mengurangi konsumsi beras yang tinggi di masyarakat melalui sejumlah tanaman karbohidrat non beras, pengembangan pertanian tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani di Buleleng. *k23
Pemeliharaan tanamannya pun sangat mudah dan tidak memerlukan banyak air dan pupuk kimia. “Talas kuning ini bisa dijadikan bahan makanan kering dan basah sehingga pasarannya tidak ada kendala,” ungkapnya.
Ia mengatakan, pemilihan demplot varietas talas kuning karena petani talas di Kabupaten Buleleng sudah hampir punah. Ini menyebabkan ketersediaan pangan non beras di Kabupaten Buleleng jadi berkurang. Padahal, talas sangat bagus sebagai pengganti beras selain jagung dan singkong.
Mantan Kepada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) ini pun menilai jika talas mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Satu batang ubi talas kuning bisa laku di pasaran dengan harga Rp 4 ribu. Sedangkan di panen pertama demplot Subak Babakan di lahan 1 hektare, sudah memanen 200 kuintal talas kuning.
Selain itu bagian lainnya seperti pelepah daunnya banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan, obat maupun pembungkus. Daun, sisa umbi dan kulit umbi dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan ikan secara langsung maupun setelah difermentasi. Tanaman ini mempunyai keterkaitan dengan pemanfaatan lingkungan dan penghijauan karena mampu tumbuh di lahan yang agak berair sampai lahan kering. Dengan demikian, talas ini diyakini sangat cocok dengan kondisi geografis di Buleleng.
Sementara itu untuk mendukung program peningkatan karbohidrat non beras di Buleleng, Dinas Pertanian Buleleng tahun ini juga mengembangkan lahan pertanian jagung hibrida di Desa Tegallinggah, Kecamatan Sukasada, Buleleng. Bahkan demplot seluas satu hektar itu juga sudha memasuki masa panen. Selain membantu penyukseskan program pemerintah untuk mengurangi konsumsi beras yang tinggi di masyarakat melalui sejumlah tanaman karbohidrat non beras, pengembangan pertanian tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani di Buleleng. *k23
1
Komentar