Pedanda Gunung Minta Cegah Upacara yang Bikin Miskin
Ida Pedanda Gde Made Gunung ngaku salut atas pelaksanaan upacara Dwijati Massal 74 walaka yang digelar di Griya Teges, Banjar Gede, Desa Pakraman Subagan, baru-baru ini, karena irit biaya tanpa kurangi esensi.
“Jangan hanya karena mule keto, itu kebiasaan yang salah. Segala yang menyangkut tatanan kehidupan beragama, ada sastra suci yang mengaturnya,” jelas Pedanda Gunung membuka Paruman Agung Dharma Ghosana Nusantara ditandai dengan memukul kulkul (kentongan) dan tandatangani prasasti.
Ida Pedanga Gunung mengingatkan, hal ini harus ditekankan, karena tidak semua orang punya uang untuk membiayai upacara. Dan, jika jika ada pedanda yang lebar (wafat), tidak semua dari mereka memiliki biaya untuk menggelar upacara palebon yang wah. Jadi, bisa dipilih tatanan upacara yang paling sederhana.
Ida Pedanda Gunung mengaku salut atas pelaksanaan upacara Dwijati (Penobatan Sulinggih) Massal dengan pesertanya 74 walaka yang digelar di Griya Teges, Banjar Gede, Desa Pakraman Subagan, Kecamatan Karangasem, baru-baru ini. “Itu yang bagus, karena bisa irit biaya, tanpa harus mengurangi esensinya,” tandas sulinggih yang dikenal sebagai bintang dharma wacana ini.
Ida Pedanda Gunung juga mengingatkan antar sulinggih sedapat mungkin meng-hindari persaingan bidang ekonomi. “Pedanda hendaknya melayani umat seoptimal mungkin, sesuai amanat suci sastra suci Wedha,” katanya.
Sementara itu, Prawartaka (Ketua Panitia) Paruman Agung Dharma Ghosana Nu-santara yang juga Panglingsir Dharma Padesa Karangasem, Ida Bagus Wayan Jungutan, mengaku terharu karena pihaknya mampu menghadirkan ratusan Pedanda Siwa-Buddha darei berbagai kawasan.
“Ada 215 pedanda yang hadir. Setidaknya, sebanyak itu pula pedanda yang turut mendoakan agar Karangasem damai, juga alam semesta ini. Sebab, tujuan paruman ini adalah untuk menyamakan persepsi dalam hal pemahaman sastra suci Weda, demi kedamaian semesta ini,” jelas IB Jungutan yang notabene Ketua Harian Dharmo Padesa Karangasem.
1
2
Komentar