nusabali

Ritual Peneduh Jagat Meredam DB

  • www.nusabali.com-ritual-peneduh-jagat-meredam-db

Upacara serupa sempat dilaksanakan di Pura Jagatnatha Amlapura, Rabu (2 April 2008). Saat itu, seribuan warga Karangasem terserang penyakit muntaber.

AMLAPURA, NusaBali
Ritual Peneduh Jagat Pamilayu Nangluk Merana guna meredam serangan demam berdarah (DB) yang semakin meluas di Karangasem, dipuput tiga Ida Pedanda. 

Persembahyangan yang berlangsung khusyuk juga dihadiri Bupati/Wakil Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri dan I Wayan Arta Dipa di Pura Penataran Agung, Desa Pakraman Padangbai, Kecamatan Manggis, Karangasem pada Buda Kliwon Matal, Rabu (20/4) sore.

Prosesi diawali sekitar pukul 17.30 Wita dipuput Ida Pedanda Gede Nyoman Jelantik Dwija dari Gria Jelantik, Banjar Triwangsa, Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem, Ida Pedanda Gede Wayan Pasuruan dari Gria Kawan, Banjar Brahmana, Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, dan Ida Pedanda Gede Ketut Pinatih Pasuruan dari Gria Tengah Jungutan, Banjar/Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem.

Prosesi ritual diawali menggelar upacara pacaruan dengan banten Caru Wisesa, dengan kurban ayam brumbun. Hadir 19 pamangku dikoordinasikan Dewa Mangku Ketut Anom, Pamangku di Pura Penataran Agung Desa Padangbai. Para pamangku menggelar upacara dengan membersihkan areal Pura Penataran Agung Desa Padangbai.

Menyusul pementasan tari Topeng Sidhakarya, berlanjut memercikkan tirta ke seluruh palinggih. Pamuspaan bersama diawali puja trisandya, dan muspa lima kali, diakhiri para pamangku memercikkan tirta kepada seratusan krama Desa Pakraman Padangbai yang hadir serta segenap pimpinan SKPD di lingkungan Pemkab Karangasem.

Selain Bupati/Wakil Bupati Karangasem, juga hadir Sekkab I Gede Adnya Muliadi, Kadisdikpora I Gede Ariyasa, Kadis Kesehatan IGM Tirtayana, Kadis Koperasi dan UKM I Nengah Mindra, Kadispenda I Nengah Toya, Ketua PHDI Karangasem I Wayan Astika, dan undangan lainnya.

Pedanda Pasuruan mengingatkan, makna upacara Paneduh Jagat Pamilayu Nangluk Merana, untuk menetralisir gangguan yang menimbulkan penyakit kepada umat manusia. “Permohonan maaf kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, agar mara bahaya dijauhkan,” katanya.

Sedangkan Bupati Mas Sumatri mengingatkan, Peneduh Jagat Pamilayu Nangluk Merana tersebut bermakna cukup luas. Peneduh jagat dimaksud untuk menyikapi kondisi alam yang kurang bersahabat, terlebih lagi telah memasuki zaman roga sanghara bumi. “Roga berarti penyakit, sanghara maksudnya menarik kembali, atau meniadakan, maka roga sanghara bumi maksudnya menetralisir atau meniadakan bencana di bumi,” katanya.

Sedangkan peneduh jagat, kata Mas Sumatri, bertujuan agar suasana semesta jadi tenteram, damai setelah sebelumnya didera berbagai rintangan. Sedangkan pamilayu jagat memiliki pesan niskala, permohonan maaf kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas situasi yang menyerang umat manusia. 

Sehingga ritual Peneduh Jagat Pamilayu Nangluk Merana merupakan ritual permohonan maaf, atas musibah yang terjadi, sehingga semesta jadi tenteram, damai kembali, dan segala penyakit yang mengganggu bisa terkendali.

Sebelumnya, upacara serupa sempat dilaksanakan di Pura Jagatnatha Amlapura, Rabu (2 April 2008), sehubungan wabah muntaber menyerang seribuan krama Karangasem. Upacara tersebut dipuput Ida Pedanda Gede Abah dari Gria Bungaya, Desa Bungaya, Kecamatan Bebandem. Ternyata cara niskala tersebut cukup ampuh, wabah muntaber langsung reda.

Selain upacara kemarin terpusat di Pura Penataran Agung Desa Padangbai, juga terlaksana di setiap rumah di Karangasem. Ketua Panitia I Gede Manik menyebutkan,  untuk di palinggih rong telu ngaturang banten pejati, di halaman palinggih sanggah atau mrajan berupa banten segehan agung. Sedangkan di luar rumah di bagian kanan pintu gerbang memasang sanggah cucuk dengan ober gana. Banten di sanggah cucuk berupa daksina, kelanan, ayunan putih kuning, beras kuning, sujang, tuak, arak, brem, dan air tawar. Di bawah sanggah cucuk, persembahan segehan agung, ubi matambus (dibakar), jagung matambus, dan pelengkap lainnya yang ditujukan kepada sang Bhuta Kala Beligo. 

Sesuai catatan dari Dinas Kesehatan Karangasem, warga Karangasem terserang DB sebanyak 499 kasus, yakni Januari 50 kasus, Februari 97 kasus, Maret 333 kasus, dan April 69 kasus. 7 k16

Komentar