MUTIRA WEDA : Alat Pembersih Diri
Jika membersihkan diri dengan daun pahalanya seribu, dengan tanah pahalanya seratus ribu, dengan air pahalanya satu juta, dengan basma pahalanya seratus juta. Tetapi, jika diri dibersihkan dengan pengetahuan, maka pahalanya tak terhitung.
Patra soca phalam devi, sahasramva dine dine,
Prtivi, socamva sahasram, jalamvayutam evaca
Bhasma soca phalam dadyat, sahasra koti tat phalam,
Aprameyam jnana socam.
(Bhuvana Kosa, VIII. 2-3)
Teks di atas menyebutkan ada lima jenis sarana pembersih dengan kemampuan membersihkan yang berbeda-beda pada diri orang. Diri yang dimaksudkan mungkin badan beserta dengan kelengkapannya, baik badan kasar, halus maupun badan penyebab. Kelima jenis sarana tersebut dapat membersihkan dengan tingkatan tertentu dan tingkatan tersebut diurut berdasarkan angka.
Adapun kelima jenis pembersih tersebut adalah daun, tanah, air, basma dan pengetahuan. Membersihkan diri dengan daun nilainya hanya seribu, sementara dengan tanah nilainya seratus ribu, dengan air satu juta, dengan bhasma seratus juta dan dengan pengetahuan nilainya tanpa batas.
Mengapa kelima jenis ini digunakan sebagai sarana pembersih? Mengapa mesti daun? Mengapa mesti tanah? Bukankah tanah justru yang menyebabkan kotor? Mengapa tiba-tiba bisa menjadi pembersih? Secara umum orang memahami bahwa alat pembersih itu hanya air. Jenis alat pembersih lain yang mendukung kualitas kebersihan tersebut adalah sabun dan zat tertentu yang semuanya bisa dibilas dengan air.
Mungkin yang dimaksudkan dengan alat pembersih tersebut berhubungan dengan kualitas spiritual yang dimunculkan. Dalam agama lain juga ada disebutkan bisa menggunakan tanah untuk membersihkan diri ketika sedang tidak ada air atau sedang berada di gurun untuk tujuan sembahyang. Ini tentu berhubungan dengan kualitas bhatin dibandingkan kebersihan kulit. Demikian juga, mengapa arahnya spiritual? Hal ini dapat diperkuat dengan disebutkan basma juga digunakan sebagai alat pembersih yang tingkatannya berada di atas air. Basma digunakan dalam praktik agama Hindu, seperti penggunaan bija pada saat selesai sembahyang. Orang yang membersihkan diri dengan basma dikatakan kualitasnya berlipat satu juta kali.
Uniknya, ada jenis alat pembersih yang tidak bisa dilihat sama sekali tetapi dia ada sebagai sebuah kualitas, yakni pengetahuan. Nilai yang didapat dari pengetahuan ini jumlahnya tak terbatas. Teks ini menyebut bahwa membersihkan diri dengan pengetahuan merupakan yang paling utama. Mungkin kalaupun ada lagi disebutkan mengenai alat pembersih disamping yang disebutkan di atas, nilainya tidak akan sepadan dengan pengetahuan. Kata “tak terbatas” pada pengetahuan menunjukkan nilai yang tidak bisa dihitung. Artinya, nilainya melampaui hitungan angka. Ketika angka yang tertera tidak bisa disebut berapa, maka itulah tak terbatas. Sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hanya pengetahuan yang dapat membersihkan diri seseorang secara sempuna.
Bagaimana pengetahuan itu dapat membersihkan diri seseorang? Bagaimana cara kerjanya? Khusus untuk alat pembersih ini tidak bisa berhubungan dengan badan, tetapi langsung pada mental dan gugusan sistem yang bekerja di dalamnya. Di dalam sistem ini terdapat berbagai hal yang berhubungan dengan memori, vasana dan berbagai turunannya. Pada ranah sistem inilah pengetahuan bekerja. Di dalam sistem ini juga avidya (kegelapan), mala (kekotoran), raga (ketertarikan), dvesa (kebencian), abhinivesa (keterikatan) bernaung. Dengan pengetahuan, semua jenis kekotoran ini bisa dibersihkan secara sempurna dan akhirnya seseorang bisa meraih kebebasan sejati. Selain pengetahuan, apapun bentuknya tidak akan mampu membersihkannya, karena kekotoran tersebut posisinya sangat kuat melekat pada diri setiap orang. Sebagian besar orang dibuat tidak berdaya dengan semua kekotoran tersebut.
Pengetahuan itu ibarat api yang mampu membakar bahan bakarnya secara penuh. Karena hal inilah, mungkin, Adi Sankaracharya akhirnya berkesimpulan bahwa hanya pengetahuan yang dapat membebaskan orang dari samsara, tidak dengan yang lainnya. Bahkan, Krishna dalam Bhagavad-gita pun mengajarkan hal serupa. Jadi, oleh karena pengetahuan mampu membersihkan semua jenis kekotoran yang ada pada diri seseorang, maka nilainya dinyatakan tak terbatas. *
I Gede Suwantana
Direktur Indra Udayana Institute of Vedanta
Bhasma soca phalam dadyat, sahasra koti tat phalam,
Aprameyam jnana socam.
(Bhuvana Kosa, VIII. 2-3)
Teks di atas menyebutkan ada lima jenis sarana pembersih dengan kemampuan membersihkan yang berbeda-beda pada diri orang. Diri yang dimaksudkan mungkin badan beserta dengan kelengkapannya, baik badan kasar, halus maupun badan penyebab. Kelima jenis sarana tersebut dapat membersihkan dengan tingkatan tertentu dan tingkatan tersebut diurut berdasarkan angka.
Adapun kelima jenis pembersih tersebut adalah daun, tanah, air, basma dan pengetahuan. Membersihkan diri dengan daun nilainya hanya seribu, sementara dengan tanah nilainya seratus ribu, dengan air satu juta, dengan bhasma seratus juta dan dengan pengetahuan nilainya tanpa batas.
Mengapa kelima jenis ini digunakan sebagai sarana pembersih? Mengapa mesti daun? Mengapa mesti tanah? Bukankah tanah justru yang menyebabkan kotor? Mengapa tiba-tiba bisa menjadi pembersih? Secara umum orang memahami bahwa alat pembersih itu hanya air. Jenis alat pembersih lain yang mendukung kualitas kebersihan tersebut adalah sabun dan zat tertentu yang semuanya bisa dibilas dengan air.
Mungkin yang dimaksudkan dengan alat pembersih tersebut berhubungan dengan kualitas spiritual yang dimunculkan. Dalam agama lain juga ada disebutkan bisa menggunakan tanah untuk membersihkan diri ketika sedang tidak ada air atau sedang berada di gurun untuk tujuan sembahyang. Ini tentu berhubungan dengan kualitas bhatin dibandingkan kebersihan kulit. Demikian juga, mengapa arahnya spiritual? Hal ini dapat diperkuat dengan disebutkan basma juga digunakan sebagai alat pembersih yang tingkatannya berada di atas air. Basma digunakan dalam praktik agama Hindu, seperti penggunaan bija pada saat selesai sembahyang. Orang yang membersihkan diri dengan basma dikatakan kualitasnya berlipat satu juta kali.
Uniknya, ada jenis alat pembersih yang tidak bisa dilihat sama sekali tetapi dia ada sebagai sebuah kualitas, yakni pengetahuan. Nilai yang didapat dari pengetahuan ini jumlahnya tak terbatas. Teks ini menyebut bahwa membersihkan diri dengan pengetahuan merupakan yang paling utama. Mungkin kalaupun ada lagi disebutkan mengenai alat pembersih disamping yang disebutkan di atas, nilainya tidak akan sepadan dengan pengetahuan. Kata “tak terbatas” pada pengetahuan menunjukkan nilai yang tidak bisa dihitung. Artinya, nilainya melampaui hitungan angka. Ketika angka yang tertera tidak bisa disebut berapa, maka itulah tak terbatas. Sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hanya pengetahuan yang dapat membersihkan diri seseorang secara sempuna.
Bagaimana pengetahuan itu dapat membersihkan diri seseorang? Bagaimana cara kerjanya? Khusus untuk alat pembersih ini tidak bisa berhubungan dengan badan, tetapi langsung pada mental dan gugusan sistem yang bekerja di dalamnya. Di dalam sistem ini terdapat berbagai hal yang berhubungan dengan memori, vasana dan berbagai turunannya. Pada ranah sistem inilah pengetahuan bekerja. Di dalam sistem ini juga avidya (kegelapan), mala (kekotoran), raga (ketertarikan), dvesa (kebencian), abhinivesa (keterikatan) bernaung. Dengan pengetahuan, semua jenis kekotoran ini bisa dibersihkan secara sempurna dan akhirnya seseorang bisa meraih kebebasan sejati. Selain pengetahuan, apapun bentuknya tidak akan mampu membersihkannya, karena kekotoran tersebut posisinya sangat kuat melekat pada diri setiap orang. Sebagian besar orang dibuat tidak berdaya dengan semua kekotoran tersebut.
Pengetahuan itu ibarat api yang mampu membakar bahan bakarnya secara penuh. Karena hal inilah, mungkin, Adi Sankaracharya akhirnya berkesimpulan bahwa hanya pengetahuan yang dapat membebaskan orang dari samsara, tidak dengan yang lainnya. Bahkan, Krishna dalam Bhagavad-gita pun mengajarkan hal serupa. Jadi, oleh karena pengetahuan mampu membersihkan semua jenis kekotoran yang ada pada diri seseorang, maka nilainya dinyatakan tak terbatas. *
I Gede Suwantana
Direktur Indra Udayana Institute of Vedanta
1
Komentar