4 Instruktur Jepang Ajari Penyandang Disabilitas Perbaiki Kursi Roda Sendiri
Penyandang disabilitas di Yayasan Bhakti Senang Hati, Desa Siangan, Kecamatan Gianyar kedatangan 4 instruktur kursi roda dari Jepang.
GIANYAR, NusaBali
Mereka diajari dan dilatih cara memperbaiki kursi roda yang rusak oleh 4 isntruktur asal Go Fly Wheelchairs (GFW) Jepang tersebut selama empat hari, 11-14 November 2018. Rombongan instruktur dari Jepang yang datang ke Yayasan Bhakti Senang Hati tersebut dipimpin langsung oleh Direktur GFW Jepang, Michiyo Yoshida. Menurut Michiyo Yoshida, 4 instruktur yang diterjunkannya ke Gianyar ini merupakan para teknisi yang ahli dalam hal kursi roda di Jepang.
Selama terjun ke Gianyar, ada dua lokasi yang dibantu, yakni Yayasan Bhakti Senang Hati dan Yayasan Cahaya Mutiara. "Selama 4 hari ini, sebanyak 26 kursi roda berhasil mereka perbaiki," jelas Michiyo Yoshida di Yayasan Bhakti Senang Hati, Desa Siangan, Rabu (14/11).
Yoshida mengatakan, pelatihan cara memperbaiki kursi roda ini dilakukan karena sebelumnya para penyandang disabilitas selalu menunggu perbaikan jika kursi roda mengalami kerusakan. "Selama menunggu, otomatis mereka tidak bisa beraktivitas, karena kursi roda adalah kaki bagi mereka. Maka, ada inisiatif mengajak instruktur ke sini (Desa Siangan, Red)," papar Yoshisda.
Selama menjalankan misinya mengajari para penyandang disabilitas di Gianyar memperbaiki kursi roda, Yoshida cs menginap di sebuah hotel kawasan Ubud. Mereka menginap di sana selama 10 hari. Setelah misi berakhir, mereka kembali terbang ke Jepang. Secara berkala, GFW Jepang ini juga rutin memberikan bantuan kursi roda. "April tahun depan, kami juga akan datang lagi," tandas Yoshida, yang kemarin juga menyerahkan 2 kursi roda baru untuk para penyandang disabilitas di Yayasan Bhakti Senang Hati.
Menurut Yoshida, pihaknya pertama kali datang ke Bali sekitar 10 tahun silam. Ketika itu, Yoshida trenyuh melihat sejumlah penyandang disabilitas di kawasan Tampaksiring, Gianyar yang tidak terurus dengan baik. Sejak itu pula, Yoshida rutin datang ke Gianyar setiap tahun untuk memberikan bantuan. Dalam kedatangannya kali ini, Yoshida membawa 4 instruktur sekaligus untuk bantu mengajari penyandang disabilitas memperbaiki kursi roda.
Perempuan paruh baya ini mengatakan, Jepang kini sudah concern pada ketersediaan akses bagi penyandang disabilitas. Pihknya berharap pemerintah di Bali bisa memenuhi hak disabilitas, terutama akses di fasilitas umum. "Dulu di Jepang juga tidak ada akses khusus. Tapi, setelah kaum mereka berjuang, akhirnya perlahan pemerintah mulai membangun infrastruktur yang layak dilalui para difable," ungkap Yoshida.
Sementara itu, Ketua Yayasan Bhakti Senang Hati, Desa Siangan, I Nyoman Sukadana, mengatakan pelatihan memperbaiki kursi roda oleh 4 instruktur dari Jepang ini diikuti 22 penyandang disabilitas: remaja, dewasa, laki-laki, perempuan. "Mereka tampak sangat antusias. Sebab sebelumnya, jika ada bagian kursi roda yang rusak, mereka tidak bisa ngapain. Kadang harus cari teknisi ke luar Gianyar dan menunggu berminggu-minggu," beber Nyoman Sukadana.
Menurut Sukadana, pelatihan memperbaiki kursi roda oleh instruktur dari Jepang ini tidak sekadar formalitas. Waktunya ditentukan mulai pafi pukul 09.00 Wita sampai sore pukul 15.00 Wita. Setiap instruktur mengajari cara memperbaiki kursi roda secara detail. Meski terkendala berbedaan bahasa, namun antara penyandang disabilitas dengan instruktur dari Jepang tampak bisa saling memahami.
Sukadana mengatakan, jumlah penyandang disabilitas di bawah naungan Yayasan Bhakti Senang Hati saat ini mencapaik 80 orang. Sebanyak 20 orang dari mereka tinggal dan belajar di yayasan yang berlokasi di Desa Siangan. Sedangkan 60 orang lainnya tinggal bersama keluarganya di rumah masing-masing. Para penyandang disabilitas yang tinggal di yayasan ini dominan kalangan anak-anak dan remaja.
Sukadana sependapat dengan Michiyo Yoshida di mana pihaknya juga mendambakan akses pelayanan publik yang memadai bagi penyandang disabilitas. Misalnya, soal fasum berupa toilet dan jalan tanjakan. Selama ini, perhatian tersebut dirasakan sudah ada, namun belum maksimal. Contohnya, di Kantor Dinas Sosial Kabupaten Gianyar di mana akses jalan masuk terlalu curam.
"Kalau dipaksa lewat tanpa bantuan, bisa-bisa kursi roda mundur dan jatuh. Itu sangat berbahaya. Makanya, kami berharap ketika pemerintah membangun infrastruktur bagi kami, tolok ajak kami," pinta Sukadana.
Pengalaman pahit lainnya, kata Sukadana, juga dialami oleh salah satu temannya yang mengikuti ujian Kejar Paket di SMPN 1 Gianyar. "Yang miris adalah lokasi ujian di Gedung Lantai 4. Sedangkan akses naik dengan kursi roda tidak ada. Terpaksa teman kami minta bantuan agar digendong dan kursi rodanya dibawa naik. Dan, itu berlangsung seama 4 hari ujian," kenang Sukadana. *nvi
Mereka diajari dan dilatih cara memperbaiki kursi roda yang rusak oleh 4 isntruktur asal Go Fly Wheelchairs (GFW) Jepang tersebut selama empat hari, 11-14 November 2018. Rombongan instruktur dari Jepang yang datang ke Yayasan Bhakti Senang Hati tersebut dipimpin langsung oleh Direktur GFW Jepang, Michiyo Yoshida. Menurut Michiyo Yoshida, 4 instruktur yang diterjunkannya ke Gianyar ini merupakan para teknisi yang ahli dalam hal kursi roda di Jepang.
Selama terjun ke Gianyar, ada dua lokasi yang dibantu, yakni Yayasan Bhakti Senang Hati dan Yayasan Cahaya Mutiara. "Selama 4 hari ini, sebanyak 26 kursi roda berhasil mereka perbaiki," jelas Michiyo Yoshida di Yayasan Bhakti Senang Hati, Desa Siangan, Rabu (14/11).
Yoshida mengatakan, pelatihan cara memperbaiki kursi roda ini dilakukan karena sebelumnya para penyandang disabilitas selalu menunggu perbaikan jika kursi roda mengalami kerusakan. "Selama menunggu, otomatis mereka tidak bisa beraktivitas, karena kursi roda adalah kaki bagi mereka. Maka, ada inisiatif mengajak instruktur ke sini (Desa Siangan, Red)," papar Yoshisda.
Selama menjalankan misinya mengajari para penyandang disabilitas di Gianyar memperbaiki kursi roda, Yoshida cs menginap di sebuah hotel kawasan Ubud. Mereka menginap di sana selama 10 hari. Setelah misi berakhir, mereka kembali terbang ke Jepang. Secara berkala, GFW Jepang ini juga rutin memberikan bantuan kursi roda. "April tahun depan, kami juga akan datang lagi," tandas Yoshida, yang kemarin juga menyerahkan 2 kursi roda baru untuk para penyandang disabilitas di Yayasan Bhakti Senang Hati.
Menurut Yoshida, pihaknya pertama kali datang ke Bali sekitar 10 tahun silam. Ketika itu, Yoshida trenyuh melihat sejumlah penyandang disabilitas di kawasan Tampaksiring, Gianyar yang tidak terurus dengan baik. Sejak itu pula, Yoshida rutin datang ke Gianyar setiap tahun untuk memberikan bantuan. Dalam kedatangannya kali ini, Yoshida membawa 4 instruktur sekaligus untuk bantu mengajari penyandang disabilitas memperbaiki kursi roda.
Perempuan paruh baya ini mengatakan, Jepang kini sudah concern pada ketersediaan akses bagi penyandang disabilitas. Pihknya berharap pemerintah di Bali bisa memenuhi hak disabilitas, terutama akses di fasilitas umum. "Dulu di Jepang juga tidak ada akses khusus. Tapi, setelah kaum mereka berjuang, akhirnya perlahan pemerintah mulai membangun infrastruktur yang layak dilalui para difable," ungkap Yoshida.
Sementara itu, Ketua Yayasan Bhakti Senang Hati, Desa Siangan, I Nyoman Sukadana, mengatakan pelatihan memperbaiki kursi roda oleh 4 instruktur dari Jepang ini diikuti 22 penyandang disabilitas: remaja, dewasa, laki-laki, perempuan. "Mereka tampak sangat antusias. Sebab sebelumnya, jika ada bagian kursi roda yang rusak, mereka tidak bisa ngapain. Kadang harus cari teknisi ke luar Gianyar dan menunggu berminggu-minggu," beber Nyoman Sukadana.
Menurut Sukadana, pelatihan memperbaiki kursi roda oleh instruktur dari Jepang ini tidak sekadar formalitas. Waktunya ditentukan mulai pafi pukul 09.00 Wita sampai sore pukul 15.00 Wita. Setiap instruktur mengajari cara memperbaiki kursi roda secara detail. Meski terkendala berbedaan bahasa, namun antara penyandang disabilitas dengan instruktur dari Jepang tampak bisa saling memahami.
Sukadana mengatakan, jumlah penyandang disabilitas di bawah naungan Yayasan Bhakti Senang Hati saat ini mencapaik 80 orang. Sebanyak 20 orang dari mereka tinggal dan belajar di yayasan yang berlokasi di Desa Siangan. Sedangkan 60 orang lainnya tinggal bersama keluarganya di rumah masing-masing. Para penyandang disabilitas yang tinggal di yayasan ini dominan kalangan anak-anak dan remaja.
Sukadana sependapat dengan Michiyo Yoshida di mana pihaknya juga mendambakan akses pelayanan publik yang memadai bagi penyandang disabilitas. Misalnya, soal fasum berupa toilet dan jalan tanjakan. Selama ini, perhatian tersebut dirasakan sudah ada, namun belum maksimal. Contohnya, di Kantor Dinas Sosial Kabupaten Gianyar di mana akses jalan masuk terlalu curam.
"Kalau dipaksa lewat tanpa bantuan, bisa-bisa kursi roda mundur dan jatuh. Itu sangat berbahaya. Makanya, kami berharap ketika pemerintah membangun infrastruktur bagi kami, tolok ajak kami," pinta Sukadana.
Pengalaman pahit lainnya, kata Sukadana, juga dialami oleh salah satu temannya yang mengikuti ujian Kejar Paket di SMPN 1 Gianyar. "Yang miris adalah lokasi ujian di Gedung Lantai 4. Sedangkan akses naik dengan kursi roda tidak ada. Terpaksa teman kami minta bantuan agar digendong dan kursi rodanya dibawa naik. Dan, itu berlangsung seama 4 hari ujian," kenang Sukadana. *nvi
Komentar