Buka City Tour, Hidupkan Dokar
Era 1980-an, jumlah dokar di Klungkung hingga 100 lebih.
SEMARAPURA, NusaBali
Keberadaan dokar di Kota Semarapura, Klungkung mendapat angin segar, menyusul bakal dilaunching program city tour (kota wisata), 29 April 2016. Karena untuk berkeliling ke objek wisata, para pelancong pasti membutuhkan sarana angkutan khusus.
“Kami meminta Pemkab menghidupkan jasa dokar dalam city tour ini,” harap Ketut Dania, kusir dokar di Kota Semarapura sejak 1980 an, saat ditemui mangkal di Pasar Semarapura, Klungkung, Rabu (20/4).
Kata dia, jika hal ini bisa dipenuhi maka pendapatan parta kusir bisa bertambah. Sebab, kalau mengandalkan penumpang dari warga, sanagat minim. Rata-rata dalam sehari, ia hanya mendapatkan empat penumpang dengan tarif Rp 5.000/orang di seputaran Kota Semarapura. Rata-rata, jarak tempuh sekitar 500 meter. Jika lagi sepi dia pernah pulang dengan penghasilan Rp 5.000/hari. “Kalau terus seperti ini (sepi), saya akan cari pekerjaan lain saja,” keluh ayah 3 anak dan 2 cucu ini.
Diakuinya, seiring berjalannya waktu, jumlah dokar di Klungkung kian berkurang, bahkan kini yang masih aktif menjalankan dokar hanya 3 orang. Pada era 1980-an, jumlah pemilik dokar hingga 100 orang lebih. Bahkan saat itu dokar menjadi salah satu akomodasi angkutan primadona. “Mau bagaimana lagi, kondisi zaman sudah berubah. Paling ibu-ibu berbelanja di pasar yang menggunakan jasa dokar,” ungkapnya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Klungkung I Wayan Sujana saat dikonfirmasi mengatakan, saat ini pihaknya masih mengkaji untuk memanfaatkan dokar dalam program city tour. Setidaknya saat launching city tour nanti, ketiga dokar itu akan stand by di depan Pasar Semarapura. “Kita ingin menunjukkan bahwa Klungkung juga memiliki angkutan tradisional (dokar) yang diwariskan dari zaman kerajaan,” ujar, pria asal Karangasem ini.
Kata dia, jika ada wisatawan atau tamu yang ingin keliling obyek wisata dengan dokar itu akan dipersilakan. Untuk memberikan motivasi, Pemkab sudah menganggarkan sekadarnya untuk dana pembinaan bagi pemilik dokar.
Kedepannya, jika minat wisatawan yang berkunjung cukup antusias menggunakan jasa dokar, maka pihaknya berencana akan melakukan inventarisasi, termasuk mengadakan sejumlah dokar. “Kita perlu melihat perkembangannya, kemudian pengkajian,” ujarnya.
Sujana menambahkan sesuai pengalaman, memang ada sejumlah wisatawan yang anti dengan dokar. Terutama wisatawan asing pecinta hewan, karena mereka tidak tega melihat dokar itu dipecut. Bahkan mereka sempat protes dan minta turun di tengah jalan, ketika melihat sang kusir memecut dokar. Untuk itu kedepannya pemilik dokar perlu diberikan pelatihan agar bisa membawakan dokar tidak dengan dipecut, cukup dengan menarik tali kekangnya saja. “Untuk itu didatangkan tenaga ahlinya,” katanya.
Program ini juga membutuhkan sinergi dengan SKPD terkait, seperti Dinas Peternakan untuk membantu memfasilitasi mengecek kesehatan kuda itu sendiri. Kalau program ini berhasil, secara otomatis keberadaan dokar di bumi serombotan akan tetap ajeg. “Kalau sudah ramai wisatawan yang menggunakan dokar pasti banyak yang mau bekerja sebagai kusir dokar,” katanya. Termasuk bisa digelar lomba dokar. w
Komentar