nusabali

Perbekel Tembok Beberkan Masalah Pertanian

  • www.nusabali.com-perbekel-tembok-beberkan-masalah-pertanian

Potensi pertanian atau hortikultura di Desa Tembok tak bisa diberdayakan lantaran mengalamikrisis air.

Minta Pemerintah Bangun Embung

SINGARAJA, NusaBali
Desa Tembok, Kecamatan Tejakula mengalami krisis air untuk pertanian. Kali ini, warga ujung timur Kabupaten Buleleng berniat membangun embung, tempat penampungan air di musih hujan. Mereka juga ingin mengembangkan sistem irigasi tetes agar pertanian bisa berkesinambungan. Harapannya, keinginan itu mendapat respons dari Pemkab Buleleng, untuk pengembangan sektor pertanian di wilayah Buleleng.

Hal itu disampaikan Kepala Desa (Perbekel) Tembok, Dewa Komang Yudi Astara, saat dengar pendapat dengan Komisi II DPRD Buleleng, Kamis (15/11) di Gedung DPRD Buleleng, Jalan Veteran Singaraja. Pertemuan itu dipimpin Ketua  Komisi II, Putu Mangku Budiasa, menghadirkan Dinas Pertanian yang dihadiri oleh Sekretaris Dinas Pertanian, I Wayan Narta.

Perbekel Dewa Yudi mengungkapkan, wilayah Desa Tembok sejatinya memiliki potensi pertanian mulai dari buah-buahan dan hortikultura yang cukup baik, seperti mangga, mete, lontar dan kelapa. Sedangkan kalau hasil pertanian hortikultura meliputi jagung, singkong, kacang tanah dan sayur-sayuran.

Hanya saja, selama ini petani di Desa Tembok mengalami sejumlah kendala. Mulai kesulitan air, keterbatasan SDM, belum lagi hama penyakit gayas. Akibat kendala itu, warga jadi enggan mengolah lahan mereka, karena hanya menghandalkan air tadah hujan. “Ketika hujan baru bisa ditanami, jagung dan tanaman lainnya. Ketka musim kemarau seperti saat ini, banyak warga tidak tertarik bertani. Padahal potensi ada,” terangnya.

Dijelaskan, air di wilayah Desa Tembok cukup tersedia, namun harus membuat sumur bor. Karena air bawah tanah di Desa Tembok cukup besar. Hanya saja, biaya pemanfaatan air bawah tanah itu cukup besar, sehingga perlu dicari trobosan-trobosan. Salah satu terobosan dengan membangun embung, sehingga air bisa ditampung baik saat musim penghujan tidak terbuang percuma, sehingga dapat dimanfaatkan hingga musim kemarau. “Kami sudah alokasi dana dari Dana Desa, untuk membangun embung. Biayanya antara Rp 30 juta sampai Rp 50 juta, dengan daya tampung bisa 300-400 kubik,” aku Dewa Yudi.

Selain embung, pihaknya juga berencana menerapan irigasi tetes. Irigasi ini dinyakini irit dengan air, namun tanamanya tetap bisa tumbuh subur. Sehingga petani dapat berproduksi secara intens di setiap musim. “Sayuran, kacang atau pertanian hortikultura pernah ada di Tembok bagian atas. Tetapi kendalanya air. Kami sudah buat demplot, kami masih melihat perkembannya,” ujar Perbekel Yudi.

Sementara Ketua Komisi, Putu Mangku Budiasa menyatakan, pihaknya akan memfokuskan penanganan sektor pertanian dalam pembahasan APBD Induk 2019. Karena apa yang disampaikan oleh Perbekel Desa Tembok, Dewa Yudi sangat penting menjadi masukan dalam pembahasan penyusunan anggaran nanti. “Mumpun kami masih memiliki waktu membahas APBD Induk 2019, kami  akan focus terkait persolan-persoalan pertanian seperti yang disampaikan pak mekel. Ini bukan untuk di Desa Tembok saja, tetapi ini untuk pertanian di Buleleng,” terangnya.

Sekretaris Dinas Pertanian, Wayan Narta mengaku, pihaknya juga akan kembali membuat perubahan program, dalam pembahasan APBD nanti. Dijelaskan, untuk pembangunan embung sudah pernah diprogramkan di tahun 2018, namun itu tidak bisa terlaksana karena kesulitan lahan. Tadinya kelompok petani sudah siap dengan lahan, ternyata pemilik lahan menolak. “Ada beberapa kelompok petani yang hendak dibantuk pembuatan embung, tetapi begitu mau realisasi justru ditolak karena lahan belum siap,” akunya.

Demikian juga dengan irigasi tetes, pihaknya sudah pernah membahas, namun terkadang biaya dengan hasil produksi tidak seiimbang sehingga irigasi tetes itu tidak bisa diterapkan. “Irigasi tetes itu sangat baik sebenarnya, tetapi terkadang karena biaya irigasi tetes dengan hasil produksi tidak sebanding, jadi kurang peminatnya,” kata Narta. *k19   

Komentar