Hama Gayas Makin Ganas di Desa Tembok
Serangan hama gayas di Desa Tembok, Kecamatan Tejakula, makin sulit dikendalikan. Gayas telah menyerang tanaman yang sudah berusia di atas 2 tahun.
Kini Serang Tanaman yang Sudah Berusia Tahunan
SINGARAJA, NusaBali
Petani pun khawatir tidak akan bisa menanam apapun di musim hujan kali ini. Serangan hama gayas di wilayah Desa Tembok, sudah dirasakan oleh para petani setempat sejak tahun 2014. Beberapa tanaman musiman seperti jagung dan umbi-umbian, termasuk pisang, pepaya dan tanaman lainnya, mati akibat diserang hama gayas. Padahal, tanaman itu hanya ditanam oleh petani setempat pada saat musim hujan, karena sebagian besar lahan pertanian di wilayah Desa Tembok adalah lahan tadah hujan.
Sejak kemunculannya, petani sudah menangani, namun tidak membuahkan hasil. Belakangan, hama gayas itu menyerang tanaman mente termasuk kelapa yang menjadi makanan favoritnya. Padahal, tanaman mente dan kelapa itu sudah berusia di atas 2 tahun. “Kalau diperingkat, serangan gayas ini mungkin peringkat satu. Dulu itu jarang menyerang jambu mente, tapi sekarang mente pun diserang. Kalau pijar kelapa mungkin habis sampai ke ujungnnya. Bayangkan, mente yang sudah berusia 2 tahun mati diserang gayas. Kalau tanaman lainnya seperti pisang, pepaya, janggung dan lainnya, itu sudah tidak bisa bertahan lama pasti diserang,” ungkap Perbekel Tembok, Dewa Komang Yudi Astara, belum lama ini.
Masih kata Perbekel Dewa Komang Yudi, sejak kemunculan hama gayas tersebut, dampaknya, petani sekarang ini sudah mulai kesulitan mendapatkan bibit tanaman musiman seperti jagung, undis, dan jenis tanaman lainnya. Ini terjadi karena tidak ada hasil panen yang dapat dijadikan bibit kembali, akibat serangan gayas itu. “Sekarang mau musim hujan, biasanya petani sudah mempersiapkan bibit jagung, undis dan lainnya. Tetapi sekarang petani tidak bisa tanam lagi, karena memang tidak ada hasil panen yang dapat dijadikan bibit lagi,” ungkapnya.
Menurut Dewa Komang Yudi, hamper semua lahan yang ada di Desa Tembok berisi hama gayas. Sehingga perlu penanganan lebih serius dari instasi terkait. Karena penanganan secara manal oleh petani dirasa belum mempan mengendalikan hama tersebut. “Pemerintah harus lebih serius, dalam artinya penanganan itu harus didukung pendanaan yang cukup. Selama ini pemerintah sudah menanganani, mungkin saja karena kurang serius, hama itu belum dapat dikendalikan,” tandasnya.
Sementara Sekretaris Dinas (Sekdis) Pertanian, I Wayan Narta mengaku, pihaknya sudah sempat menjalin kerjasama dengan pihak Universitas Udayana (Unud) dalam penanganan hama gayas di Desa Tembok. Rencananya Unud yang mendalami dan meneliti sampai menerapkan hasil penelitiannya dalam pengendalian hama gayas. Namun kerjasama itu batal dilaksanaka karena belakangan dipersyaratkan setiap kerjasama itu harus ada legalitas formal dari pihak ketiga yang memberi kewenangannya melakukan penelitian dan penanganan hama. “Waktu itu pihak Unud menyambut baik niat kami, ternyata di perjalanan ada persyaratan lagi dari pusat, kalau kerjasama itu pihak ketiga harus mempunyai semacam izin. Nah disini Unud belum memiliki izin yang dipersyaratkan, sehingga kerjasama itu batal dilaksanakan,” ungkap Narta.
Masih kata Sekdis Narta, pihkanya tetap menjadikan prioritas utama penanganan hama gayas di Desa Tembok. Langkahnya dengan lebih banyak memberikan edukasi kepada petani dalam pengolahan tanah, dan pemupukan. Dijelaskan, populasi gayas berflukstuasi, tergantung dari pengolahan tanah. Karena pengolahan tanah yang kurang akan menambah populasi dari gayas tersebut. “Kadang kan ini (pengolahan tanah,red) yang diabaikan. Gayas itu mampu hidup di musim panas, karena gayas akan masuk lebih dalam lagi ke tanah. Kalau musim hujan baru naik lagi memakan akar tanaman,” terangnya. *K19
SINGARAJA, NusaBali
Petani pun khawatir tidak akan bisa menanam apapun di musim hujan kali ini. Serangan hama gayas di wilayah Desa Tembok, sudah dirasakan oleh para petani setempat sejak tahun 2014. Beberapa tanaman musiman seperti jagung dan umbi-umbian, termasuk pisang, pepaya dan tanaman lainnya, mati akibat diserang hama gayas. Padahal, tanaman itu hanya ditanam oleh petani setempat pada saat musim hujan, karena sebagian besar lahan pertanian di wilayah Desa Tembok adalah lahan tadah hujan.
Sejak kemunculannya, petani sudah menangani, namun tidak membuahkan hasil. Belakangan, hama gayas itu menyerang tanaman mente termasuk kelapa yang menjadi makanan favoritnya. Padahal, tanaman mente dan kelapa itu sudah berusia di atas 2 tahun. “Kalau diperingkat, serangan gayas ini mungkin peringkat satu. Dulu itu jarang menyerang jambu mente, tapi sekarang mente pun diserang. Kalau pijar kelapa mungkin habis sampai ke ujungnnya. Bayangkan, mente yang sudah berusia 2 tahun mati diserang gayas. Kalau tanaman lainnya seperti pisang, pepaya, janggung dan lainnya, itu sudah tidak bisa bertahan lama pasti diserang,” ungkap Perbekel Tembok, Dewa Komang Yudi Astara, belum lama ini.
Masih kata Perbekel Dewa Komang Yudi, sejak kemunculan hama gayas tersebut, dampaknya, petani sekarang ini sudah mulai kesulitan mendapatkan bibit tanaman musiman seperti jagung, undis, dan jenis tanaman lainnya. Ini terjadi karena tidak ada hasil panen yang dapat dijadikan bibit kembali, akibat serangan gayas itu. “Sekarang mau musim hujan, biasanya petani sudah mempersiapkan bibit jagung, undis dan lainnya. Tetapi sekarang petani tidak bisa tanam lagi, karena memang tidak ada hasil panen yang dapat dijadikan bibit lagi,” ungkapnya.
Menurut Dewa Komang Yudi, hamper semua lahan yang ada di Desa Tembok berisi hama gayas. Sehingga perlu penanganan lebih serius dari instasi terkait. Karena penanganan secara manal oleh petani dirasa belum mempan mengendalikan hama tersebut. “Pemerintah harus lebih serius, dalam artinya penanganan itu harus didukung pendanaan yang cukup. Selama ini pemerintah sudah menanganani, mungkin saja karena kurang serius, hama itu belum dapat dikendalikan,” tandasnya.
Sementara Sekretaris Dinas (Sekdis) Pertanian, I Wayan Narta mengaku, pihaknya sudah sempat menjalin kerjasama dengan pihak Universitas Udayana (Unud) dalam penanganan hama gayas di Desa Tembok. Rencananya Unud yang mendalami dan meneliti sampai menerapkan hasil penelitiannya dalam pengendalian hama gayas. Namun kerjasama itu batal dilaksanaka karena belakangan dipersyaratkan setiap kerjasama itu harus ada legalitas formal dari pihak ketiga yang memberi kewenangannya melakukan penelitian dan penanganan hama. “Waktu itu pihak Unud menyambut baik niat kami, ternyata di perjalanan ada persyaratan lagi dari pusat, kalau kerjasama itu pihak ketiga harus mempunyai semacam izin. Nah disini Unud belum memiliki izin yang dipersyaratkan, sehingga kerjasama itu batal dilaksanakan,” ungkap Narta.
Masih kata Sekdis Narta, pihkanya tetap menjadikan prioritas utama penanganan hama gayas di Desa Tembok. Langkahnya dengan lebih banyak memberikan edukasi kepada petani dalam pengolahan tanah, dan pemupukan. Dijelaskan, populasi gayas berflukstuasi, tergantung dari pengolahan tanah. Karena pengolahan tanah yang kurang akan menambah populasi dari gayas tersebut. “Kadang kan ini (pengolahan tanah,red) yang diabaikan. Gayas itu mampu hidup di musim panas, karena gayas akan masuk lebih dalam lagi ke tanah. Kalau musim hujan baru naik lagi memakan akar tanaman,” terangnya. *K19
1
Komentar