Dihiasi Mural Berbahan Kopi Bubuk
Bubuk kopi ini digunakan untuk memberikan warna baru, dan untuk menandakan bangkitnya kopi serta promosi pertanian kopi di Pulau Dewata.
Tukad Badung Terus Dipercantik
DENPASAR, NusaBali
Tukad Badung yang berada di selatan jembatan Jalan Gajah Mada, Denpasar terus dipoles dan dipercantik. Tembok atau dinding sungai kini dihiasi mural heritage karya dua seniman asal Gianyar. Mural yang menghiasi dinding barat tukad yang menjadi ikon Kota Denpasar tersebut berukuran 7 x 2 meter. Uniknya, mural tersebut menggunakan bahan kopi bubuk yang dicampur lem dengan mengambil konsep ‘Pasar Payuk’.
Konseptor mural heritage, Ary Wicahyana dan V Dedy Reru sudah mulai mengerjakan karyanya pada Selasa (20/11). Ary mengungkapkan, pembuatan mural tersebut berdasarkan tawaran dari Walikota Denpasar yang ingin menata tembok sungai menjadi lebih menarik. Sebab, saat ini tembok yang ada di sungai yang kerap disebut ‘Tukad Korea’ ----karena terinspirasi dari sungai di Korea Selatan itu--- hanya berupa bata putih.
Kata Ary, dengan permintaan tersebut, pihaknya ingin membuat konsep baru dalam mural yakni membuat konsep heritage dengan mengembalikan gambaran Pasar Payuk yang saat ini diganti dengan nama Pasar Kumbasari. "Kami diminta oleh Bapak Rai Mantra untuk membuat konsep mural. Jadi kami coba untuk membuat mural dengan bubuk kopi ini," ungkapnya, kemarin.
Dijelaskan, bubuk kopi ini digunakan untuk memberikan warna baru, selain itu mural tersebut juga untuk menandakan bangkitnya kopi di Bali sekaligus promosi pertanian kopi di Pulau Dewata. Sebelumnya pihaknya juga sudah menerapkan konsep dengan menggunakan kopi pada graffity motor vespa. "Sudah pernah kami lakukan pada vespa. Jadi sekarang kami coba di tembok Tukad Badung ini," imbuhnya.
Untuk menghindari lunturnya gambar, seniman mural ini menggunakan sistem lapisan waterprof bening. Mural ini ditarget akan selesai pada Desember 2018. Sebab, karya mural ini dibuat lebih detail sehingga membutuhkan lebih banyak waktu untuk mendapatkan gambar yang bagus. "Ini kami gak bisa cepet-cepetan soalnya nanti gak maksimal hasilnya. Kami juga harus melihat posisi gambar. Kedepannya jika dilihat bagus dan mendapat apresiasi dari warga kami berencana melanjutkan ke seluruh tembok di Tukad Badung ini dengan menggunakan konsep digitalisasi dipadukan dengan heritage,” katanya. *mi
DENPASAR, NusaBali
Tukad Badung yang berada di selatan jembatan Jalan Gajah Mada, Denpasar terus dipoles dan dipercantik. Tembok atau dinding sungai kini dihiasi mural heritage karya dua seniman asal Gianyar. Mural yang menghiasi dinding barat tukad yang menjadi ikon Kota Denpasar tersebut berukuran 7 x 2 meter. Uniknya, mural tersebut menggunakan bahan kopi bubuk yang dicampur lem dengan mengambil konsep ‘Pasar Payuk’.
Konseptor mural heritage, Ary Wicahyana dan V Dedy Reru sudah mulai mengerjakan karyanya pada Selasa (20/11). Ary mengungkapkan, pembuatan mural tersebut berdasarkan tawaran dari Walikota Denpasar yang ingin menata tembok sungai menjadi lebih menarik. Sebab, saat ini tembok yang ada di sungai yang kerap disebut ‘Tukad Korea’ ----karena terinspirasi dari sungai di Korea Selatan itu--- hanya berupa bata putih.
Kata Ary, dengan permintaan tersebut, pihaknya ingin membuat konsep baru dalam mural yakni membuat konsep heritage dengan mengembalikan gambaran Pasar Payuk yang saat ini diganti dengan nama Pasar Kumbasari. "Kami diminta oleh Bapak Rai Mantra untuk membuat konsep mural. Jadi kami coba untuk membuat mural dengan bubuk kopi ini," ungkapnya, kemarin.
Dijelaskan, bubuk kopi ini digunakan untuk memberikan warna baru, selain itu mural tersebut juga untuk menandakan bangkitnya kopi di Bali sekaligus promosi pertanian kopi di Pulau Dewata. Sebelumnya pihaknya juga sudah menerapkan konsep dengan menggunakan kopi pada graffity motor vespa. "Sudah pernah kami lakukan pada vespa. Jadi sekarang kami coba di tembok Tukad Badung ini," imbuhnya.
Untuk menghindari lunturnya gambar, seniman mural ini menggunakan sistem lapisan waterprof bening. Mural ini ditarget akan selesai pada Desember 2018. Sebab, karya mural ini dibuat lebih detail sehingga membutuhkan lebih banyak waktu untuk mendapatkan gambar yang bagus. "Ini kami gak bisa cepet-cepetan soalnya nanti gak maksimal hasilnya. Kami juga harus melihat posisi gambar. Kedepannya jika dilihat bagus dan mendapat apresiasi dari warga kami berencana melanjutkan ke seluruh tembok di Tukad Badung ini dengan menggunakan konsep digitalisasi dipadukan dengan heritage,” katanya. *mi
1
Komentar