Generasi Hindu Diminta Tuangkan Dalam Teknologi
Minat baca Bhagavad Gita di kalangan generasi muda masih rendah. Hal itu menimbulkan keprihatinan di kalangan tokoh-tokoh dan cendikiawan Hindu di Bali.
Minat Baca Bhagavad Gita Rendah
DENPASAR,NusaBali
Hal itu diungkapkan Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali Prof Dr Drs I Gusti Ngurah Sudiana, Msi disela-sela seminar nasional Bhagavad Gita di Auditorium Universitas Udayana, Senin (19/11).
Anggota Komisi X DPR RI dapil Bali yang membidangi pendidikan, adat-budaya, pemuda, ekonomi kreatif dan perpustakaan Putu Supadma Rudana mendorong generasi muda dalam melakukan penyebar luasan nilai-nilai dalam Bhagavad Gita dengan memanfaatkan teknologi dan kekinian.
Supadma Rudana yang didaulat menyerahkan piagam kepada nara sumber dalam seminar tersebut, mengatakan penyebar luasan bisa dalam bentuk pemanfaatan gadget, buku, atau teknologi yang lebih menarik.
“Kalau cara- cara konvensional mungkin kurang diminati. Kalau pemanfaatan teknologi, dengan penyajian yang menarik, tetapi tetap sesuai aslinya mungkin akan lebih menarik minat membaca, mempelajari, memahami oleh generasi muda kita,” ujar Wasekjen DPP Demokrat ini.
Seminar itu dihadiri Wakil Dekan III Unud Prof Dr Ir Made Sudarma,MS, Ketua Umum PHDI Wisnu Bawa Tenaya, Wagub Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati, Presiden World Hindhu Parisad Made Mangku Pastika, mahasiswa dan sejumlah tokoh umat Hindu.
Menurut Supadma Rudana, yang terpenting dilakukan PHDI bersama para cendikiawan Hindu di Indonesia saat ini, adalah bagaimana menjadikan Bhagavad Gita sebagai sebuah tuntunan hidup dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
“Tidak hanya menjadi sebuah buku suci yang tersebar luas, menjadi bahan bacaan yang membumi di kalangan generasi muda, juga wajib menjadi sebuah tuntutan hidup dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena dalam Bhagavad Gita terkandung pesan-pesan kehidupan yang memberikan garis tuntunan bagi umat manusia,” ujarnya.
Bhagavad Gita harus menjadi Way of Life. Bhagavad Gita adalah Filsafat Hindu, mengurai tentang Yoga, panduan praktis untuk hidup mandiri dalam pelaksanaan dharma Agama-sebuah pengabdian kepada negara. “Bhagavad Gita dibaca oleh tokoh-tokoh dunia mulai Albert Einstein,Julius Robert Oppenheimer hingga Soekarno Presiden RI pertama. Jadi generasi kita tidak boleh kalah dengan tokoh-tokoh dunia dalam upaya pemahaman dan penyebaran luasan nilai- nilai dalam Bhagavad Gita,” tegas Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia ini.
Khusus untuk pemajuan pendidikan dan kebudayaan, sebagai anggota Komisi X pihaknya akan mengupayakan gaungkan dalam legislasi , dimana sekarang sedang dirancang RUU tentang pesantren/pasraman nasional. “Umat Hindu juga mendapatkan porsi, yang sama dengan umat lain di Indonesia,” ujar Supadma Rudana.
Sementara Ketua PHDI Bali I Gusti Ngurah Sudiana mengatakan minat baca generasi Hindu menjadi sebuah tantangan besar bagi tokoh-tokoh di Hindu di Bali. “Bhagavad Gita kita sebar keliling. Kita serahkan ke mahasiswa, kita bagikan ke bendesa. Saya tanya pada bulan berikutnya, malah bukunya entah kemana. Katanya lupa menaruh dimana. Maka saya katakan ini sebuah tantangan bagi kita,” ujar Ngurah Sudiana.
Bahkan dirinya sering tantang mahasiswa untuk menghafalkan 3 sloka dari Bhagavad Gita. “Hafal 3 sloka saja sudah syukur. Saya berharap kita terus mendorong supaya Bhagavad Gita ini makin menjadi buku yang diminati serta dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari,” tegas Sudiana. *nat
DENPASAR,NusaBali
Hal itu diungkapkan Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali Prof Dr Drs I Gusti Ngurah Sudiana, Msi disela-sela seminar nasional Bhagavad Gita di Auditorium Universitas Udayana, Senin (19/11).
Anggota Komisi X DPR RI dapil Bali yang membidangi pendidikan, adat-budaya, pemuda, ekonomi kreatif dan perpustakaan Putu Supadma Rudana mendorong generasi muda dalam melakukan penyebar luasan nilai-nilai dalam Bhagavad Gita dengan memanfaatkan teknologi dan kekinian.
Supadma Rudana yang didaulat menyerahkan piagam kepada nara sumber dalam seminar tersebut, mengatakan penyebar luasan bisa dalam bentuk pemanfaatan gadget, buku, atau teknologi yang lebih menarik.
“Kalau cara- cara konvensional mungkin kurang diminati. Kalau pemanfaatan teknologi, dengan penyajian yang menarik, tetapi tetap sesuai aslinya mungkin akan lebih menarik minat membaca, mempelajari, memahami oleh generasi muda kita,” ujar Wasekjen DPP Demokrat ini.
Seminar itu dihadiri Wakil Dekan III Unud Prof Dr Ir Made Sudarma,MS, Ketua Umum PHDI Wisnu Bawa Tenaya, Wagub Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati, Presiden World Hindhu Parisad Made Mangku Pastika, mahasiswa dan sejumlah tokoh umat Hindu.
Menurut Supadma Rudana, yang terpenting dilakukan PHDI bersama para cendikiawan Hindu di Indonesia saat ini, adalah bagaimana menjadikan Bhagavad Gita sebagai sebuah tuntunan hidup dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
“Tidak hanya menjadi sebuah buku suci yang tersebar luas, menjadi bahan bacaan yang membumi di kalangan generasi muda, juga wajib menjadi sebuah tuntutan hidup dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena dalam Bhagavad Gita terkandung pesan-pesan kehidupan yang memberikan garis tuntunan bagi umat manusia,” ujarnya.
Bhagavad Gita harus menjadi Way of Life. Bhagavad Gita adalah Filsafat Hindu, mengurai tentang Yoga, panduan praktis untuk hidup mandiri dalam pelaksanaan dharma Agama-sebuah pengabdian kepada negara. “Bhagavad Gita dibaca oleh tokoh-tokoh dunia mulai Albert Einstein,Julius Robert Oppenheimer hingga Soekarno Presiden RI pertama. Jadi generasi kita tidak boleh kalah dengan tokoh-tokoh dunia dalam upaya pemahaman dan penyebaran luasan nilai- nilai dalam Bhagavad Gita,” tegas Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia ini.
Khusus untuk pemajuan pendidikan dan kebudayaan, sebagai anggota Komisi X pihaknya akan mengupayakan gaungkan dalam legislasi , dimana sekarang sedang dirancang RUU tentang pesantren/pasraman nasional. “Umat Hindu juga mendapatkan porsi, yang sama dengan umat lain di Indonesia,” ujar Supadma Rudana.
Sementara Ketua PHDI Bali I Gusti Ngurah Sudiana mengatakan minat baca generasi Hindu menjadi sebuah tantangan besar bagi tokoh-tokoh di Hindu di Bali. “Bhagavad Gita kita sebar keliling. Kita serahkan ke mahasiswa, kita bagikan ke bendesa. Saya tanya pada bulan berikutnya, malah bukunya entah kemana. Katanya lupa menaruh dimana. Maka saya katakan ini sebuah tantangan bagi kita,” ujar Ngurah Sudiana.
Bahkan dirinya sering tantang mahasiswa untuk menghafalkan 3 sloka dari Bhagavad Gita. “Hafal 3 sloka saja sudah syukur. Saya berharap kita terus mendorong supaya Bhagavad Gita ini makin menjadi buku yang diminati serta dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari,” tegas Sudiana. *nat
1
Komentar