Mobil Listrik Fakultas Teknik Unud Juara Umum Kompetisi Indonesia X
Mobil listrik ‘Laksamana’ andalan Fakultas Teknik Unud meraih predikat juara I katagori slalom test, juara I katagori percepatan, juara II katagori tanjakan, juara II katagori kecepatan, dan juara III katagori efisiensi
Dibuat Mahasiswa Selama Setahun, Efisiensi 91 Persen, Mampu Melaju dengan Kecepatan 80 Km/Jam
DENPASAR, NusaBali
Tim Weimana Mahasiswa Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Udayana (Unud) berhasil sabet gelar juara umum dalam ajang Kompetisi Mobil Listrik Indonesia X yang diselenggarakan di Politeknik Negeri Bandung, Jawa Barat, 14-18 November 2018. Mobil listrik andalan Fakultas Teknik Unud bernama ‘Laksamana’ yang jawara nasional ini dibuat selama setahun, punya efisiensi 91 persen, dan mampu melaju dengan kecepatan 80 km per jam.
Keberhasilan mobil listrik Laksamana andalan Fakultas Teknik Unud meraih gelar juara umum tersebut lantaran mampu menjadi yang terbaik hampir dalam semua kategori yang dilombakan. Rinciannya, kategori tanjakan, kategori kecepatan, kategori percepatan, kategori pengereman, kategori slalom test, dan kategori efisiensi. Tim Weimana di bawah bimbingan Pembina I Dewa Gede Ary Subagia ST MT PhD (dosen Teknik Mesin FT Unud) ini secara keseluruhan berhasil mencatat nilai yang sangat baik. Mobil listri Laksamana andalan mereka berhasil mengalahkan sederet pesaing tangguh dari Universitas Gajah Mada (UGM) Jogjakarta, Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang, Universitas Islam Indonesia (UII), dan tuan rumah Politeknik Negeri Bandung.
Dari enam kategori yang dilombakan, mobil listrik Laksamana berhasil meraih predikat juara I dalam katagori slalom test (dengan waktu tercepat 4,9 detik), juara I katagori percepatan (5,1 m/s2), juara II katagori tanjakan (dengan capaian 7,3 watt/kg), juara II katagori kecepatan (dengan waktu tercepat rata-rata 12 menit 14 detik untuk 10 kali putaran sepanjang 1 km), dan juara III katagori efisiensi (91 persen). Atas raihan tersebut, mobil listrik Laksamana dari Tim Weimana Teknik Mesin FT Unud dinobatkan juara umum I.
“Total peserta yang ikut dalam Kompetisi Mobil Listrik Indonesia X ini berjumlah 26 tim. Kami dari Fakultas Teknik Unud mewakili Bali. Sebenarnya, sejak tahun 2013 lalu kami sudah ikut kompetisi ini dan hampir setiap tahun dapat juara. Kebetulan, tahun 2018 merupakan prestasi terbaik bagi kami, mendapatkan predikat juara umum I,” ujar sang Pembina I Dewa Gede Ary Subagia kepada NusaBali di Denpasar, Kamis (22/11).
Ary Subagia menjelaskan, mobil listrik ‘Laksamana’ memiliki beberapa keunggulan. Di antaranya, memiliki kestabilan yang bagus, kecepatan yang baik, dan efisiensi. Untuk menciptakan mobil listrik Laksamana ini, dibutuhkan waktu selama setahun. “Kami membutuhkan kajian kurang lebih setahun. Jadi, setiap tahun kami melakukan kajian. Bukan hanya dosen saja, ini juga termasuk bagian dari hasil riset para mahasiswa (Teknik Mesin FT Unud, Red),” katanya.
Komponen mobil listrik Laksamana itu terdiri dari bodi, control, dan baterai. Menurut Ary Subagia, komponen mobil listrik dibuat sendiri oleh mahasiswa, sementara baterai dengan material lithium masih harus dibeli. “Baterai itu kami beli tidak dalam bentuk jadi, melainkan kami rakit kembali menjadi sumber daya dari mobil listrik ini,” beber Ary Subagia.
Menurut Ary Subagia, mobil listrik Laksamana mampu melaju dengan kecepatan hingga 80 km per jam. Mobil listrik Laksamana menggunakan sebanyak 140 biji baterai lithium dan dicharge selama 4 jam sampai penuh. Makanya, dalam lomba ada kategori efisiensi yang mengharuskan mobil listrik mampu menempuh kecepatan dengan 10 kali putaran.
“Dari sana dicek berapa menghabiskan daya baterainya. Ternyata, dengan menempuh jarak 10 kilometer dengan kecepatan 70 km/jam, mobil listrik Laksamana memiliki efisiensi 91 persen. Jadi, sisanya masih banyak. Nah, kebetulan kita menjadi efisiensi terbaik ketiga dalam lomba tersebut,” jelas Ary Subagia.
Ditanya mengenai biaya pembuatan mobil listri Laksamana, menurut Ary Subagia, merupakan kendala klasik selama ini. Jika dihitung dari awal pembuatan, mobil listrik Laksamana menghabiskan dana sebesar Rp 120 juta. Pihak universitas sendiri belum sepenuhnya bisa menyediakan dana, sehingga dosen dan mahasiswa Teknik Mesin FT Unud saling bahu membahu untuk mewujudkan kendaraan listrik terse-but.
“Sampai saat ini, FT Unud sendiri telah memiliki lima kendaraan listrik dengan berbagai macam tipe. Sementara kita belum sampai tahap produksi,” sebutnya. Dalam waktu dekat, kata Ary Subagia, Tim Weimana akan kembali berjuang untuk menjadi yang terbaik di ajang Kompetisi Mobil Hemat Energi yang diselenggarakan Belmawa Kemenristekdikti, 26 November-1 Desember 2018 nanti, di Universitas Negeri Padang, Sumatra Barat.
Sementara itu, Dekan Fakultas Teknik Unud, Prof Ir Ngakan Putu Gede Suardana MT PhD, mengapresiasi sukses Tim Waimena Teknik Mesin yang tampil sebagai juara umum dalam Kompetisi Mobil Listrik Indonesia X. Menurut Prof Suardana, pihaknya akan terus meningkatkan kualitas kendaraan listrik yang diciptakan, lebih dari sekadar mobil untuk kontes atau kompetisi.
“Kami akan coba, mudah-mudahan tahun depan, kita bergerak dalam mobil listrik untuk komersial. Barangkali sepeda motor dan mobil kecil akan kita create,” tandas Prof Suardana kepada NusaBali secara terpisah, Kamis kemarin.
Hanya saja, masalah pendanaan masih menjadi kendala untuk mewujudkan lebih banyak kendaraan listrik ini. “Kalau kita mendanai sendiri, agak berat memang. Karena satu mobil listrik saja, sewaktu kita buat pertama kali, sama dengan harga satu mobil Avanza baru zaman itu. Nah, ini tentu peran dari company sangat kita harapkan nanti. Kalau misalnya CSR perusahaan-perusahaan bisa diberikan kepada kita, mensupport kita, saya kira kita bisa mewujudkan itu,” tegas Prof Suardana.
Ditambahkannya, saat ini Unud masuk dalam salah satu konsorsium yang menguji mobil listrik dari Toyota. Ada enam mobil yang diuji di Unud yakni mobil listrik dan mobil hybrid (campuran bahan bakar minyak dan listrik). “Selain UI dan UGM, kita (Unud) juga diberikan kepercayaan untuk menguji mobil tersebut,” katanya.
Bukan hanya itu, Unud juga ikut konsorsium dengan Kementerian Perindustrian untuk membuat baterai kendaraan listrik. Sebab, selama ini baterai tersebut masih diimpor. Konsorsium inilah yang nantinya akan mengerjakan masing-masing bagian dari kendaraan listrik tersebut. Dengan harapan, baterai kendaraan listrik nantinya bisa dibuat sendiri. “Unud juga memiliki konsorsium yang pendanaannya dibiayai oleh PLN pusat bersama UGM, UI, ITB, UNS, dan Undip.” *ind
DENPASAR, NusaBali
Tim Weimana Mahasiswa Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Udayana (Unud) berhasil sabet gelar juara umum dalam ajang Kompetisi Mobil Listrik Indonesia X yang diselenggarakan di Politeknik Negeri Bandung, Jawa Barat, 14-18 November 2018. Mobil listrik andalan Fakultas Teknik Unud bernama ‘Laksamana’ yang jawara nasional ini dibuat selama setahun, punya efisiensi 91 persen, dan mampu melaju dengan kecepatan 80 km per jam.
Keberhasilan mobil listrik Laksamana andalan Fakultas Teknik Unud meraih gelar juara umum tersebut lantaran mampu menjadi yang terbaik hampir dalam semua kategori yang dilombakan. Rinciannya, kategori tanjakan, kategori kecepatan, kategori percepatan, kategori pengereman, kategori slalom test, dan kategori efisiensi. Tim Weimana di bawah bimbingan Pembina I Dewa Gede Ary Subagia ST MT PhD (dosen Teknik Mesin FT Unud) ini secara keseluruhan berhasil mencatat nilai yang sangat baik. Mobil listri Laksamana andalan mereka berhasil mengalahkan sederet pesaing tangguh dari Universitas Gajah Mada (UGM) Jogjakarta, Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang, Universitas Islam Indonesia (UII), dan tuan rumah Politeknik Negeri Bandung.
Dari enam kategori yang dilombakan, mobil listrik Laksamana berhasil meraih predikat juara I dalam katagori slalom test (dengan waktu tercepat 4,9 detik), juara I katagori percepatan (5,1 m/s2), juara II katagori tanjakan (dengan capaian 7,3 watt/kg), juara II katagori kecepatan (dengan waktu tercepat rata-rata 12 menit 14 detik untuk 10 kali putaran sepanjang 1 km), dan juara III katagori efisiensi (91 persen). Atas raihan tersebut, mobil listrik Laksamana dari Tim Weimana Teknik Mesin FT Unud dinobatkan juara umum I.
“Total peserta yang ikut dalam Kompetisi Mobil Listrik Indonesia X ini berjumlah 26 tim. Kami dari Fakultas Teknik Unud mewakili Bali. Sebenarnya, sejak tahun 2013 lalu kami sudah ikut kompetisi ini dan hampir setiap tahun dapat juara. Kebetulan, tahun 2018 merupakan prestasi terbaik bagi kami, mendapatkan predikat juara umum I,” ujar sang Pembina I Dewa Gede Ary Subagia kepada NusaBali di Denpasar, Kamis (22/11).
Ary Subagia menjelaskan, mobil listrik ‘Laksamana’ memiliki beberapa keunggulan. Di antaranya, memiliki kestabilan yang bagus, kecepatan yang baik, dan efisiensi. Untuk menciptakan mobil listrik Laksamana ini, dibutuhkan waktu selama setahun. “Kami membutuhkan kajian kurang lebih setahun. Jadi, setiap tahun kami melakukan kajian. Bukan hanya dosen saja, ini juga termasuk bagian dari hasil riset para mahasiswa (Teknik Mesin FT Unud, Red),” katanya.
Komponen mobil listrik Laksamana itu terdiri dari bodi, control, dan baterai. Menurut Ary Subagia, komponen mobil listrik dibuat sendiri oleh mahasiswa, sementara baterai dengan material lithium masih harus dibeli. “Baterai itu kami beli tidak dalam bentuk jadi, melainkan kami rakit kembali menjadi sumber daya dari mobil listrik ini,” beber Ary Subagia.
Menurut Ary Subagia, mobil listrik Laksamana mampu melaju dengan kecepatan hingga 80 km per jam. Mobil listrik Laksamana menggunakan sebanyak 140 biji baterai lithium dan dicharge selama 4 jam sampai penuh. Makanya, dalam lomba ada kategori efisiensi yang mengharuskan mobil listrik mampu menempuh kecepatan dengan 10 kali putaran.
“Dari sana dicek berapa menghabiskan daya baterainya. Ternyata, dengan menempuh jarak 10 kilometer dengan kecepatan 70 km/jam, mobil listrik Laksamana memiliki efisiensi 91 persen. Jadi, sisanya masih banyak. Nah, kebetulan kita menjadi efisiensi terbaik ketiga dalam lomba tersebut,” jelas Ary Subagia.
Ditanya mengenai biaya pembuatan mobil listri Laksamana, menurut Ary Subagia, merupakan kendala klasik selama ini. Jika dihitung dari awal pembuatan, mobil listrik Laksamana menghabiskan dana sebesar Rp 120 juta. Pihak universitas sendiri belum sepenuhnya bisa menyediakan dana, sehingga dosen dan mahasiswa Teknik Mesin FT Unud saling bahu membahu untuk mewujudkan kendaraan listrik terse-but.
“Sampai saat ini, FT Unud sendiri telah memiliki lima kendaraan listrik dengan berbagai macam tipe. Sementara kita belum sampai tahap produksi,” sebutnya. Dalam waktu dekat, kata Ary Subagia, Tim Weimana akan kembali berjuang untuk menjadi yang terbaik di ajang Kompetisi Mobil Hemat Energi yang diselenggarakan Belmawa Kemenristekdikti, 26 November-1 Desember 2018 nanti, di Universitas Negeri Padang, Sumatra Barat.
Sementara itu, Dekan Fakultas Teknik Unud, Prof Ir Ngakan Putu Gede Suardana MT PhD, mengapresiasi sukses Tim Waimena Teknik Mesin yang tampil sebagai juara umum dalam Kompetisi Mobil Listrik Indonesia X. Menurut Prof Suardana, pihaknya akan terus meningkatkan kualitas kendaraan listrik yang diciptakan, lebih dari sekadar mobil untuk kontes atau kompetisi.
“Kami akan coba, mudah-mudahan tahun depan, kita bergerak dalam mobil listrik untuk komersial. Barangkali sepeda motor dan mobil kecil akan kita create,” tandas Prof Suardana kepada NusaBali secara terpisah, Kamis kemarin.
Hanya saja, masalah pendanaan masih menjadi kendala untuk mewujudkan lebih banyak kendaraan listrik ini. “Kalau kita mendanai sendiri, agak berat memang. Karena satu mobil listrik saja, sewaktu kita buat pertama kali, sama dengan harga satu mobil Avanza baru zaman itu. Nah, ini tentu peran dari company sangat kita harapkan nanti. Kalau misalnya CSR perusahaan-perusahaan bisa diberikan kepada kita, mensupport kita, saya kira kita bisa mewujudkan itu,” tegas Prof Suardana.
Ditambahkannya, saat ini Unud masuk dalam salah satu konsorsium yang menguji mobil listrik dari Toyota. Ada enam mobil yang diuji di Unud yakni mobil listrik dan mobil hybrid (campuran bahan bakar minyak dan listrik). “Selain UI dan UGM, kita (Unud) juga diberikan kepercayaan untuk menguji mobil tersebut,” katanya.
Bukan hanya itu, Unud juga ikut konsorsium dengan Kementerian Perindustrian untuk membuat baterai kendaraan listrik. Sebab, selama ini baterai tersebut masih diimpor. Konsorsium inilah yang nantinya akan mengerjakan masing-masing bagian dari kendaraan listrik tersebut. Dengan harapan, baterai kendaraan listrik nantinya bisa dibuat sendiri. “Unud juga memiliki konsorsium yang pendanaannya dibiayai oleh PLN pusat bersama UGM, UI, ITB, UNS, dan Undip.” *ind
1
Komentar