Sampah Kiriman Mulai Kampih di Pantai Kuta
Dinas LHK Badung Tempuh Upaya Sekala dan Niskala
MANGUPURA, NusaBali
Pantai Kuta, Kecamatan Kuta, Badung mulai didatangi sampah kiriman. Sampah kiriman yang seringkali berupa kayu berbagai ukuran ini biasanya terjadi selama enam bulan dari November hingga April.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (Dinas LHK) Badung I Putu Eka Merthawan dikonfirmasi pada Kamis (22/11), mengungkapkan pihaknya selalu siap untuk memberikan yang terbaik sesuai kemampuan. Meski saat ini sampah kiriman yang biasanya menyerbu pantai barat masih tipis, namun pihaknya sudah siaga. Bahkan pada Kamis kemarin pihaknya melakukan kerja bakti di sepanjang pantai barat.
Pejabat asal Sempidi, Kecamatan Mengwi, ini mengatakan meski sampah yang terdampar (kampih) masih tipis-tipis pihaknya sudah melakukan langkah antisipasi dengan menyiapkan manajemen penanganan sampah kiriman secara sekala dan niskala. Niskala yang dimaksudkannya yaitu melakukan persembahyangan di pura yang ada di Badung. Tujuannya untuk memohon agar volume sampah yang datang tidak terlalu banyak dan bisa diatasi dengan baik tanpa menimbulkan masalah.
Selain itu pihaknya juga melakukan pola pemberdayaan masyarakat untuk mengatasi sampah plastik. Pihaknya menerjunkan delapan pengelola bank sampah di sejumlah titik pantai yang ada di Badung. Para pengelola bank sampah itu akan stand bay di pantai yang dipenuhi sampah kiriman. Apabila ada warga yang memungut dan mengumpulkan sampah plastik, bisa disetorkan atau dijual ke bank sampah dimaksud.
“Ini merupakan manajemen pemberdayaan, ada gula ada semut. Ketika ada bank sampah yang datang siap membeli, diharapkan masyarakat berdatangan untuk mengangkut sampah plastik kiriman untuk diuangkan di bank sampah,” papar Merthawan.
Sampah yang menepi di Pantai Kuta, menurut Merthawan, adalah sampah eceng gondok dan sampah plastik. Pihaknya akan melakukan kerja bakti tiap hari jika terjadi kondisi darurat. Mengenai sampah kiriman, Merthawan mengajak masyarakat untuk berhati-hati dalam menyampaikan atau menyebarluaskan informasi, terutama di media sosial (medsos).
“Kami mencoba menghindari masalah akibat sampah kiriman. Kami mengajak untuk tertib bermedia sosial. Saat ini memang sangat mudah menyebarkan foto-foto ke medsos dan menjadi viral. Tetapi nanti yang menerima risikonya adalah kita semua,” ajaknya. *po
Pantai Kuta, Kecamatan Kuta, Badung mulai didatangi sampah kiriman. Sampah kiriman yang seringkali berupa kayu berbagai ukuran ini biasanya terjadi selama enam bulan dari November hingga April.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (Dinas LHK) Badung I Putu Eka Merthawan dikonfirmasi pada Kamis (22/11), mengungkapkan pihaknya selalu siap untuk memberikan yang terbaik sesuai kemampuan. Meski saat ini sampah kiriman yang biasanya menyerbu pantai barat masih tipis, namun pihaknya sudah siaga. Bahkan pada Kamis kemarin pihaknya melakukan kerja bakti di sepanjang pantai barat.
Pejabat asal Sempidi, Kecamatan Mengwi, ini mengatakan meski sampah yang terdampar (kampih) masih tipis-tipis pihaknya sudah melakukan langkah antisipasi dengan menyiapkan manajemen penanganan sampah kiriman secara sekala dan niskala. Niskala yang dimaksudkannya yaitu melakukan persembahyangan di pura yang ada di Badung. Tujuannya untuk memohon agar volume sampah yang datang tidak terlalu banyak dan bisa diatasi dengan baik tanpa menimbulkan masalah.
Selain itu pihaknya juga melakukan pola pemberdayaan masyarakat untuk mengatasi sampah plastik. Pihaknya menerjunkan delapan pengelola bank sampah di sejumlah titik pantai yang ada di Badung. Para pengelola bank sampah itu akan stand bay di pantai yang dipenuhi sampah kiriman. Apabila ada warga yang memungut dan mengumpulkan sampah plastik, bisa disetorkan atau dijual ke bank sampah dimaksud.
“Ini merupakan manajemen pemberdayaan, ada gula ada semut. Ketika ada bank sampah yang datang siap membeli, diharapkan masyarakat berdatangan untuk mengangkut sampah plastik kiriman untuk diuangkan di bank sampah,” papar Merthawan.
Sampah yang menepi di Pantai Kuta, menurut Merthawan, adalah sampah eceng gondok dan sampah plastik. Pihaknya akan melakukan kerja bakti tiap hari jika terjadi kondisi darurat. Mengenai sampah kiriman, Merthawan mengajak masyarakat untuk berhati-hati dalam menyampaikan atau menyebarluaskan informasi, terutama di media sosial (medsos).
“Kami mencoba menghindari masalah akibat sampah kiriman. Kami mengajak untuk tertib bermedia sosial. Saat ini memang sangat mudah menyebarkan foto-foto ke medsos dan menjadi viral. Tetapi nanti yang menerima risikonya adalah kita semua,” ajaknya. *po
1
Komentar