Pangkostrad Dilantik Presiden Jadi KSAD
Letjen TNI Andika Perkasa SE MA MSc Mphil PhD, 54, dilantik Presiden Jokowi sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Kamis (22/11), untuk menggantikan Jenderal TNI Mulyono yang segera akan memasuki masa pensiun.
Setahun, Andika Dua Kali Naik Pangkat
JAKARTA, NusaBali
Memiliki rekam jejak yang komplet, perwira tinggi TNI kelahiran Bandung, 21 Desember 1964, ini pernah dua kali naik pangkat dalam setahun. Sebelum dilantik menjadi KSAD oleh Presiden Jokowi di Istana Negara Jakarta, Kamis kemarin, jabatan terakhir Letjen TNI Andika Perkasa adalah sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) sejak 23 Juli 2018). Begitu dilantik jadi KSAD, Andika Perkasa yang merupakan lulusan Akademi Militer (Akmil) 1987 pun langsung mendapat kenaikan pangkat menjadi Jenderal (bintang empat), berdasarkan Keppres Nomor 98/TNI/2018 yang ditandatangani Presiden Jokowi.
"Menaikkan pangkat satu tingkat lebih tinggi kepada perwira tinggi TNI atas nama Letnan Jenderal Andika Perkasa menjadi Jenderal TNI," bunyi petikan Keppres kenaikan pangkat yang dibacakan oleh Sekretaris Militer Presiden (Sesmilpres), Marsda Trisno Hedardi.
Presiden Jokowi menilai KSAD Jenderal Andika Perkasa sebagai sosok yang ko-mplet. Sebab, Andika Perkasa pernah menjabat berbagai posisi strategis, termasuk Komandan Paspampres dan Pangkostrad. "Ini kan kita melihat rekam jejak Pak Andika pernah di Kopassus, pernah di Kodiklat, pernah di Pangdam, pernah di Kostrad, sebelumnya di penerangan, saya kira komplet. Pernah jadi Komandan Paspampres. Semuanya komplet. Memang ada beberapa kandidat, tapi inilah yang kita putuskan," ujar Jokowi.
Jokowi mengatakan, awalnya ada empat nama yang diusulkan menjadi KSAD untuk menggantikan Jenderal Mulyono. Namun, Jokowi akhirnya menunjuk Andika Perkasa. "Coba dilihat saja perjalanan karier Pak Andika, saya kira sudah memenuhi semuanya," tegas Jokowi.
Menurut Jokowi, penunjukan Andika Perkasa sebagai KSAD tidak ada sangkut-pautnya dengan sosok muda. "Kita bukan muda atau tidak muda. Sekali ada, semuanya akan ada hitung-hitungannya, terutama pengalaman, rekam jejak, pendidikan yang telah dijalani, semua kita lihat," katanya.
Karier militer Andika Perkasa sendiri bermula dari korps baret merah. Sebagai-mana dilansir detikcom, Kamis kemarin, Andika mengawali kariernya di Grup 2/Para Komando Kopassus. Andika kemudian sempat bertugas di satuan elite penanggulangan teror ‘Sat 81 Gultor Kopassus’. Selain itu, Andika pernah bertugas di Departemen Pertahanan pada 2001 dan BAIS.
Pada 2002, Andika diangkat menjadi Danyon 32 Grup 3/Sandha Kopassus. Setelah beberapa kali pindah tugas, dia kemudian dipromosikan menjadi Komandan Rindam Jaya pada 2011. Lewat jabatan ini, Andika memperoleh kenaikan pangkat menjadi Kolonel. Pertengahan 2012, Andika diangkat menjadi Danrem 023/Kawal Samudra di Sibolga. Belum setahun sebagai Danrem, dia dipromosikan menjadi Kadispen TNI AD, hingga pangkatnya naik Brigjen (Jenderal Bintang Satu).
Hanya 11 bulan menjadi Kadispen TNI AD, Andika diangkat menjadi Komandan Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres) pada Oktober 2014. Andika dipilih sendiri oleh Presiden Jokowi. Menantu mantan Kepala BIN Jenderal TNI (Purn) Hendropriyono ini pun mendapat kenaikan pangkat menjadi Mayjen (Jenderal Bintang Dua).
Setelah 2 tahun menjadi Komandan Paspampres, Andika kemudian dipromosikan menjadi Pangdam XII/Tanjungpura, Mei 2016. Kariernya terus menanjak. Pada 2018, Andika tiga kali mendapat promosi. Awalnya, dia diangkat menjadi Komandan Komando Pembinaan Doktrin, Pendidikan, dan Latihan (Dankodiklat) TNI AD. Jabatan ini mengantarkan Andika memperoleh pangkat Letjen (Jenderal Bintang Tiga). Pada 23 Juli 2018, Andika kembali mendapat promosi, diangkat menjadi Pangkostrad, menggantikan Letjen Agus Kriswanto yang pensiun. Baru 5 bulan menjabat sebagai Pangkostrad, kini Andika dipromosikan menjadi KSAD---pimpinan tertinggi TNI AD. Dia menggantikan Jenderal Mulyono yang akan memasuki masa pensiun, Januari 2019 mendatang.
Lulusan terbaik Seskoad angkatan 1999/2000 ini bukan hanya dua kali dapat kenaikan pangkat dalam setahun. Sebelumnya, dia juga banyak menghabiskan waktu untuk studi di luar negeri di awal kariernya. Tak heran jika Andika memiliki 3 gelar master dari universitas di Amerika Serikat. Andika pernah mengemban pendidikan di Norwich University. Kemudian pada 2003, Andika melanjutkan studi di National War College (NWC), yang merupakan bagian dari National Defense University, Washington DC. Andika juga sempat belajar di George Washington University, yang berada di Washington DC.
Sementara itu, Fraksi PDIP DPR RI mengapresiasi keputusan Jokowi angkat Jenderal Andika Perkasa sebagai KSAD. Andika dinilai bisa memimpin TNI AD dengan cukup panjang, mengingat usianya baru 54 tahun pada 21 Desember 2018 mendatang. Dengan demikian, program-program TNI AD dapat terimplementasi dengan lebih baik.
"Dengan usia yang masih jauh dari masa pensiun, berarti Jenderal Andika punya masa yang relatif panjang untuk bisa mengimplementasikan kebijakan-kebijakan dalam rangka melanjutkan agenda reformasi TNI," ujar anggota Fraksi PDIP DPR, Charles Honoris, Kamis kemarin. “Selama ini, KSAD memang hanya dijabat 1-2 tahun, sehingga kesempatan menghasilkan kerja yang berdampak jangka panjang semakin terbatas," lanjut Charles yang duduk di Komisi I DPR. *
JAKARTA, NusaBali
Memiliki rekam jejak yang komplet, perwira tinggi TNI kelahiran Bandung, 21 Desember 1964, ini pernah dua kali naik pangkat dalam setahun. Sebelum dilantik menjadi KSAD oleh Presiden Jokowi di Istana Negara Jakarta, Kamis kemarin, jabatan terakhir Letjen TNI Andika Perkasa adalah sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) sejak 23 Juli 2018). Begitu dilantik jadi KSAD, Andika Perkasa yang merupakan lulusan Akademi Militer (Akmil) 1987 pun langsung mendapat kenaikan pangkat menjadi Jenderal (bintang empat), berdasarkan Keppres Nomor 98/TNI/2018 yang ditandatangani Presiden Jokowi.
"Menaikkan pangkat satu tingkat lebih tinggi kepada perwira tinggi TNI atas nama Letnan Jenderal Andika Perkasa menjadi Jenderal TNI," bunyi petikan Keppres kenaikan pangkat yang dibacakan oleh Sekretaris Militer Presiden (Sesmilpres), Marsda Trisno Hedardi.
Presiden Jokowi menilai KSAD Jenderal Andika Perkasa sebagai sosok yang ko-mplet. Sebab, Andika Perkasa pernah menjabat berbagai posisi strategis, termasuk Komandan Paspampres dan Pangkostrad. "Ini kan kita melihat rekam jejak Pak Andika pernah di Kopassus, pernah di Kodiklat, pernah di Pangdam, pernah di Kostrad, sebelumnya di penerangan, saya kira komplet. Pernah jadi Komandan Paspampres. Semuanya komplet. Memang ada beberapa kandidat, tapi inilah yang kita putuskan," ujar Jokowi.
Jokowi mengatakan, awalnya ada empat nama yang diusulkan menjadi KSAD untuk menggantikan Jenderal Mulyono. Namun, Jokowi akhirnya menunjuk Andika Perkasa. "Coba dilihat saja perjalanan karier Pak Andika, saya kira sudah memenuhi semuanya," tegas Jokowi.
Menurut Jokowi, penunjukan Andika Perkasa sebagai KSAD tidak ada sangkut-pautnya dengan sosok muda. "Kita bukan muda atau tidak muda. Sekali ada, semuanya akan ada hitung-hitungannya, terutama pengalaman, rekam jejak, pendidikan yang telah dijalani, semua kita lihat," katanya.
Karier militer Andika Perkasa sendiri bermula dari korps baret merah. Sebagai-mana dilansir detikcom, Kamis kemarin, Andika mengawali kariernya di Grup 2/Para Komando Kopassus. Andika kemudian sempat bertugas di satuan elite penanggulangan teror ‘Sat 81 Gultor Kopassus’. Selain itu, Andika pernah bertugas di Departemen Pertahanan pada 2001 dan BAIS.
Pada 2002, Andika diangkat menjadi Danyon 32 Grup 3/Sandha Kopassus. Setelah beberapa kali pindah tugas, dia kemudian dipromosikan menjadi Komandan Rindam Jaya pada 2011. Lewat jabatan ini, Andika memperoleh kenaikan pangkat menjadi Kolonel. Pertengahan 2012, Andika diangkat menjadi Danrem 023/Kawal Samudra di Sibolga. Belum setahun sebagai Danrem, dia dipromosikan menjadi Kadispen TNI AD, hingga pangkatnya naik Brigjen (Jenderal Bintang Satu).
Hanya 11 bulan menjadi Kadispen TNI AD, Andika diangkat menjadi Komandan Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres) pada Oktober 2014. Andika dipilih sendiri oleh Presiden Jokowi. Menantu mantan Kepala BIN Jenderal TNI (Purn) Hendropriyono ini pun mendapat kenaikan pangkat menjadi Mayjen (Jenderal Bintang Dua).
Setelah 2 tahun menjadi Komandan Paspampres, Andika kemudian dipromosikan menjadi Pangdam XII/Tanjungpura, Mei 2016. Kariernya terus menanjak. Pada 2018, Andika tiga kali mendapat promosi. Awalnya, dia diangkat menjadi Komandan Komando Pembinaan Doktrin, Pendidikan, dan Latihan (Dankodiklat) TNI AD. Jabatan ini mengantarkan Andika memperoleh pangkat Letjen (Jenderal Bintang Tiga). Pada 23 Juli 2018, Andika kembali mendapat promosi, diangkat menjadi Pangkostrad, menggantikan Letjen Agus Kriswanto yang pensiun. Baru 5 bulan menjabat sebagai Pangkostrad, kini Andika dipromosikan menjadi KSAD---pimpinan tertinggi TNI AD. Dia menggantikan Jenderal Mulyono yang akan memasuki masa pensiun, Januari 2019 mendatang.
Lulusan terbaik Seskoad angkatan 1999/2000 ini bukan hanya dua kali dapat kenaikan pangkat dalam setahun. Sebelumnya, dia juga banyak menghabiskan waktu untuk studi di luar negeri di awal kariernya. Tak heran jika Andika memiliki 3 gelar master dari universitas di Amerika Serikat. Andika pernah mengemban pendidikan di Norwich University. Kemudian pada 2003, Andika melanjutkan studi di National War College (NWC), yang merupakan bagian dari National Defense University, Washington DC. Andika juga sempat belajar di George Washington University, yang berada di Washington DC.
Sementara itu, Fraksi PDIP DPR RI mengapresiasi keputusan Jokowi angkat Jenderal Andika Perkasa sebagai KSAD. Andika dinilai bisa memimpin TNI AD dengan cukup panjang, mengingat usianya baru 54 tahun pada 21 Desember 2018 mendatang. Dengan demikian, program-program TNI AD dapat terimplementasi dengan lebih baik.
"Dengan usia yang masih jauh dari masa pensiun, berarti Jenderal Andika punya masa yang relatif panjang untuk bisa mengimplementasikan kebijakan-kebijakan dalam rangka melanjutkan agenda reformasi TNI," ujar anggota Fraksi PDIP DPR, Charles Honoris, Kamis kemarin. “Selama ini, KSAD memang hanya dijabat 1-2 tahun, sehingga kesempatan menghasilkan kerja yang berdampak jangka panjang semakin terbatas," lanjut Charles yang duduk di Komisi I DPR. *
Komentar