nusabali

Tempati Gedung Baru, ATC Ngurah Rai Dilengkapi Perangkat Canggih

  • www.nusabali.com-tempati-gedung-baru-atc-ngurah-rai-dilengkapi-perangkat-canggih

Air Traffic Control (ATC) Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Tuban, Kecamatan Kuta, Badung yang baru dilengkapi dengan peralatan canggih milik Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

MANGUPURA, NusaBali
Gedung ATC baru yang berada di sisi selatan bandara itu kini bisa dimanfaatkan untuk memaksimalkan kontrol navigasi penerbangan oleh controller yang bertugas.  Manajer Perencanaan dan Evaluasi Operasi Air Navigation (AirNav) Indonesia Cabang Denpasar I Gede Cakra Warsita, mengatakan dalam konsep pelayanan penerbangan oleh AirNav adalah mengatur pelayanan navigasi penerbangan agar dapat berjalan lacar tanpa kendala.

Pemindahan tower ATC ke selatan bandara karena pada tower lama tak semua posisi lapangan pacu kelihatan. Sementara tower yang baru ini semuanya kelihatan secara kasat mata. Pada tower yang lama, controller harus menggunakan CCTV sebagai alat bantu penglihatan.

“Jadi yang membedakannya adalah jarak pandang. Sementara di sini controller bisa melihat langsung landasan pacu bandara. Ketinggian dari tower ATC yang baru ini adalah 39 meter terdiri dari 6 lantai. Dengan ketinggian ini sangat menunjang penglihatan untuk pergerakan pesawat di bandara,” tutur Cakra Warsita saat dikonfirmasi pada Kamis (22/11).

Cakra Warsita mengatakna selain itu pada tower yang baru ini terdapat penambahan sistem dari BMKG, yakni automated weather observing (AWOs), light detection, dan radar wind profiler, ranging (lidar).

Lidar merupakan alat yang paling penting di Ngurah Rai. Fungsi lidar ini sebagai alat bantu untuk mendeteksi volcanic ash (debu vulkanik). Dengan alat ini keselamatan penerbangan lebih terjamin.

“Alat ini merupakan milik BMKG yang digunakan oleh AirNav. Sebelumnya untuk mendeteksi keberadaan debu vulkanik di bandara menggunakan paper test. Paper test itu dapat digunakan saat debu vulkanik sudah jatuh ke tanah. Sementara dengan Lidar ini sudah bisa mendeteksi saat debu vulkanik masih berada di ruang udara. Dengan alat ini informasi penutupan bandara dapat diperoleh dengan cepat,” jelasnya.

Target ke depannya jika nanti pengelola Bandara Ngurah Rai membangun rapid exit taxiway pihaknya akan menghitung ulang kapasitas penerbangan per jam. Saat ini adalah 30 penerbangan per jam. Targetnya 35 penerbangan per jam.

Saat ini sedang dilakukan pengembangan apron, rencana penambahan apron sepanjang 400 meter ke arah barat. Nantinya panjang apron menjadi 3.400 meter. Dengan pepanjangan landasan ini akan dilakukan perhitungan ulang jumlah pesawat yang masuk ke Bandara Ngurah Rai.

“Rapid exit taxiway sangat berpengaruh terhadap peningkatan kapasitas jumlah penerbangan. Awalnya sudut pandang 90 derajat berubah menjadi 30 derajat. Kalau 90 derajat pesawat yang hendak keluar harus berhenti sebentar baru keluar. Hal itu yang membuat kepadatan. Makin cepat keluar pelayanan makin bagus. Rapid exit taxiway yang saat ini adalah yang lama. Barangkali dulu pesawat yang masuk belum yang besar-besar,” tutur Cakra Warsita. *po

Komentar