Wayan Segara Tetap Jalankan Usaha Bengkel meski Menyandang Tuna Netra
Jika kebetulan lewat di Sidakarya, mampirlah sejenak untuk sekedar cuci motor atau ganti oli. Wayan menaruh harapan besar pada bengkel kecil miliknya yang belakang ini mulai sepi pengunjung.
DENPASAR, NusaBali
Nasib memang susah ditebak, kadang perputaran nasib membawanya ke atas, kadang juga ke bawah. Hal itu pula yang kini dialami oleh Wayan Segara, pria kelahiran Sidemen, Karangasem, yang kini telah lama menetap di Banjar Sari, Desa Sidakarya, Denpasar Selatan. Ia harus kehilangan pekerjaannya dan menjalankan usaha bengkel kecil-kecilan di daerah Sidakarya karena penyakit pengelihatan yang dideritanya. Mirisnya, penyakit itu telah merenggut sepasang pengelihatan Wayan untuk selamanya.
Tahun 1989, Wayan Segara memulai karirnya sebagai PNS bidang administrasi di sebuah instansi badan hukum di Denpasar. Namun, sebelum itu, ia mengaku menyambi sebagai sopir bemo hingga membuka bengkel sendiri tahun 1994 yang dinamai ‘Segara Motor.’
Foto: Bengkel Segara Motor milik Wayan Segara - Dok. NusaBali
“Dulu nyopir bemo sebelum kerja di kantor. Ketika sudah kerja pun tetap nyambi, pagi ke kantor, sore nyari tambahan. Tapi, karena sepi penumpang, jadi beralih ke bengkel,” tutur pria paruh baya tersebut ketika ditemui NusaBali di bengkelnya, Kamis (22/11).
Ketika di awal, usaha bengkel Wayan sempat mengalami peningkatan omset yang pesat. Sering kali per harinya, Wayan mampu meraup untung hingga Rp1,5 juta. Berbekalkan hanya satu pekerja, sering juga Wayan kewalahan melayani pelanggannya. Namun, setelah dirinya divonis tidak bisa melihat sekitar tahun 2007, Wayan harus pensiun dini, bengkelnya pun mulai sepi pengunjung. Bahkan, untuk mencapai penjualan Rp300 ribu per hari pun rasanya sulit. Kata Wayan, sempat juga sehari hanya menghasilkan Rp70 ribu, itu pun hanya hasil penjualan bensin.
“Setelah buta, bengkel tetap jalan, tapi mulai sepi dibandingkan dulu. Dulu sampai kewalahan karena saking banyaknya pelanggan, sekarang belum ada pemasukan. Dulu sampai Rp1,5 juta per hari, sekarang 300 aja tidak sampai, kadang-kadang sehari Rp70 ribu, itu pun jual bensin saja,” ungkap Wayan dengan nada lesu, senyumnya kecut.
Wayan menolak diajak duduk. Sudah terlalu lama duduk, katanya. Sambil menerawang dengan kacamata hitamnya, ia berkisah lagi tentang nasibnya.
“Tahun 2007, setelah dioperasi, saya hanya melihat terang tapi tidak kelihatan ada orang, seperti HP blank. Besok-besoknya sinarnya mengecil dan mengecil, 1 bulan berlalu, jadi gelap gulita keduanya. Dari situ saya mulai dari nol, merangkak, belajar berjalan, harus bisa bawa diri dan jaga emosi. Pernah di awal-awal, saat jalan kaki membentur sesuatu hingga kukunya lepas. Dari situ saya trauma dan diam di kamar, tidak keluar-keluar,” kisah suami Ni Nyoman Metri itu.
Foto: Wayan Segara dan Istrinya, Ni Nyoman Metri - Dok. NusaBali
Kendati berstatus sebagai pensiunan PNS, gajinya pun telah habis digunakan untuk membayar hutang dan membeli kebutuhan lainnya. Tabungannya juga kian menipis untuk pelengkap modal usaha, apalagi kini salah satu putranya yang masih duduk di sekolah menengah pertama masih membutuhkan banyak biaya untuk kebutuhan sekolah.
Selama ini, Wayan tidak membeli bahan dagangan berupa oli, ban luar, ban dalam, dan produk-produk lainnya dengan modal sendiri, ia mengaku mendapatkannya dengan sistem kredit karena tidak dipercaya oleh suplier. Nantinya, hasil penjualan tersebut pun akan ditagih kembali oleh yang empunya. Sementara, penghasilan yang murni masuk ke kantongnya hanya jasa cuci motor, service, dan penjualan bensin. Belum lagi ia harus membayar ongkos pekerja.
Adalah Ade, pria asal Waingapu, Sumba Timur, NTT, yang telah tujuh tahun bekerja di bengkel Wayan Segara, hanya diupah Rp5000 per motor ketika mencuci motor. Biaya cuci motor hanya dipatok Rp13.000, namun masih harus dibagi dengan upah pegawai, biaya shampoo motor, dan listrik. Untuk service dan ganti oli pun harganya masih sangat terjangkau. Ia mengaku tidak mengambil untung banyak.
Foto: Ade sedang Menyervice Motor Pelanggan - Dok. NusaBali
“Biasanya, kalau pegawainya tidak masuk, saya sendiri dibantu istri yang mengerjakan, tapi hanya sebatas cuci motor, tambal ban, dan ganti oli. Gak berani mengerjakan service, soalnya bautnya kan kecil-kecil, takut hilang,” sambung Wayan.
Tidak banyak yang dipinta bapak dua anak ini, ia hanya berharap agar ada tangan dermawan yang bersedia meminjamkannya modal dengan bunga yang rendah.
“Harapannya, ada yang mau meminjamkan modal tapi dengan bunga yang ringan, kita rakyat kecil begini, hanya mengandalkan ini saja, kalau bisa ada yang bantu pinjamkan modal,” harapnya sambil tertawa kecil. *ph
Komentar