nusabali

Upacara Marisuda Bumi Digelar

  • www.nusabali.com-upacara-marisuda-bumi-digelar

Ribuan krama menggelar upacara Tawur Mahayu Jagat dan Marisuda Bumi di Pura Kahyangan Jagat Pura Dasar Buana, Desa Pakraman Gelgel, Desa Gelgel, Kecamatan/Kabupaten Klungkung.

Serangkaian Karya Agung di Pura Dasar Gelgel

SEMARAPURA, NusaBali
Upacara  ini dipusatkan di pertigaan Desa Pakraman Gelgel, Sukra Paing Gumbreg, Jumat (23/11).
Ritual ini dipuput tiga sulinggih (pendeta) yakni Ida Pedanda Gede Putra Tembau dari Griya Aan, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung,  

Ida Pedanda Jelantik Duaja dari Griya Wanasari,  Sidemen, Karangasem, dan Ida Rsi Bhujangga  dari Griya Angkling, Desa Bakbakan, Kecamatan Gianyar, Gianyar. Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta bersama Ny Ayu Suwirta turut menghadiri prosesi upacara tersebut.  Bendesa Pekraman Gelgel Putu Arimbawa, selaku Manggala Karya Agung, mengatakan

Tawur Mahayu Jagat dan Marisuda Bumi adalah prosesi ke-10 dari rangkaian upacara Karya Memungkah, Nubung Pedagingan, Ngenteg Linggih, Pedudusan Agung, Tawur Panca Wali Krama, Mahayu Jagat, Marisuda Gumi. Makna dari prosesi ini yakni membersihkan bhuana alit dan bhuana agung (diri manusia dan alam semesta), sebelum melaksanakan prosesi selanjutnya. Lanjut dia, serangkaian karya besar ini ada tahapan pembersihan alam, yang pertama Tawur Mahayu Jagat dan Marisuda Bumi, kemudian pembersihan wewidangan (areal) pura, dan lainnya. “Semua ini dibersihkan sebelum puncak karya saat Pamacekan Agung, 31 Desember 2018,”ujarnya.

Jelas Putu Arimbawa, Karya Agung Mahayu Jagat dan Marisuda Gumi ini berasal dari kata ‘hayu’ yang artinya rahayu, atau selamat. ‘Gumi’ artinya semesta yakni gumi alit (semesta diri manusia) dan gumi ageng (semesta alam). Sedangkan marisuda jagat dari kata ‘suda’ yang artinya penyucian, dan ‘jagat’ artinya jagat alit (manusia) dan jagat ageng (alam semesta).

Sehari sebelumnya digelar upacara Mapepada wewalungan di Pura Dasar Buana, Desa Gelgel, Klungkung, Wraspati Umanis Gumbreg, Kamis (22/11).

Pelbagai jenis wewaluangan (hewan kurban) disucikan saat ritual itu, di antaranya lembu, banteng, anjing bang bungkem, penyu, kijang, menjangan, musang, kera hitam, dan lainnya.  “Upacara Mapepada Wewalungan ini merupakan prosesi ke-9 dari 33 prosesi karya,” ujar Koordinator Karya, Dewa Ketut Soma.

Lebih lanjut disebutkan, selain untuk menyucikan hewan-hewan korban juga meningkatkan kualitas roh dari hewan-hewan tersebut. Sehingga berdasarkan keyakinan, diharapakan hewan kurban itu menjadi makhluk yang drajatnya lebih tinggi di kehidupan selanjutnya. Nanti akan dihaturkan banten bea kaon untuk memproses sifat liar kebinatangannya. Lalu disucikan dengan doa puja, dan kualitas rohnya ditingkatkan dengan banten babangkit. Dalam karya agung ini dipersembahkan hewan kurban 13 kerbau berbagai jenis, 14 ekor penyu, 2 ekor kijang, 2 ekor menjangan, 15 ekor banteng, dan kurang lebih 75 ekor kambing, dan lainnya.*wan

Komentar