Wushu Bali Terganjal 'Sarpras'
Tempat latihan wushu di Bali yang berstandar nasional memang tidak ada. Saat persiapan PON Jabar 2016, sering pinjam di karate dan pencak silat.
DENPASAR, NusaBali
Pengprov Wushu Bali hingga kini mengalami permasalahan klasik, yakni sarana dan prasarana tempat berlatih yang belum memadai. Bahkan problem tersebut sudah terjadi sejak beberapa waktu lalu.
Namun hingga kini permasalahan pelik tersebut belum terpecahkan.
Karena itu, saat latihan menghadapi kejuaraan nasional mereka sering meminjam dan menggunakan fasilitas dari cabor lain, seperti karate dan pencak silat.
"Tempat latihan wushu di Bali yang berstandar nasional memang tidak ada. Pada saat menghadapi kejuaraan penting, seperti persiapan PON Jabar 2016, sering pinjam di karate dan pencak silat," ujar Sekum Wushu Bali, Made Arya Sukantara, di Denpasar, Jumat (23/11).
Menurut Arya Sukantara, perlengkapan sangat minim itu terutama lapangan untuk kategori tolu. Juga ring sanda (pertarungan) juga tidak ada. Seandainya pun beli, lapangan yang digunakan sebagai tempat menaruhnya juga tidak ada.
Sebab, kata Arya Sukantara, sarana dan prasarana itu memerlukan lapangan yang luas. Akhirnya dari dulu sarana dan prasarana wushu sulit dapat diwujudkan di Bali. Padahal Bali sebenarnya memiliki banyak atlet wushu potensial.
“Saat latihan selalu terkendala fasilitas memadai, dan atlet tidak maksimal mengembangkan kemampuannya. Kami akui sering minjam ke cabor lain, sehingga persiapan Pra PON biasa-biasa saja. Tidak ada hal lebih yang dapat dilakukan," terang Arya Sukantara.
Padahal di cabor wushu memperebutkan 23 medali emas. Jumlah itu sangat banyak, namun atlet wushu Bali masih sulit mewujudkan meraih medali di level nasional. Prestasi terbaik finish di peringkat delapan pada PON Jabar 2016. Saat itu Bali hanya mengirimkan dua atlet.
"Sebab dari beberapa nomor yang diikuti hanya dua atlet yang lolos PON. Kami berharap ada perhatian dari sisi sarana-prasarana. Mohon dapat dicarikan solusinya. Agar sarpras tidak selalu jadi kendala kami," tandas Arya Sukantara.
Jika masalah sarana dan prasara terpecahkan, kata Arya Sukantara, mudah-mudahan prestasi wushu Bali dapat diperhitungkan di nasional. Sebab saat ini persiapan menatap Pra PON Papua masih kesulitan.
Menurut Arya Sukantara, pihaknya pun belum berani memasang target jumlah atlet yang lolos. Harapan tetap selalu ada agar bisa lolos PON, terutama di kategori sanda dan tolu. Ia pun merasakan Bali masih dapat bersaing dengan provinsi lain.
"Kalau meraih medali kami akui masih jauh dapat bersaing dengan provinsi lain. Tapi harapan selalu ada untuk lolos PON," tutur Arya Sukantara. Menurut Sukantara, Pra PON Wushu dan Kejurnas digelar di Bangka Belitung pada Juni 2019. Sebelum ke Pra PON, pihaknya, akan menggelar Kejurda lebih dulu pada Mei 2019 di Buleleng. *dek
Pengprov Wushu Bali hingga kini mengalami permasalahan klasik, yakni sarana dan prasarana tempat berlatih yang belum memadai. Bahkan problem tersebut sudah terjadi sejak beberapa waktu lalu.
Namun hingga kini permasalahan pelik tersebut belum terpecahkan.
Karena itu, saat latihan menghadapi kejuaraan nasional mereka sering meminjam dan menggunakan fasilitas dari cabor lain, seperti karate dan pencak silat.
"Tempat latihan wushu di Bali yang berstandar nasional memang tidak ada. Pada saat menghadapi kejuaraan penting, seperti persiapan PON Jabar 2016, sering pinjam di karate dan pencak silat," ujar Sekum Wushu Bali, Made Arya Sukantara, di Denpasar, Jumat (23/11).
Menurut Arya Sukantara, perlengkapan sangat minim itu terutama lapangan untuk kategori tolu. Juga ring sanda (pertarungan) juga tidak ada. Seandainya pun beli, lapangan yang digunakan sebagai tempat menaruhnya juga tidak ada.
Sebab, kata Arya Sukantara, sarana dan prasarana itu memerlukan lapangan yang luas. Akhirnya dari dulu sarana dan prasarana wushu sulit dapat diwujudkan di Bali. Padahal Bali sebenarnya memiliki banyak atlet wushu potensial.
“Saat latihan selalu terkendala fasilitas memadai, dan atlet tidak maksimal mengembangkan kemampuannya. Kami akui sering minjam ke cabor lain, sehingga persiapan Pra PON biasa-biasa saja. Tidak ada hal lebih yang dapat dilakukan," terang Arya Sukantara.
Padahal di cabor wushu memperebutkan 23 medali emas. Jumlah itu sangat banyak, namun atlet wushu Bali masih sulit mewujudkan meraih medali di level nasional. Prestasi terbaik finish di peringkat delapan pada PON Jabar 2016. Saat itu Bali hanya mengirimkan dua atlet.
"Sebab dari beberapa nomor yang diikuti hanya dua atlet yang lolos PON. Kami berharap ada perhatian dari sisi sarana-prasarana. Mohon dapat dicarikan solusinya. Agar sarpras tidak selalu jadi kendala kami," tandas Arya Sukantara.
Jika masalah sarana dan prasara terpecahkan, kata Arya Sukantara, mudah-mudahan prestasi wushu Bali dapat diperhitungkan di nasional. Sebab saat ini persiapan menatap Pra PON Papua masih kesulitan.
Menurut Arya Sukantara, pihaknya pun belum berani memasang target jumlah atlet yang lolos. Harapan tetap selalu ada agar bisa lolos PON, terutama di kategori sanda dan tolu. Ia pun merasakan Bali masih dapat bersaing dengan provinsi lain.
"Kalau meraih medali kami akui masih jauh dapat bersaing dengan provinsi lain. Tapi harapan selalu ada untuk lolos PON," tutur Arya Sukantara. Menurut Sukantara, Pra PON Wushu dan Kejurnas digelar di Bangka Belitung pada Juni 2019. Sebelum ke Pra PON, pihaknya, akan menggelar Kejurda lebih dulu pada Mei 2019 di Buleleng. *dek
1
Komentar