Perkuat Seni dengan Jiwa Teruni Bali
Keberadaan empat penabuh teruni ini menandakan, teruni Bali selalu siap bersaing dalam mewujudkan kesetaran, dan bersaing dalam segenap bidang.
Sekaa Gong Komunitas Seni Ginem dari Desa Budakeling
AMLAPURA, NusaBali
Sekaa gong beranggotakan kalangan perempuan atau ibu-ibu, tentu sudah lazim di Bali. Namun sekaa gong beranggotakan penabuh laki-laki, dan beberapa anggotanya kaum perempuan, tentu amat jarang.
Sekaa Gong Komunitas Seni Ginem berasal dari Banjar Saren Anyar, Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem, Karangasem. Sekaa gong beranggotakan 26 orang ini, empat di antaranya penabuh perempuan yakni kaum remaja putri atau teruni. Keberadaan empat penabuh teruni ini menandakan, teruni Bali selalu siap bersaing dalam mewujudkan kesetaran,dan bersaing dalam segenap bidang.
Kelian Sekaa Gong Komunitas Seni Ginem I Made Adriawan mengungkapkan, komunitas yang dipimpinnya memberdayakan semua pencinta seni di kampungnya. Di mana penabuh perempuan itu, tergolong serba bisa sehingga bisa bergabung di sekaa gong. I Made Adriawan mengatakan itu di sela-sela ngaturang ayah di Pura Penataran Agung, di Banjar/Desa Pakraman Nangka, Desa Bhuana Giri, Kecamatan Bebandem, Karangasem, beberapa waktu lalu.
Disebutkan, di komunitas seni ini, juga melakukan pembinaan seni tari, gender wayang, gong kebyar dan pedalangan. "Mengingat di komunitas ini, kebanyakan yang mencintai seni adalah perempuan, makanya kami ikutkan menabuh gong," kata I Made Adriawan, yang bertugas menabuh terompong.
Empat penabuh perempuan dimaksud yakni dua penabuh ugal; Ni Kadek Septiawati siswi kelas XI IPA4 SMAN 2 Amlapura dan Ni Ketut Lia Sumiati, mahasiswi semester III Jurusan Bahasa Bali STKIP Agama Hindu Amlapura. Dua lainnya penabuh jublag; Ni Kadek Umayanti mahasiswi semester V Jurusan Agama STKIP Agama Hindu Amlapura dan Ni Kadek Nuryawati.
"Saya menyukai seni musik tradisional bukan saja tabuh gong kebyar, juga gambang, gender wayang, dan selonding," jelas penabuh Ni Kadek Umayanti yang tergolong serba bisa. Ia mengambil peran sebagai penabuh jublag di Sekaa Gong Komunitas Seni Ginem. Karena sejak awal memang memainkan jenis musik itu, yang dirasakan paling pas.
Umayanti mengaku, selain ngayah juga sering menabuh karena dapat nunas sesari. Hal senada diungkapkan rekannya Ni Kadek Nuryawati. "Bagi saya memainkan tabuh jublag paling pas," katanya.
Kelian I Made Andriawan berharap agar seluruh remaja, teruna-teruni pencinta seni tabuh bergabung di Komunitas Seni Ginem. "Ambil bagian di seni musik tradisional, selain melestarikan seni dan budaya juga untuk mengisi bagian terpenting pembangunan desa," kata I Made Andriawan.7k16
1
Komentar