Diempon 46 KK, Upakara Ngenteg Linggih Didatangkan dari Bali
Upacara Rsi Gana dan Ngenteg Linggih pada Saniscara Umanis Sungsang, 22 Desember 2018, sekaligus akan ditetapkan sebagai piodalan di Pura Jagad Bhuwana Kerti di pusat Kota Sorong.
Menilik Pura Jagad Bhuwana Kerti Kota Sorong, Provinsi Papua Barat
BANGLI, NusaBali
Umat Hindu di Kota Sorong, Provinsi Papua Barat, yang tergabung dalam suka-duka Banjar Kota pada Saniscara Umanis Sungsang, Sabtu (22/12) mendatang, bertepatan dengan Purnama Kapitu, akan melaksanakan upacara Rsi Gana, Ngenteg Linggih di Pura Jagad Bhuwana Kerti. Upacara Rsi Gana dan Ngenteg Linggih tersebut sekaligus akan ditetapkan sebagai piodalan di pura yang berada di pusat Kota Sorong, yang diempon 46 kepala keluarga (KK) ini.
Ketua PHDI Kota Sorong Pande Ketut Suniarta didampingi Kelian Banjar Kota Sang Putu Kaler, menuturkan Pura Jagad Bhuwana Kerti dibangun pada 2010 silam, dengan mendatangkan tukang dari Bali. Selain tukang, mudra juga didatangkan dari Bali. Sedangkan material lainnya diambil dari wilayah setempat. Untuk ukirannya, tukang dari Bali mengukir di lokasi pembangunan.
Pura Jagad Bhuwana Kerti dibangun di atas lahan seluas 29 are, dan proses pembangunan mendapat dukungan dari pemerintah kabupaten, pemerintah provinsi, dan dukungan dari umat Hindu yang ada di Sorong. Untuk sementara ini pihaknya masih akan membangun bale kulkul dan pura beji.
Pande Suniarta menuturkan, pada Saniscara Umanis Sungsang, 22 Desember 2018, akan dilaksanakan upacara Rsi Gana, Ngenteg Linggih, yang disertai pecaruan manca kelud. Disebutkannya, karena masih terbatasnya kemampuan krama dalam mempersiapkan sarana upacara, beberapa bebantenan didatangkan dari Bali.
“Karena tidak semua banten bisa disiapkan di sini maka kami minta bantuan di Griya Batubulan (Kecamatan Sukawati, Gianyar) agar didampingi dalam mempersiapkan sarana upacara dan banten. Jadi sarana upacara dan banten dibuatkan di Bali,” ungkap Pande Suniarta ketika ditemui, Kamis (15/11). Pria asal Gianyar ini menyampaikan untuk aktivitas keagamaan di Kota Sorong sama halnya seperti di Bali. Saat Purnama/Tilem dilaksanakan persembahyangan bersama. “Biasa persembahyangan dilaksanakan sore hari, karena krama kebanyakan sebagai PNS,” tuturnya.
Untuk upacara/sembahyang dipuput oleh jero mangku. Di Pura Jagad Bhuwana Kerti memiliki dua jero mangku, yakni Jero Mangku I Ketut Sarta dan I Wayan Mantara.
Sementara penyelenggara Bimas Hindu I Gusti Ketut Suardana, menambahkan sebagian besar umat Hindu yang ada di Kota Sorong merupakan pekerja dengan ikatan dinas. Untuk yang di kabupaten rata-rata warga transmigan. Gusti Suardana menyebutkan, jumlah KK di kota dinamis, mana kala ada yang pindah tugas otomatis jumlahnya berubah.
“Jumlah tidak tetap, karena memang di sini banyak sebagai PNS, TNI/Polri,” ujarnya.
Disampaikannya, krama rutin melaksanakan gotong royong/ngayah setiap pekan. Namun tidak ada dosan (denda) bagi yang tidak datang ngayah. “Kalau di sini atas kesadaran sendiri, tidak ada dosan atau sejenisnya. Begitu pula saat melaksanakan upacara, seikhlasnya dalam mapunia,” kata Gusti Suardana.
Ditanya terkait kegiatan pembinaan agama Hindu, Gusti Suardana mengatakan, untuk pendidikan di sekolah sudah terjadwal, namun belum seluruh sekolah terjangkau karena jumlah sekolah banyak. Untuk itu kegiatan dijadwalkan setiap hari Minggu pagi.
“Di sisi jumlah sekolah cukup banyak, namun tidak semua bisa dijangkau dalam arti jadwal berbenturan. Maka pembinaan kami laksanakan setiap hari Minggu. Siswa yang belum sempat kami datangi, akan dilakukan pembinaan di wantilan pura,” tuturnya.
Materi yang diberikan disesuaikan dengan kurikulum pendidikan para siswa tersebut. Selain itu, pembinaan untuk umat secara umum bisa dilakukan melalui kegiatan dharmawacana, pada kegiatan upacara. “Kami juga berkesempatan mengisi dalam acara televisi lokal,” imbuhnya.
Menurut Gusti Suardana, kehidupan krama Hindu dengan non Hindu terjalin dengan baik, toleransi beragama terjaga dengan baik. “Saat hari raya biasa saling mengunjungi, komunikasi cukup baik antarumat beragama,” tandasnya. *es
BANGLI, NusaBali
Umat Hindu di Kota Sorong, Provinsi Papua Barat, yang tergabung dalam suka-duka Banjar Kota pada Saniscara Umanis Sungsang, Sabtu (22/12) mendatang, bertepatan dengan Purnama Kapitu, akan melaksanakan upacara Rsi Gana, Ngenteg Linggih di Pura Jagad Bhuwana Kerti. Upacara Rsi Gana dan Ngenteg Linggih tersebut sekaligus akan ditetapkan sebagai piodalan di pura yang berada di pusat Kota Sorong, yang diempon 46 kepala keluarga (KK) ini.
Ketua PHDI Kota Sorong Pande Ketut Suniarta didampingi Kelian Banjar Kota Sang Putu Kaler, menuturkan Pura Jagad Bhuwana Kerti dibangun pada 2010 silam, dengan mendatangkan tukang dari Bali. Selain tukang, mudra juga didatangkan dari Bali. Sedangkan material lainnya diambil dari wilayah setempat. Untuk ukirannya, tukang dari Bali mengukir di lokasi pembangunan.
Pura Jagad Bhuwana Kerti dibangun di atas lahan seluas 29 are, dan proses pembangunan mendapat dukungan dari pemerintah kabupaten, pemerintah provinsi, dan dukungan dari umat Hindu yang ada di Sorong. Untuk sementara ini pihaknya masih akan membangun bale kulkul dan pura beji.
Pande Suniarta menuturkan, pada Saniscara Umanis Sungsang, 22 Desember 2018, akan dilaksanakan upacara Rsi Gana, Ngenteg Linggih, yang disertai pecaruan manca kelud. Disebutkannya, karena masih terbatasnya kemampuan krama dalam mempersiapkan sarana upacara, beberapa bebantenan didatangkan dari Bali.
“Karena tidak semua banten bisa disiapkan di sini maka kami minta bantuan di Griya Batubulan (Kecamatan Sukawati, Gianyar) agar didampingi dalam mempersiapkan sarana upacara dan banten. Jadi sarana upacara dan banten dibuatkan di Bali,” ungkap Pande Suniarta ketika ditemui, Kamis (15/11). Pria asal Gianyar ini menyampaikan untuk aktivitas keagamaan di Kota Sorong sama halnya seperti di Bali. Saat Purnama/Tilem dilaksanakan persembahyangan bersama. “Biasa persembahyangan dilaksanakan sore hari, karena krama kebanyakan sebagai PNS,” tuturnya.
Untuk upacara/sembahyang dipuput oleh jero mangku. Di Pura Jagad Bhuwana Kerti memiliki dua jero mangku, yakni Jero Mangku I Ketut Sarta dan I Wayan Mantara.
Sementara penyelenggara Bimas Hindu I Gusti Ketut Suardana, menambahkan sebagian besar umat Hindu yang ada di Kota Sorong merupakan pekerja dengan ikatan dinas. Untuk yang di kabupaten rata-rata warga transmigan. Gusti Suardana menyebutkan, jumlah KK di kota dinamis, mana kala ada yang pindah tugas otomatis jumlahnya berubah.
“Jumlah tidak tetap, karena memang di sini banyak sebagai PNS, TNI/Polri,” ujarnya.
Disampaikannya, krama rutin melaksanakan gotong royong/ngayah setiap pekan. Namun tidak ada dosan (denda) bagi yang tidak datang ngayah. “Kalau di sini atas kesadaran sendiri, tidak ada dosan atau sejenisnya. Begitu pula saat melaksanakan upacara, seikhlasnya dalam mapunia,” kata Gusti Suardana.
Ditanya terkait kegiatan pembinaan agama Hindu, Gusti Suardana mengatakan, untuk pendidikan di sekolah sudah terjadwal, namun belum seluruh sekolah terjangkau karena jumlah sekolah banyak. Untuk itu kegiatan dijadwalkan setiap hari Minggu pagi.
“Di sisi jumlah sekolah cukup banyak, namun tidak semua bisa dijangkau dalam arti jadwal berbenturan. Maka pembinaan kami laksanakan setiap hari Minggu. Siswa yang belum sempat kami datangi, akan dilakukan pembinaan di wantilan pura,” tuturnya.
Materi yang diberikan disesuaikan dengan kurikulum pendidikan para siswa tersebut. Selain itu, pembinaan untuk umat secara umum bisa dilakukan melalui kegiatan dharmawacana, pada kegiatan upacara. “Kami juga berkesempatan mengisi dalam acara televisi lokal,” imbuhnya.
Menurut Gusti Suardana, kehidupan krama Hindu dengan non Hindu terjalin dengan baik, toleransi beragama terjaga dengan baik. “Saat hari raya biasa saling mengunjungi, komunikasi cukup baik antarumat beragama,” tandasnya. *es
1
Komentar