nusabali

Payas Khas Daerah Hanya Lestari di PKB

  • www.nusabali.com-payas-khas-daerah-hanya-lestari-di-pkb

Bali punya beragam budaya dan adat istiadat. Di dalamnya, tak kalah menarik, ada tradisi berbusana adat Bali, terutama untuk pernikahan.

TABANAN, NusaBali
Seiring berkembangnya zaman berbagai modifikasi payas Bali muncul dan dinikmati oleh pelbagai lapisan masyarakat Bali. Busana payas agung, kini sangat egaliter atau tak hanya dominasi kalangan darah biru atau bangsawan.

Dampaknya, penggayaan payas agung makin dinamis dan beragam. Di Tabanan, misal, mulanya pakem khusus untuk payas agung putra dan putri ternyata memiliki ciri khas dengan kabupaten lain. Meski saat ini sulit untuk diaplikasikan, namun pada saat acara tertentu payas agung dengan ciri khas Tabanan tetap dilestarikan. "Saya sendiri masih menggunakan, apalagi pada saat acara tertentu meskipun harus dimodifikasi," ujar Sagung Oka Pradnyawati, pemilik Salon Anggun di Tabanan.

Menurut Pradnyawati, ciri payas agung khas Tabanan tidak jauh beda dengan payas kabupaten lain. Namun yang menonjol pada payas agung putri terletak dalam hiasan kepala dan selendang. Sedangkan untuk payas agung putra di hiasan udeng. "Ciri beda yang paling banyak ada dalam hiasan kepala putri," imbuhnya.

Adapun ciri khas payas agung untuk putri Tabanan di antaranya, di bagian petitis hingga layak disebut cantik yakni bagian tengah berbentuk runcing. Di atas petitis dilengkapi bunga alam, wajib dari bunga cempaka putih, cempaka kuning, dan mawar. Barulah diatas bunga hidup berisi hiasan bunga mas. "Kalau payas agung lainnya, sebagai besar yang dinamakan cantik berbentuk datar dan tidak menggunakan bunga alam atau hidup," jelas Pradnyawati.

Kemudian ciri khas lain pada hiasan belakang. Dimana memakai gelung tanduk dengan rambut menjuntai ke belakang sebatas pundak. Gelung tanduk dihiasi dengan potongan janur kecil dan bunga hidup seperti mawar, cempaka kuning, dan kenanga.

Masih pada hiasan putri, terpenting ciri khas yang lain pada pemakaian selendang anca. Dimana selendang dikenakan menjuntai di bawah ketiak kiri dan kanan. Serta yang paling menarik memakai selendang ktengsun (selendang polos) dililitkan di pinggang menjuntai di depan. Terakhir wastra yang dikenakan mecingcingan sebelah kanan.

Sedangkan untuk hiasan putra, ciri khas yang dimiliki memakai udeng mas dilengkapi bunga pucuk emas di depan dan bunga cempaka putih, kuning di telinga kanan dan kiri. Bajunya memakai tempelan emas. "Kalau sekarang sudah tidak ada yang menggunakan pakem udeng mas ataupun baju tempelan emas," akunya.

Pradnyawati yang juga instruktur tata rias busana ini mengetahui ciri khas payas agung khas Tabanan dari panglingsirnya di Puri Subamia, Desa Subamia, Kecamatan Tabanan. Baik itu mengenakan udeng mas, baju tempelan mas bagi putra, dan gelung tanduk dan bunga hidup pada bagian hiasan kepala putri diajarkan dari para penglingsir. "Pada saat saya sudah bisa menghias tahun 1985, payas agung khas dapat sudah ada," ucapnya.

Meskipun demikian, ia belum berani menyebutkan apakah seluruh masyarakat mengetahui pakem dan bisa mempraktikkan bentuk dan ciri payas agung khas Tabanan. Setahu dirinya payas agung secara umum yang dipraktikkan masyarakat adalah pakem payas agung yang dibuat salon di Denpasar.

Hal tersebut karena di tengah perkembangan zaman payas agung sudah banyak dimodifikasi. Terlebih payas agung khas Tabanan, Pradnyawati mengakui pakemnya terlalu sulit. Contohnya, bentuk petitis harus runcing, dan sekarang ini bentuk petitis sebagian besar datar.

Kemudian untuk di atas petitis harus berisi bunga alam. Di zaman sekarang kalau menggunakan bunga hidup akan cepat layu yang menyebabkan kurang elok. Terlebih juga memasangnya sedikit sulit perlu kesabaran. Jika tergesa-gesa pasangan akan tidak rata. "Maka dari itu payas agung khas Tabanan sulit dipertahankan, banyak yang menggunakan hiasan kepala bunga mas keseluruhan," beber Pradnyawati.

Apalagi gelungan tanduk yang saat ini sulit didapat. Karena gelungan sekarang sudah kebanyakan menggunakan gelungan kucing atau berbentuk huruf ‘U’ terbalik. "Saya sendiri punya satu, dan sekarang sudah tidak ada yang membuat kecuali buat sendiri untuk gelungan tanduk," jelasnya.

Begitu pula payas agung putra khas Tabanan juga pakemya sulit dipertahankan. Mengingat udeng mas dan baju tertempel emas sangat susah dicari, sehingga kebanyakan yang digunakan adalah emas kawe alias palsu.

Meskipun demikian, untuk acara keluarga, misalnya pernikahan dan acara potong gigi, beberapa pakem khas Tabanan masih dilestarikan oleh Pradnyawati. Salah satunya mempertahankan selendang ktengsun yang diikatkan di pinggang menjuntai di depan.

Menurut Pradnyawati, pakem payas khas Tabanan secara keseluruhan masih dipertahankan saat Tabanan mengikuti acara PKB ataupun Parade di Kabupaten Tabanan. Sedangkan untuk acara umum jarang digunakan selain karena pakemnya memang sulit didapat dan tidak zaman digunakan pada perkembangan saat ini yang sudah banyak modifikasi. Tentu lebih meriah dan terjangkau. *de

Komentar