nusabali

Jualan Es Campur Demi Besarkan 5 Anak

  • www.nusabali.com-jualan-es-campur-demi-besarkan-5-anak

Semangat hidup warga Banjar Tebuana, Desa/Kecamatan Sukawati, I Nyoman Terima Dana,49, patut dijadikan motivasi.

Semangat Hidup Warga Sukawati, I Nyoman Terima Dana


GIANYAR, NusaBali
Mengandalkan penghasilan sebagai penjual es campur keliling, suami dari Ni Wayan Mariani,47, ini membesarkan lima anak.  Merek yakni I Putu Mariana yang sudah menikah nyentana, Kadek 'Denok'Setiawan, 22, yang menderita tuna netra sejak usia 1 tahun, I Komang Juniarta lulus SMK Saraswati Sukawati, Ni Ketut Ari Mardani siswi kelas II SMP Widyasuara Sukawati, dan si bungsu Desi Ari Mardani siswi kelas I SMPN 1 Sukawati.

Cobaan terberat yang dialami ketika anak keduanya, Kadek Denok Setiawan divonis mengidap kanker mata atau retinoblastoma saat usia setahun. Sebelum ketahuan terjangkit kanker, Denok dilanda demam tinggi. "Tidak sampai kejang, tapi dia menggigil. Isi batuk dan pilek," jelas Nyoman Terima, ditemui Minggu (25/11).

Saat berobat pertama kali, Denok kecil sempat didiagnosa katarak. Namun karena pengobatan yang diberikan tak membuahkan hasil, barulah pasutri ini mencari informasi ke RS sanjiwani Gianyar. Kala itu sekitar tahun 1997. "Kata dokter, saya salah jalur saat berobat pertama. Sebab, bayi tidak mungkin kena katarak. Dokter lalu bilang anak tyang kena kanker mata, disana saya sangat kaget," kenangnya. Kesedihanpun semakin menjadi-jadi, karena kanker mata yang diderita sudah stadium lanjut. "Jalan satu-satunya adalah operasi cangkok mata. Sebab jika dibiarkan, sel kanker bisa menjalar sampai saraf. Akibatnya bisa fatal, makanya lebih baik dioperasi," jelas Mariani menambahkan. Singkat cerita, Denok pun dirujuk ke RSUP sanglah Denpasar untuk menjalani operasi cangkok mata. "Bola mata sisi kanan diambil, sementara di bagian kiri masih dilihat perkembangannya. Kalau membesar, akan dioperasi lagi. Ternyata yang kiri justru mengecil dengan sendiri, " jelasnya. Bersyukurlah pasutri ini, operasi berjalan lancar. Denok kecil
pun bisa tumbuh layaknya balita lain. Hanya saja, ia tak bisa melihat. Memasuki usia sekolah, Denok disarankan untuk menuntut ilmu di Sekolah Driaraba Denpasar. "Hanya sempat sekolah sebentar, kami kendala antar jemput dan berat diongkos. Terpaksa putus sekolah," ungkapnya. Meski demikian, pasutri ini tidak putus asa, Denok diajak belajar seadanya di rumah. "Saya sempat carikan huruf braile agar dia bisa baca. Tapi kendalanya, saya yang gak bisa ngajari. Akhirnya dia belajar sendiri," ujarnya.

Lambat laun, Denok mulai menunjukkan kecerdasannya. Bahkan dengan usahanya sendiri, Denok mencari yayasan yang bisa membantunya. "Awalnya ada dua yayasan, tapi yang jodoh Yayasan Elsapan. Bersama yayasan itu juga, ia sekarang sedang belajar di Jakarta. Baru sejak 6 bulan lalu," terangnya. Mereka pun berharap Denok tekun menuntut ilmu sehingga bisa berguna dikemudian hari. "Seminggu sekali dia nelpon, katanya senang bisa belajar komputer. Kami sebagai orangtua, cuma bisa berharap," ujarnya.

Sementara Denok di Jakarta, Pasutri inipun kini masih harus membesarkan 3 anaknya yang masih remaja. Mereka pun sempat berpikir untuk mengembangkan usaha es campurnya. Namun karena terbentur permodalan, pasutri ini tetap memilih jualan di atas gerobak. Padahal, potensi pengembangan usahanya terbuka luas. Terlebih di lingkungan Sukawati, es campur Pak Terima sudah cukup dikenal. Jika di era tahun 1990an cara jualnya harus keliling dari desa ke desa, sejak 5 tahun terakhir ia menetap berjualan di depan rumahnya. Cita rasa es campur racikannya tergolong enak, tak ayal pelanggan dari berbagai profesi pun setia membeli es campur Nyoman Terima. Terlebih saat cuaca terik kena sengatan matahari di siang hari, es campur Nyoman Terima rasanya memanggil-manggil.

Nyoman Terima mengaku membuat sendiri bahan-bahan es campur yang dijualnya. Tentu dengan bantuan istri dan tiga anaknya yang masih remaja. Seperti biasa, namanya es campur terdiri dari es serut, kolang-kaling, aneka buah, cendol, susu, santan dan injin (beras hitam, red). Dengan citarasa kelas restoran, harga es campur Nyoman Terima masih standar kaki lima. "Hanya Rp 5.000 per porsi," ungkap bapak 5 anak ini.*nvi

Komentar