Gerbang Ditutup, Mahasiswa Dwijendra Pun Demo
Ratusan mahasiswa Universitas Dwijendra Denpasar demo di depan kampusnya kaswasan Jalan Kamboja Denpasar Timur, Senin (26/11) sore.
DENPASAR, NusaBali
Aksi demo terjadi karena pintu gerbang ditutup oleh pengurus yayasan yang lama, sehingga para mahasiswa yang hendak kuliah tertahan di luar. Ini merupakan buntut dari konflik internal Yayasan Dwijendra.
Bukan hanya mahasiswa yang hendak kuliah tidak bisa masuk karena gerbang ditutup. Selain itu, mahasiswa dan sejumlah dosen yang hendak sembahyang di pura dalam areal Universitas Dwijendra juga tertahan. Gara-gara ratusan mahasiswa dan dosen tidak bisa masuk, terjadilah aksi saling dorong di gerbang kampus Universitas Dwijendra.
Kisruh yang dimulai sore pukul 17.00 Wita ini berlangsung selama 2 jam, hingga malam pukul 19.00 Wita. Situasi akhirnya reda dan mahasiswa berhasil dibubarkan tanpa aksi anarkis, setelah Kapolsek Denpasar Timur, AKP I Nyoman Karang Adiputra, turun tangan bernegosiasi dengan pihak yang menutup gerbang dan masasiswa serta dosen yang tidak bisa masuk. Dari negosiasi tersebut, disepakati akan digelar pertemuan, Selasa (27/11) ini, untuk mencari solusi permasalahan.
Informasi di lapangan, aksi demo mahasiswa Universitas Dwijendra tersebut berawal Senin sore sekitar pukul 17.00 Wita. Saat itu, mahasiswa dari berbagai fakultas berdatangan ke kampus untuk mengikuti kegiatan kuliah. Beberapa dosen juga datang bersamaan hen-dak sembahayang di pura dalam areal kampus Universitas Dwijendra.
Namun, tiba-tiba petugas security menutup gerbang (sisi barat) Universitas Dwijendra. Ratusan mahasiswa yang semakin menumpuk di depan pintu masuk pun berteriak-teriak meminta agar gerbang dibuka. Tapi, permintaan tersebut tidak digubris petugas security, yang berdalih mendapat perintah dari Ketua Yayasan Dwijendra (lama) I Made Sumitra Candra Jaya.
Situasi di depan kampus semakin memanas setelah pihak yayasan mengaku sudah memberitahukan bahwa proses belajar tidak ada, karena masih berkaitan dengan peringatan Hari Guru Nasional, Minggu (25/11). Merasa dipermainkan oleh pihak yayasan, mahasiswa coba menerobos masuk ke dalam kampus yang berlokasi di sisi timur laut Pasar Kreneng ini. Terjadilah aksi saling dorong.
Untungnya, petugas kepolisian dari Polsek Denpasar Timur tiba di lokasi tepat waktu untuk mengamankan situasi. Massa mahasiswa yang demo akhirnya bisa dibubarkan, Senin malam pukul 19.00 Wita, setelah Kapolsek Denpasar Timur AKP I Nyoman Karang Adiputra ikut turun tangan.
Kapolsek AKP Karang Adiputra menyatakan, apa yang terjadi adalah masalah kesalahpamahan antara pihak yayasan dan para mahasiswa. Menurut AKP Karang Adiputra, pihak yayasan sudah menyampaikan bahwa masih libur. "Kita sudah koordinasi dengan pihak yayasan (yang menutup pintu gerbang). Disebutkan, sebenarnya sudah ada pemberitahuan sebelumnya bahwa Senin sore tidak ada kegiatan kuliah,” papar AKP Karang Adiputra seusai membubarkan demo ratusan maha-siswa Universitas Dwijendra, tadi malam.
“Tapi, mahasiswa tidak mengetahui pemberitahuan tersebut. Itu hasil koordinasi kita dengan pihak yayasan untuk mengurai aksi demo. Nah, disepakati juga bahwa besok (hari ini, Red) baru ada proses belajar. Kalau besok gerbang masih ditutup, akan kita buka paksa," lanjutnya.
Terbetik informasi, aksi penutupan gerbang yang berbuntut demo mahasiswa kemarin sore dipicu oleh konflik internal Yayasan Dwijendra. Made Sumitra Candra Jaya yang perintahkan tutup gerbang merupakan Ketua Yayasan Dwijendra lama yang masa jabatannya telah berakhir, September 2018 lalu. Namun, yang bersangkutan belum menyerahkan jabatannya kepada pengurus yayasan yang baru.
Konflik internal Yayasan Dwijendra tersebut sudah masuk ke ranah hukum dan masih diproses penyidik Polsek Denpasar Timur. Imbasnya, Ketua Yayasan Dwijendra yang baru, I Ketut Wirawan, tidak diizinkan masuk ke dalam lingkungan kampus.
Ditemui di lokasi demo depan kampusnya tadi malam, Ketua Yayasan Dwijendra yang baru, I Ketut Wirawan, mengaku bahwa dirinya diundang oleh dosen untuk sembhyang. Namun, setibanya di depan kampus, pintu gerbang sudah dikunci petugas security.
Ketut Wirawan pun berusaha negosiasi dengan pengurus yayasan yang lama, agar pintu gerbang dibuka biar mahasiswa bisa masuk dan mengikuti kegiatan belajar. Tapi, gerbang tetap dikunci.
"Saya sudah sempat koordinasi tadi. Ya, bukakan saja gerbangnya untuk proses belajar para mahasiswa. Biarkan saya dan para dosen ini tidak jadi sembhayang, yang penting mahasiswa bisa masuk. Tapi, permintaan itu tetap tidak digubris. Makanya, mahasiswa geram dan berdemo, hingga terlibat aksi saling dorong," papar Ketut Wirawan.
Wirawan sangat menyayangkan peristiwa ini. Menurut Wirawan, tindakan pengurus yayasan yang lama dengan menutup gerbang, telah mencedrai proses pendidikan. "Kalaupun saya tidak boleh masuk, ya biarkan para mahasiswa masuk. Tapi, ini kan sama sekali tidak digubris. Saya kan Ketua Yayasan Dwijendra yang baru. Namun, pengurus yayasan yang lama berada di dalam, tetap tidak membuka gerbang. Kalau terjadi keributan, siapa yang tanggung jawab?” sesal Wirawan. *dar
Aksi demo terjadi karena pintu gerbang ditutup oleh pengurus yayasan yang lama, sehingga para mahasiswa yang hendak kuliah tertahan di luar. Ini merupakan buntut dari konflik internal Yayasan Dwijendra.
Bukan hanya mahasiswa yang hendak kuliah tidak bisa masuk karena gerbang ditutup. Selain itu, mahasiswa dan sejumlah dosen yang hendak sembahyang di pura dalam areal Universitas Dwijendra juga tertahan. Gara-gara ratusan mahasiswa dan dosen tidak bisa masuk, terjadilah aksi saling dorong di gerbang kampus Universitas Dwijendra.
Kisruh yang dimulai sore pukul 17.00 Wita ini berlangsung selama 2 jam, hingga malam pukul 19.00 Wita. Situasi akhirnya reda dan mahasiswa berhasil dibubarkan tanpa aksi anarkis, setelah Kapolsek Denpasar Timur, AKP I Nyoman Karang Adiputra, turun tangan bernegosiasi dengan pihak yang menutup gerbang dan masasiswa serta dosen yang tidak bisa masuk. Dari negosiasi tersebut, disepakati akan digelar pertemuan, Selasa (27/11) ini, untuk mencari solusi permasalahan.
Informasi di lapangan, aksi demo mahasiswa Universitas Dwijendra tersebut berawal Senin sore sekitar pukul 17.00 Wita. Saat itu, mahasiswa dari berbagai fakultas berdatangan ke kampus untuk mengikuti kegiatan kuliah. Beberapa dosen juga datang bersamaan hen-dak sembahayang di pura dalam areal kampus Universitas Dwijendra.
Namun, tiba-tiba petugas security menutup gerbang (sisi barat) Universitas Dwijendra. Ratusan mahasiswa yang semakin menumpuk di depan pintu masuk pun berteriak-teriak meminta agar gerbang dibuka. Tapi, permintaan tersebut tidak digubris petugas security, yang berdalih mendapat perintah dari Ketua Yayasan Dwijendra (lama) I Made Sumitra Candra Jaya.
Situasi di depan kampus semakin memanas setelah pihak yayasan mengaku sudah memberitahukan bahwa proses belajar tidak ada, karena masih berkaitan dengan peringatan Hari Guru Nasional, Minggu (25/11). Merasa dipermainkan oleh pihak yayasan, mahasiswa coba menerobos masuk ke dalam kampus yang berlokasi di sisi timur laut Pasar Kreneng ini. Terjadilah aksi saling dorong.
Untungnya, petugas kepolisian dari Polsek Denpasar Timur tiba di lokasi tepat waktu untuk mengamankan situasi. Massa mahasiswa yang demo akhirnya bisa dibubarkan, Senin malam pukul 19.00 Wita, setelah Kapolsek Denpasar Timur AKP I Nyoman Karang Adiputra ikut turun tangan.
Kapolsek AKP Karang Adiputra menyatakan, apa yang terjadi adalah masalah kesalahpamahan antara pihak yayasan dan para mahasiswa. Menurut AKP Karang Adiputra, pihak yayasan sudah menyampaikan bahwa masih libur. "Kita sudah koordinasi dengan pihak yayasan (yang menutup pintu gerbang). Disebutkan, sebenarnya sudah ada pemberitahuan sebelumnya bahwa Senin sore tidak ada kegiatan kuliah,” papar AKP Karang Adiputra seusai membubarkan demo ratusan maha-siswa Universitas Dwijendra, tadi malam.
“Tapi, mahasiswa tidak mengetahui pemberitahuan tersebut. Itu hasil koordinasi kita dengan pihak yayasan untuk mengurai aksi demo. Nah, disepakati juga bahwa besok (hari ini, Red) baru ada proses belajar. Kalau besok gerbang masih ditutup, akan kita buka paksa," lanjutnya.
Terbetik informasi, aksi penutupan gerbang yang berbuntut demo mahasiswa kemarin sore dipicu oleh konflik internal Yayasan Dwijendra. Made Sumitra Candra Jaya yang perintahkan tutup gerbang merupakan Ketua Yayasan Dwijendra lama yang masa jabatannya telah berakhir, September 2018 lalu. Namun, yang bersangkutan belum menyerahkan jabatannya kepada pengurus yayasan yang baru.
Konflik internal Yayasan Dwijendra tersebut sudah masuk ke ranah hukum dan masih diproses penyidik Polsek Denpasar Timur. Imbasnya, Ketua Yayasan Dwijendra yang baru, I Ketut Wirawan, tidak diizinkan masuk ke dalam lingkungan kampus.
Ditemui di lokasi demo depan kampusnya tadi malam, Ketua Yayasan Dwijendra yang baru, I Ketut Wirawan, mengaku bahwa dirinya diundang oleh dosen untuk sembhyang. Namun, setibanya di depan kampus, pintu gerbang sudah dikunci petugas security.
Ketut Wirawan pun berusaha negosiasi dengan pengurus yayasan yang lama, agar pintu gerbang dibuka biar mahasiswa bisa masuk dan mengikuti kegiatan belajar. Tapi, gerbang tetap dikunci.
"Saya sudah sempat koordinasi tadi. Ya, bukakan saja gerbangnya untuk proses belajar para mahasiswa. Biarkan saya dan para dosen ini tidak jadi sembhayang, yang penting mahasiswa bisa masuk. Tapi, permintaan itu tetap tidak digubris. Makanya, mahasiswa geram dan berdemo, hingga terlibat aksi saling dorong," papar Ketut Wirawan.
Wirawan sangat menyayangkan peristiwa ini. Menurut Wirawan, tindakan pengurus yayasan yang lama dengan menutup gerbang, telah mencedrai proses pendidikan. "Kalaupun saya tidak boleh masuk, ya biarkan para mahasiswa masuk. Tapi, ini kan sama sekali tidak digubris. Saya kan Ketua Yayasan Dwijendra yang baru. Namun, pengurus yayasan yang lama berada di dalam, tetap tidak membuka gerbang. Kalau terjadi keributan, siapa yang tanggung jawab?” sesal Wirawan. *dar
1
Komentar