nusabali

Hujan 6 Jam, Kota Negara Kebanjiran

  • www.nusabali.com-hujan-6-jam-kota-negara-kebanjiran

Air yang meluap dari beberapa telabah maupun saluran irigasi hingga membuat kota Negara dilanda banjir, ditengarai karena sedimentasi dan sumbatan sampah.

NEGARA, NusaBali
Hujan deras yang terjadi selama enam jam pada Selasa (27/11) mulai sekitar pukul 16.00 hingga 22.00 Wita, mengakibatkan banjir di seputaran kota Negara. Selain menggenangi jalur utama Denpasar – Gilimanuk, di Jalan Sudirman dan Jalan Ngurah Rai, banjir dengan ketinggian air mencapai setinggi perut orang dewasa, juga menggenangi sejumlah rumah di beberapa lingkungan di tiga kelurahan wilayah Kecamatan Jembrana, yakni Pendem, Dauhwaru, dan Loloan Timur.

Berdasar pemantauan NusaBali, genangan air di jalan tidak hanya terjadi di kedua sisi jalan dekat gapura sebelah timur dan gapura sebelah barat akses menuju areal Pemkab Jembrana, yang memang berulang kali kebanjiran. Luapan air dari arah timur maupun areal Taman Pecangakan di depan Kantor Bupati Jembrana, juga menggenangi ruas Jalan Sudirman hingga ruas Jalan Ngurah Rai, yang menjadi akses utama jalur Denpasar – Gilimanuk.

“Air sudah naik mulai sekitar pukul 20.00 Wita. Ini tumben air tinggi sampai ke jalan raya. Ketinggian air bahkan sampai sepaha,” ujar salah seorang petugas kepolisian di Pos Lantas Sudirman Agung, Kelurahan Dauhwaru, Kecamatan Jembrana, Selasa malam.

Akibat genangan air di jalan raya itu membuat sejumlah pemotor terhenti perjalanannya, karena motor mereka mogok saat berusaha menerobos banjir. Seperti dialami Ni Komang Puspa Bunga, 16. Siswi kelas XI SMAN 1 Negara dari Banjar Pangkung Apit, Desa Pergung, Kecamatan Mendoyo, yang hendak pulang setelah mengikuti les di Kelurahan Banjar Tengah, Kecamatan Negara, ini terpaksa berhenti di Pos Lantas Sudirman Agung, karena motor matic yang dikendarainya mogok. “Tadi dari arah barat, mau pulang ke rumah. Motor tiba-tiba tidak mau hidup, makanya saya minta bantuan ke sini,” ujarnya.

Beberapa pemotor yang khawatir kendaraannya mogok jika dipaksa menerobos genangan air yang cukup tinggi di persimpangan Jalan Surapati – Jalan Sudirman, memilih berhenti di Pos Lantas setempat. Kebetulan sebelum menerobos genangan air, mereka juga sudah diperingatkan petugas kepolisian, sehingga tidak sampai bernasib sama dengan pengendara motor lainnya.

“Dari Jember mau kerja proyek ke Bukit, Jimbaran (Kecamatan Kuta Selatan, Badung, Red). Nggak berani nerobos, soalnya air tinggi, dan tadi lihat beberapa motor sudah mogok. Makanya ini masih nunggu air surut, baru mau jalan,” ungkap Fadli, 30, bersama rekannya, Fawardah, 40, asal Sempolan, Jember, Jawa Timur.

Di samping jalur Denpasar – Gilimanuk, genangan air yang cukup tinggi juga terjadi di beberapa titik ruas jalan provinsi maupun kabupaten di Kelurahan Pendem, Dauhwaru, dan Loloan Timur. Kondisi itu membuat sejumlah pemotor kesulitan lewat, dan terpaksa memutar balik untuk mencari titik-titik akses jalan yang aman dari genangan air.

Sejumlah rumah warga di tiga kelurahan di kota Negara, terutama yang berada di kawasan lebih rendah dari jalan maupun dekat sejumlah telabah (sungai kecil), juga mengalami kebanjiran, dan memaksa warga terjaga untuk menyelamatkan barang-barang berharga mereka. Seperti yang terjadi di Lingkungan Satria, Kelurahan Pendem. Luapan air yang naik dari telabah di utara Bendung Mertasari, tembusan saluran menuju Sungai Ijogading, menggenangi rumah warga hampir mencapai setinggi perut orang dewasa. Bahkan sejumlah perabotan tergenang di dalam rumah, dan akhirnya memaksa warga sibuk membersihkan rumah, termasuk menjemur sejumlah perabotannya, Rabu (28/11).

“Kemarin air naik sekitar pukul 20.00 Wita. Saya tidak bisa tidur, sibuk ngangkat peralatan elektronik biar tidak kena banjir. Setelah hujan reda sekitar pukul 22.00 Wita, baru air surut sekitar pukul 02.00 Wita,” ujar Yudi, 40, warga setempat yang rumahnya tepat berada di dekat telabah saluran menuju Sungai Ijogading.

Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jembrana I Ketut Eko Susila Artha Permana, Rabu kemarin, mengakui terjadi banjir di seputaran kota Negara. Sesuai pendataan pihaknya, banjir terjadi di 15 titik se-Jembrana. Titik-titik banjir itu yang paling parah terjadi di tiga wilayah kelurahan, yakni Pendem, Dauhwaru, dan Loloan Timur. Sebagian besar genangan air di jalan maupun rumah warga, sudah surut mulai tengah malam hingga memasuki pagi hari. Namun ada genangan air di 15 rumah yang belum surut hingga Rabu pagi, dan telah ditindaklanjuti dengan mengerahkan tiga alat penyedot air dari BPBD.

“Kalau yang di beberapa kolam, telabah yang sempat meluap, sekarang sudah surut. Bahkan airnya sudah kecil lagi. Tetapi beberapa rumah yang kebetulan berada di kawasan lebih rendah, dan saluran pembuangan air tidak bagus, masih tergenang. Itu sedang ditangani,” katanya.

Menurut Artha Permana, banjir yang cukup parah di seputaran kota Negara ini tumben terjadi. Beberapa wilayah langganan banjir, seperti di Kelurahan Sangkaragung, Kecamatan Jembrana, dan Desa Kaliakah, Kecamatan Negara, justru tidak kebanjiran ketika terjadi hujan deras pada Selasa (27/11) sore hingga malam tersebut. Dari pengecekannya, air yang meluap dari beberapa telabah maupun saluran irigasi itu, dipicu sedimentasi dan tersumbat sampah. Begitu juga ada indikasi, keterlambatan petugas bendung membuka pintu air di sejumlah saluran tersebut. “Untuk antisipasi, kami sudah koordinasikan juga ke Dinas PU, agar menyiagakan petugas bendung untuk membuka pintu air,” ujarnya.

Sementara Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman (PUPRPKP) Jembrana I Wayan Darwin, mengatakan sebenarnya untuk saluran irigasi di kota Negara sudah tertata baik. Masalahnya adalah sedimentasi dan sampah yang menyumbat saluran irigasi. Untuk antisipasi, jajaranya rutin melakukan penanganan sampah pada saluran irigasi primer dan skunder. Tetapi untuk saluran irigasi tersier yang berada di sekitar pemukiman warga, tanggung jawab lebih ditekankan kepada masyarakat sekitar.

Terkait petugas bendung, dia memastikan telah jauh-jauh hari mengingatkan agar para petugas bendung stand by selama 24 jam berkenaan musim hujan belakangan ini. Ada sebanyak 32 petugas bendung yang bertugas menjaga 35 titik bendung se-Jembrana. Sedangkan untuk beberapa titik pintu air di saluran irigasi kecil lainnya, tidak ada petugas khusus. Namun lebih dikontrol masyarakat atau jajaran desa sekitar.

“Petugas bendung sekarang juga ada yang merangkap tanggung jawab di dua bendung. Sebenarnya memang harus bersama-sama mengontrol. Tetapi khusus petugas bendung, sudah kami ingatkan agar siaga 24 jam,” ujarnya. *ode

Komentar