Jadi Camat Kuta Selatan Sekaligus Emban Tugas Plt Camat Kuta
Made Widiana memaparkan, ada tiga masalah pokok yang dihadapi sebagai Camat Kuta Selatan dan Plt Camat Kuta, yakni persoalan sampah, penduduk pendatang, dan wisatawan asing menginap di rumah kos
I Made Widiana Ssos Msi, Satu-satunya Camat di Kabupaten Badung yang Rangkap Jabatan
MANGUPURA, NusaBali
I Made Widiana Ssos Msi, 53, merupakan satu-satunya camat di Kabupaten Badung yang memimpin dua wilayah kecamatan sekaligus. Awalnya, Made Widiana dipromosikan menjadi Camat Kuta Selatan pada Juni 2017. Berselang 3 bulan kemudian, birokrat asal Kelurahan Kedonganan, Kecamatan Kuta Selatan, Badung ini ditunjuk merangkap sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Camat Kuta.
Sebelum diangkat menjadi Camat Kuta Selatan, Juni 2017, Made Widiana menjabat sebagai Kabid Angkutan Dinas Perhubungan Badung yang sudah dipegangnya selama 6 tahun. Oleh Bupati Badung Nyoman Giri Prasta, Widiana kemudian ditunjuk jadi Camat Kuta Selatan untuk menggantikan I Wayan Wirya, yang telah naik jabatan sebagai Kepala Dinas Kebakaran dan Penyelamatan Kabupaten Badung.
Kemudian, per 1 September 2017, jabatan Widiana ditambah lagi merangkap Plt Camat Kuta. Dia ditunjuk Bupati Badung mengisi kekosongan jabatan Camat Kuta menyusul pensiunnya pejabat lama I Gede Rai Wijaya. Penunjukan Widiana sebagai Plt Camat Kuta itu dituangkan melalui Surat Perintah Bupati Badung Nomor 800/-4247/BKPSDM/SEKRET. Jadi, selama 14 bulan sejak 1 September 2017 hingga sekarang, Widiana emban tugas rangkap memimpin dua kecamatan.
Kendati harus memimpin dua wilayah kecamatan, namun Widiana tidak pernah merasa terbebani. “Bagi saya, tugas yang diberikan pimpinan (Bupati Badung, Red) adalah amanah yang harus dijalankan dengan sepenuh hati dan maksimal,” ujar Widiana saat ditemui NusaBali di ruang kerjanya di Kantor Camat Kuta Selatan, Senin (26/11) lalu.
Hanya saja, Widiana mengakui ada tantangan berat harus memimpin dua kecamatan yang notabene merupakan daerah tujuan wisata internasional. Menurut Widiana, kedua wilayah kecamatan ini memiliki kompleksitas masalah yang cukup tinggi di tengah heterogennya penduduk. Permasalah yang dihadapi hampir sama.
Masalah-masalah yang dihadapi tersebut harus bisa diatasi dengan maksimal, sehingga pelayanan terhadap masyarakata tetap berjalan lancar. Selain itu, aplikasi program Pemerintah Kabupaten Badung juga harus dapat dilaksanakan dengan baik.
Widiana mengungkapkan, dalam menjalankan roda kepemimpinan agar berjalan tanpa hambatan, kunci utamanya adalah komunikasi dan koordinasi. Komunikasi dan koordinasi yang dibangun dilakukan secara internal dan eksternal. “Keduanya harus bisa dijalankan secara seimbang, sehingga semuanya bisa terlayani dengan baik,” jelas camat kelahiran 10 Maret 1965 yang sempat menjadi Lurah Kedonganan, Kecamatan Kuta Selatan periode 2007-2009 ini.
Komunikasi dan koordinasi secara internal, kata Widiana, dilakukan terhadap Sekretaris Kecamatan (Sekcam) di dua wilayah, termasuk unsur di bawahnya sampai staf. Sedangkan secara ekternal, Widiana membangun komunikasi dengan para tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, para Kaling, hingga menyentuh lapisan masyarakat paling bawah.
“Menjalankan tugas di dua kecamatan memang berat, tapi saya nikmati saja. Kunci yang saya lakukan adalah koordinasi, komunikasi, dan pengaturan waktu. Konsekuensinya, saya tak bisa pulang ke rumah dengan cepat. Saya paling cepat tiba di rumah malam pukul 23.00 Wita. Besoknya, pukul 05.00 Wita saya sudah harus bersiap kerja lagi. Rata-rata waktu istirahat setiap hari itu kurang,” papar Widiana.
Hal utama yang menjadi concern Widiana dalam membangun kerukunan adalah mempererat kerukunan antar umat beragama. Makanya, dia selalu hadir dalam program safari keagamaan. Saat bulan Ramadhan, dia safari ke masjid-masjid. Saat Natal, dia safari ke gereja-gereja.
“Penduduk di Kecamattan Kuta dan Kecamatan Kuta Selatan sangat heterogen. Membangun kerukunan adalah hal penting agar tetap seiring dan sejalan. Saya selalu hadir dalam setiap acara keagamaan. Tujuannya, selain untuk memperkenalkan diri kepada masyarakat, juga memberikan perhatian kepada umat beragama. Tidak ada yang dianaktirikan,” tandas ayah tiga anak dari pernikahannya dengan Ni Ne-ngah Darmini ini.
Widiana memaparkan, selama setahun lebih masa kepemimpinannya di dua wilayah kecamatan, masalah yang dihadapi sama. Ada tiga persolan besar yang membutuhkan kerjasama untuk menyelesaikan, yakni masalah sampah, penduduk pendatang, dan wisatawan menginap di rumah kos.
Terkait sampah dan masalah kebersihan, kata Widiana, sudah dilakukan sosialisasi kepada masyarakat hingga ke lapis paling bawa, baik melalui kelurahan/desa maupun para kepala lingkungan (Kaling). Namun, hal ini belum bisa mengatasi secara optimal.
Sedangkan untuk masalah penduduk pendatang, permasalahan di Kecamatan Kuta dan Kuta Selatan sama peliknya. Di dua wilayah kecamatan ini, tingkat perpindahan penduduknya sangat tinggi, sehingga sulit untuk didata.
Satu masalah besar yang sangat teknis yang dihadapan wilayah Kecamatan Kuta dan Kuta Selatan adalah persoalan wisatawan asing menginap di rumah kos. Padahal, sudah ada hotel untuk tempat menginap wisatawan. “Kami bersama tim terkait lainnya terus melakukan komunikasi dengan pihak Imigrasi. Termasuk juga komuni-kasi dengan Tim Pengawasan Orang Asing (Timpora),” sergah Widiana.
Made Widiana sendiri mengawali kariernya di birokrasi dengan menjadi staf Kantor Camat Kuta pada 1986, hanya setahun setelah tamat SMA. Setelah 6 tahun bertugas, dia dipindahkan menjadi staf di Kantor Lurah Tuban, Kecamatan Kuta pada 1992. Berselang 6 tahun kemudian, Widiana dialihkan menjadi Staf Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Badung (1998).
Karier lulusan S1 Ilmu Pemerintahan Fisip Unwar (1994) dan S2 Ilmu Agama & Kebudayaan Unhi Denpasar (1998) ini menanjak sejak dipromosikan jadi Lurah Kedonganan pada 2007. Jabatan Lurah ini dipegang selama 2 tahun, sebelum Widiana dialihkan menjadi Kasi Angkutan DKP Badung pada 2009. Selanjutnya, Widiana dimutasi menjadi Kabid Angkutan Dinas Perhubungan Badung pada 2011, se-belum akhirnya promosi sebagai Camat Kuta Selatan, Juni 2017. *po
MANGUPURA, NusaBali
I Made Widiana Ssos Msi, 53, merupakan satu-satunya camat di Kabupaten Badung yang memimpin dua wilayah kecamatan sekaligus. Awalnya, Made Widiana dipromosikan menjadi Camat Kuta Selatan pada Juni 2017. Berselang 3 bulan kemudian, birokrat asal Kelurahan Kedonganan, Kecamatan Kuta Selatan, Badung ini ditunjuk merangkap sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Camat Kuta.
Sebelum diangkat menjadi Camat Kuta Selatan, Juni 2017, Made Widiana menjabat sebagai Kabid Angkutan Dinas Perhubungan Badung yang sudah dipegangnya selama 6 tahun. Oleh Bupati Badung Nyoman Giri Prasta, Widiana kemudian ditunjuk jadi Camat Kuta Selatan untuk menggantikan I Wayan Wirya, yang telah naik jabatan sebagai Kepala Dinas Kebakaran dan Penyelamatan Kabupaten Badung.
Kemudian, per 1 September 2017, jabatan Widiana ditambah lagi merangkap Plt Camat Kuta. Dia ditunjuk Bupati Badung mengisi kekosongan jabatan Camat Kuta menyusul pensiunnya pejabat lama I Gede Rai Wijaya. Penunjukan Widiana sebagai Plt Camat Kuta itu dituangkan melalui Surat Perintah Bupati Badung Nomor 800/-4247/BKPSDM/SEKRET. Jadi, selama 14 bulan sejak 1 September 2017 hingga sekarang, Widiana emban tugas rangkap memimpin dua kecamatan.
Kendati harus memimpin dua wilayah kecamatan, namun Widiana tidak pernah merasa terbebani. “Bagi saya, tugas yang diberikan pimpinan (Bupati Badung, Red) adalah amanah yang harus dijalankan dengan sepenuh hati dan maksimal,” ujar Widiana saat ditemui NusaBali di ruang kerjanya di Kantor Camat Kuta Selatan, Senin (26/11) lalu.
Hanya saja, Widiana mengakui ada tantangan berat harus memimpin dua kecamatan yang notabene merupakan daerah tujuan wisata internasional. Menurut Widiana, kedua wilayah kecamatan ini memiliki kompleksitas masalah yang cukup tinggi di tengah heterogennya penduduk. Permasalah yang dihadapi hampir sama.
Masalah-masalah yang dihadapi tersebut harus bisa diatasi dengan maksimal, sehingga pelayanan terhadap masyarakata tetap berjalan lancar. Selain itu, aplikasi program Pemerintah Kabupaten Badung juga harus dapat dilaksanakan dengan baik.
Widiana mengungkapkan, dalam menjalankan roda kepemimpinan agar berjalan tanpa hambatan, kunci utamanya adalah komunikasi dan koordinasi. Komunikasi dan koordinasi yang dibangun dilakukan secara internal dan eksternal. “Keduanya harus bisa dijalankan secara seimbang, sehingga semuanya bisa terlayani dengan baik,” jelas camat kelahiran 10 Maret 1965 yang sempat menjadi Lurah Kedonganan, Kecamatan Kuta Selatan periode 2007-2009 ini.
Komunikasi dan koordinasi secara internal, kata Widiana, dilakukan terhadap Sekretaris Kecamatan (Sekcam) di dua wilayah, termasuk unsur di bawahnya sampai staf. Sedangkan secara ekternal, Widiana membangun komunikasi dengan para tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, para Kaling, hingga menyentuh lapisan masyarakat paling bawah.
“Menjalankan tugas di dua kecamatan memang berat, tapi saya nikmati saja. Kunci yang saya lakukan adalah koordinasi, komunikasi, dan pengaturan waktu. Konsekuensinya, saya tak bisa pulang ke rumah dengan cepat. Saya paling cepat tiba di rumah malam pukul 23.00 Wita. Besoknya, pukul 05.00 Wita saya sudah harus bersiap kerja lagi. Rata-rata waktu istirahat setiap hari itu kurang,” papar Widiana.
Hal utama yang menjadi concern Widiana dalam membangun kerukunan adalah mempererat kerukunan antar umat beragama. Makanya, dia selalu hadir dalam program safari keagamaan. Saat bulan Ramadhan, dia safari ke masjid-masjid. Saat Natal, dia safari ke gereja-gereja.
“Penduduk di Kecamattan Kuta dan Kecamatan Kuta Selatan sangat heterogen. Membangun kerukunan adalah hal penting agar tetap seiring dan sejalan. Saya selalu hadir dalam setiap acara keagamaan. Tujuannya, selain untuk memperkenalkan diri kepada masyarakat, juga memberikan perhatian kepada umat beragama. Tidak ada yang dianaktirikan,” tandas ayah tiga anak dari pernikahannya dengan Ni Ne-ngah Darmini ini.
Widiana memaparkan, selama setahun lebih masa kepemimpinannya di dua wilayah kecamatan, masalah yang dihadapi sama. Ada tiga persolan besar yang membutuhkan kerjasama untuk menyelesaikan, yakni masalah sampah, penduduk pendatang, dan wisatawan menginap di rumah kos.
Terkait sampah dan masalah kebersihan, kata Widiana, sudah dilakukan sosialisasi kepada masyarakat hingga ke lapis paling bawa, baik melalui kelurahan/desa maupun para kepala lingkungan (Kaling). Namun, hal ini belum bisa mengatasi secara optimal.
Sedangkan untuk masalah penduduk pendatang, permasalahan di Kecamatan Kuta dan Kuta Selatan sama peliknya. Di dua wilayah kecamatan ini, tingkat perpindahan penduduknya sangat tinggi, sehingga sulit untuk didata.
Satu masalah besar yang sangat teknis yang dihadapan wilayah Kecamatan Kuta dan Kuta Selatan adalah persoalan wisatawan asing menginap di rumah kos. Padahal, sudah ada hotel untuk tempat menginap wisatawan. “Kami bersama tim terkait lainnya terus melakukan komunikasi dengan pihak Imigrasi. Termasuk juga komuni-kasi dengan Tim Pengawasan Orang Asing (Timpora),” sergah Widiana.
Made Widiana sendiri mengawali kariernya di birokrasi dengan menjadi staf Kantor Camat Kuta pada 1986, hanya setahun setelah tamat SMA. Setelah 6 tahun bertugas, dia dipindahkan menjadi staf di Kantor Lurah Tuban, Kecamatan Kuta pada 1992. Berselang 6 tahun kemudian, Widiana dialihkan menjadi Staf Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Badung (1998).
Karier lulusan S1 Ilmu Pemerintahan Fisip Unwar (1994) dan S2 Ilmu Agama & Kebudayaan Unhi Denpasar (1998) ini menanjak sejak dipromosikan jadi Lurah Kedonganan pada 2007. Jabatan Lurah ini dipegang selama 2 tahun, sebelum Widiana dialihkan menjadi Kasi Angkutan DKP Badung pada 2009. Selanjutnya, Widiana dimutasi menjadi Kabid Angkutan Dinas Perhubungan Badung pada 2011, se-belum akhirnya promosi sebagai Camat Kuta Selatan, Juni 2017. *po
1
Komentar