Unik, Perayaan Tumpek Wariga di Tabulapot
Ada yang unik pada perayaan Tumpek Wariga atau Tumpek Bubuh di Denpasar pada Saniscara Kliwon Wariga, Sabtu (1/12).
DENPASAR, NusaBali
Rumah Budaya Penggak Men Mersi Kesiman, Denpasar menggelar peringatan Tumpek Wariga untuk tanaman buah dalam pot (tabulapot). Ini bukan sekadar peringatan, melainkan sekaligus memberikan edukasi menanam tumbuhan dalam pot sebagai penyejuk rumah di tengah kota.
Puluhan tabulapot berjejer di Rumah Budaya Penggak Men Mersi. Mulai dari aneka jenis jeruk, jambu, serta beberapa tanaman buah yang sudah mulai langka seperti juwet. Kelian Penggak Men Mersi, Kadek Wahyudita, mengatakan peringatan Tumpek Wariga yang dilakukan dengan sarana tabulapot ini bisa menjadi salah satu solusi untuk tetap memaknai perayaan Tumpek Wariga di tengah perkotaan yang saat ini sudah jarang rumah yang memiliki teba (halaman belakang).
Tumpek Wariga merupakan penghormatan atau cara masyarakat Bali memuliakan tumbuh-tumbuhan. Biasanya, yang diupacarai adalah tanaman yang menghasilkan buah, tidak terlepas dari makna universalnya memuliakan tumbuhan. Karena tidak adanya lagi teba di masing-masing rumah, maka tabulapot ini menjadi satu solusi agar pemaknaan terhadap upacara Tumpek Wariga tidak bergeser.
“Biasanya menanam buah-buahan kan di teba. Sekarang teba sudah tidak ada, solusinya saya rasa lewat tabulapot ini. Jadi pemaknaan terhadap Tumpek Wariga itu tetap ada. Karena biasanya kan ada mantranya itu. ‘Kaki kaki, i dadong dije? Dadong ye jumah gelem, gelem nged ngeed ngeed’. Itu kan penggalan mantra sesontengan yang diucapkan saat Tumpek Wariga, dengan harapan bisa berbuah subur,” ujarnya.
Lanjutnya, peringatan Tumpek Wariga ini juga dimanfaatkan untuk edukasi terhadap cara berkebun buah di daerah perkotaan khususnya di kota Denpasar. Selain itu, sekaligus juga untuk mengenalkan tanaman-tanaman buah langka yang kini jarang ada di perkotaan. “Sebenarnya solusi untuk memiliki buah-buahan terutama lokal Bali itu ada solusinya. Dengan tabulapot ini bisa, karena tidak butuh musim dan tempat yang luas,” imbuhnya.
Upaya mengedukasi masyarakat ternyata berhasil. Beberapa masyarakat yang lewat, langsung melihat-lihat tanaman buah dalam pot yang beraneka jenis buahnya. Salah satu pegiat tabulapot yang ikut dalam perayaan kemarin, I Nyoman Pusika, mengatakan masyarakat tidak saja dikenalkan tanaman buah yang sudah langka, namun langsung diedukasi cara menanam tabulapot yang baik. “Inti dari kegiatan ini sudah sesuai dengan tujuan,” tandasnya. *ind
Rumah Budaya Penggak Men Mersi Kesiman, Denpasar menggelar peringatan Tumpek Wariga untuk tanaman buah dalam pot (tabulapot). Ini bukan sekadar peringatan, melainkan sekaligus memberikan edukasi menanam tumbuhan dalam pot sebagai penyejuk rumah di tengah kota.
Puluhan tabulapot berjejer di Rumah Budaya Penggak Men Mersi. Mulai dari aneka jenis jeruk, jambu, serta beberapa tanaman buah yang sudah mulai langka seperti juwet. Kelian Penggak Men Mersi, Kadek Wahyudita, mengatakan peringatan Tumpek Wariga yang dilakukan dengan sarana tabulapot ini bisa menjadi salah satu solusi untuk tetap memaknai perayaan Tumpek Wariga di tengah perkotaan yang saat ini sudah jarang rumah yang memiliki teba (halaman belakang).
Tumpek Wariga merupakan penghormatan atau cara masyarakat Bali memuliakan tumbuh-tumbuhan. Biasanya, yang diupacarai adalah tanaman yang menghasilkan buah, tidak terlepas dari makna universalnya memuliakan tumbuhan. Karena tidak adanya lagi teba di masing-masing rumah, maka tabulapot ini menjadi satu solusi agar pemaknaan terhadap upacara Tumpek Wariga tidak bergeser.
“Biasanya menanam buah-buahan kan di teba. Sekarang teba sudah tidak ada, solusinya saya rasa lewat tabulapot ini. Jadi pemaknaan terhadap Tumpek Wariga itu tetap ada. Karena biasanya kan ada mantranya itu. ‘Kaki kaki, i dadong dije? Dadong ye jumah gelem, gelem nged ngeed ngeed’. Itu kan penggalan mantra sesontengan yang diucapkan saat Tumpek Wariga, dengan harapan bisa berbuah subur,” ujarnya.
Lanjutnya, peringatan Tumpek Wariga ini juga dimanfaatkan untuk edukasi terhadap cara berkebun buah di daerah perkotaan khususnya di kota Denpasar. Selain itu, sekaligus juga untuk mengenalkan tanaman-tanaman buah langka yang kini jarang ada di perkotaan. “Sebenarnya solusi untuk memiliki buah-buahan terutama lokal Bali itu ada solusinya. Dengan tabulapot ini bisa, karena tidak butuh musim dan tempat yang luas,” imbuhnya.
Upaya mengedukasi masyarakat ternyata berhasil. Beberapa masyarakat yang lewat, langsung melihat-lihat tanaman buah dalam pot yang beraneka jenis buahnya. Salah satu pegiat tabulapot yang ikut dalam perayaan kemarin, I Nyoman Pusika, mengatakan masyarakat tidak saja dikenalkan tanaman buah yang sudah langka, namun langsung diedukasi cara menanam tabulapot yang baik. “Inti dari kegiatan ini sudah sesuai dengan tujuan,” tandasnya. *ind
Komentar