nusabali

Taksu Gringsing Berwarna Trimurti

  • www.nusabali.com-taksu-gringsing-berwarna-trimurti

MENENUN kain gringsing, mesti sabar. Sebab, prosesnya cukup lama, bahkan bertahun-tahun. Mulai dari menyiapkan benang Bali, kemudian proses mewarnai.

Untuk mendapatkan warna kuning dari campuran minyak kemiri, warna merah dari kulit kayu mengkudu dan warna hitam didapatkan dari campuran daun indigo dengan campuran warna merah.


Kesabaran itu terbiasa dilakoni para penenun kain gringsing di Desa Pakraman Tenganan Pagringsingan, Desa Tenganan, Kecamatan Manggis, Karangasem. Salah seorang penenun kain gringsing, Ni Wayan Sulatri menjelaskan, guna mendapatkan warna benang yang berkualitas, mesti melakukan perendaman benang selama setahun. Air rendaman diganti tiap 25 - 49 hari. Tujuannya, agar mendapatkan kualitas benang semakin kuat dan lembut. Rendaman ini juga menghasilkan warna benang kuning, merah, dan hitam.  

Keyakinan setempat, warna kuning melambangkan angin yang berasal dari alam simbol Dewa Siwa sebagai pelebur. Merah lambang api simbol Dewa Brahma sebagai pemberi energi hidup yang juga sebagai dewa pencipta alam beserta isinya. Hitam lambang Dewa Wisnu, dewa pemelihara sebagai pemberi kehidupan khususnya air. Ketiganya lebih lazim disebut Tri Murti.

Filosofi mengenakan kain gringsing, selalu menempatkan Tuhan sebagai yang utama, dalam segala kehidupan, sebagai umat hendaknya selalu rendah hati karena umat manusia sebagai komponen kecil ciptaan Tuhan.

Kain gringsing itu juga sebagai pelindung kehidupan, sebagai kesadaran hidup, juga sebagai simbol menghormati warisan leluhur. Maka dari itu krama Desa Pakraman Pagringsingan meyakini, gringsing itu berasal dari kata gering yang artinya sakit, sing artinya tidak, gringsing berarti tidak sakit, yang bermakna selalu dalam kehidupan yang sehat lahir bathin, atas lindungan Sang Dewa Tri Murti itu.

Terpenting lagi, kain gringsing merupakan sebuah mahakarya yang indah. Bagi penenun di Tenganan Pegringsingan, melestarikan kain gringsing merupakan salah satu bentuk kehormatan agung kepada leluhur. Sehingga setiap ibu-ibu rumah tangga yang menenun kain gringsing, tak ubahnya menenun keindahan, dilandasi pemikiran yang sabar, untuk menjaga simbol kesakralan itu. *nan

Komentar