nusabali

Wulan Saraswati Sabet Takhta ‘Slammer of the Year’ 2018

  • www.nusabali.com-wulan-saraswati-sabet-takhta-slammer-of-the-year-2018

Wulan suarakan ‘kemarahan’ atas fenomena menghakimi bagi pemilik tubuh size besar dan sindir politikus yang ‘tertidur’ di kursi jabatan di ajang Unspoken Bali Poetry Slam 2018.

GIANYAR, NusaBali
Sejak digelar berturut-turut sejak Maret, lalu Juni, hingga September 2018, dan menemukan masing-masing-masing 2 finalis, Grand Final Unspoken Bali Poetry Slam akhirnya bertemu di Desember. Mengusung tema ‘anger’ (red: kemarahan), enam finalis berlaga memperebutkan takhta ‘Slammer of the Year’ pada Sabtu (01/12) malam, bertempat di Betelnut, Jalan Raya Ubud, Gianyar. Dari persaingan ketat namun santai tersebut, terpilihlah Wulan Saraswati sebagai pemenang.


Foto: Wulan Saraswati Keluar Sebagai Juara - Dok. Bagus Ardhana

Ketika ditanya mengenai perasaannya terpilih sebagai juara tunggal, Wulan mengungkapkan, bahwa ia bahagia karena ia telah membawakan puisinya dengan cara yang berbeda dan tentunya terkesan dengan juri yang merupakan penonton, yang mana itu pengalaman yang unik.

“Bahagia ya, karena saya membawakan puisi saya dengan cara yang berbeda dan juri yang merupakan penonton,” ungkap salah satu pengajar di Cinta Bahasa tersebut. 

“Rasanya senang bisa melihat pembaca puisi yang variatif. Sudut pandang mereka tajam melihat peristiwa sosial. Aku bangga banget sama mereka!” sambung Wulan bersemangat.

Wulan membawakan dua buah puisi yang masing-masing berjudul XXL dan Mantra Sebelum Tidur. Menurutnya, XXL mengisahkan tentang sebuah kemarahan terhadap penghakiman yang ditujukan pada kaum pemilik tubuh dengan size XXL (ekstra besar). Sementara, Mantra Sebelum Tidur merupakan sindiran untuk politikus yang ‘tertidur’ di kursi kekuasaan, sementara rakyat melarat kelaparan. Tentunya, puisi-puisi yang dibawakan tersebut bertujuan untuk mewakili suara-suara kaum minoritas dan korban yang tidak sempat bersuara.

Selebihnya, Wulan juga memaparkan sudut pandangnya mengenai Unspoken Bali Poetry Slam tersebut, bahwa event tersebut memiliki kualitas yang sangat bagus, bukan karena ia menjadi juaranya, melainkan dari event itu Wulan mendapat makna baru, bahwa puisi dapat menghubungkan manusia dengan semesta. Entah apa pun bahasa yang digunakan, entah apa pun masalah yang dihadapi, entah apa pun latar belakang siapa pun, puisi dapat menjadi media untuk orang-orang agar berani menunjukkan diri sesungguhnya.

Tidak lepas pula harapan Wulan agar Unspoken Bali Poetry Slam tidak hanya bisa dinikmati oleh kalangan eksklusif, melainkan lebih dari itu, dan membiarkan mereka mencoba hal baru melalui puisi.

“Semoga Unspoken ini bukan hanya untuk kalangan eksklusif, tapi juga bagi semua pelajar, anak-anak muda, dan pegiat sastra yang yang suka puisi, yang ingin mencoba hal baru dalam pembacaan puisi,” tutup Wulan tegas. *ph

Komentar