SMKN 3 Sukawati dan SMKN 5 Denpasar Tampil Memukau
Seni yang sesungguhnya senantiasa menjadikan tontonan sebagai tuntunan. Itulah yang tersuguh dalam penampilan SMKN 3 Sukawati dan SMKN 5 Denpasar di Kalangan Ayodya Taman Budaya, Denpasar, Jumat (30/11) malam.
DENPASAR, NusaBali
Mereka membawa pesan istimewa ke dalam garapan. Dalam Gelar Seni Akhir Pekan Bali Mandara Nawanatya III itu, penampil pertama adalah kesempatan bagi SMKN 3 Sukawati. Menyajikan garapan dengan berlandaskan salah satu dari kisah Tantri yang bertajuk Tutur Siap Selem, para penampil berdandan layaknya tokoh cerita yang ada di dalamnya, seperti ayam, kucing, dan sosok kakek yang bijak. “Kami menggarap kisah tantri atau cerita rakyat bagaimana tingkah laku binatang tapi garapnya secara inovatif dan banyak memasukkan tentang hal-hal kehidupan,” tutur Pande Nyoman Artawa selaku pembina garapan SMKN 3 Sukawati.
Sebagai pembina garapan sekaligus konseptor garapan, Artawa berujar ketertarikan dirinya memilih cerita tantri lantaran kisah ini bersifat universal. Melibatkan 15 orang penampil, garapan dengan cerita sederhana ini pun disulap menjadi sebuah tontonan yang kaya akan tuntunan. Tokoh antagonis yakni Meng Kuuk, pada akhirnya mendapatkan ganjaran akan keserakahannya. Para penampil penuh totalitas dalam menjiwai peran masing-masing. Alunan gamelan yang tenang diselingi nyanyian dan lakon, sangat sempurna menjadi peneduh jiwa di malam hari. “Cerita ini untuk semua kalangan dan bisa diterima semua kalangan, bagaimana kita tidak menjadi orang yang tamak, bagaimana kita menghormati orang lain,” terang Artawa.
Sementara itu, suguhan dari SMKN 5 Denpasar memiliki makna yang sangat mendalam. Mereka menyajikan lima garapan diantaranya Tari Puspa Nirwana, Tari Inovatif Ngrosok, Tari Satyaning Gumi, Musik Inovatif Perspektif, dan Musik Inovatif Hujan. “Garapan yang inovatif ini murni karya anak-anak sendiri dan guru hanya mensupport saja,” jelas AA Ketut Ngurah Askara sebagai Ketua Program Seni Pertunjukan SMKN 5 Denpasar.
Garapan tari kontemporer yang bertajuk Ngrosok dapat terbilang unik. Sebab, menjelang klimaks garapan para penonton pun terlibat di dalamnya. Garapan musik yang mengalun dengan dinamis sekaligus pelan tampak pada garapan bertajuk Hujan. Sehingga, untuk sebuah garapan inilah yang membangkitkan keingintahuan penonton akan seni. “Kadang-kadang anak muda sekarang tidak mengerti seni yang sesungguhnya dia langsung memukul musik, tapi setelah dia menonton yang kami harapkan mereka menyadari ‘oh begini lah seni yang sesungguhnya’,” tutur Askara bijak.
Bali Mandara Nawanatya tidak terasa akan ditutup satu minggu lagi. Ia pun berharap, acara Nawanatya agar selalu berlanjut untuk memberikan ruang bagi seni kreativitas. *ind
Mereka membawa pesan istimewa ke dalam garapan. Dalam Gelar Seni Akhir Pekan Bali Mandara Nawanatya III itu, penampil pertama adalah kesempatan bagi SMKN 3 Sukawati. Menyajikan garapan dengan berlandaskan salah satu dari kisah Tantri yang bertajuk Tutur Siap Selem, para penampil berdandan layaknya tokoh cerita yang ada di dalamnya, seperti ayam, kucing, dan sosok kakek yang bijak. “Kami menggarap kisah tantri atau cerita rakyat bagaimana tingkah laku binatang tapi garapnya secara inovatif dan banyak memasukkan tentang hal-hal kehidupan,” tutur Pande Nyoman Artawa selaku pembina garapan SMKN 3 Sukawati.
Sebagai pembina garapan sekaligus konseptor garapan, Artawa berujar ketertarikan dirinya memilih cerita tantri lantaran kisah ini bersifat universal. Melibatkan 15 orang penampil, garapan dengan cerita sederhana ini pun disulap menjadi sebuah tontonan yang kaya akan tuntunan. Tokoh antagonis yakni Meng Kuuk, pada akhirnya mendapatkan ganjaran akan keserakahannya. Para penampil penuh totalitas dalam menjiwai peran masing-masing. Alunan gamelan yang tenang diselingi nyanyian dan lakon, sangat sempurna menjadi peneduh jiwa di malam hari. “Cerita ini untuk semua kalangan dan bisa diterima semua kalangan, bagaimana kita tidak menjadi orang yang tamak, bagaimana kita menghormati orang lain,” terang Artawa.
Sementara itu, suguhan dari SMKN 5 Denpasar memiliki makna yang sangat mendalam. Mereka menyajikan lima garapan diantaranya Tari Puspa Nirwana, Tari Inovatif Ngrosok, Tari Satyaning Gumi, Musik Inovatif Perspektif, dan Musik Inovatif Hujan. “Garapan yang inovatif ini murni karya anak-anak sendiri dan guru hanya mensupport saja,” jelas AA Ketut Ngurah Askara sebagai Ketua Program Seni Pertunjukan SMKN 5 Denpasar.
Garapan tari kontemporer yang bertajuk Ngrosok dapat terbilang unik. Sebab, menjelang klimaks garapan para penonton pun terlibat di dalamnya. Garapan musik yang mengalun dengan dinamis sekaligus pelan tampak pada garapan bertajuk Hujan. Sehingga, untuk sebuah garapan inilah yang membangkitkan keingintahuan penonton akan seni. “Kadang-kadang anak muda sekarang tidak mengerti seni yang sesungguhnya dia langsung memukul musik, tapi setelah dia menonton yang kami harapkan mereka menyadari ‘oh begini lah seni yang sesungguhnya’,” tutur Askara bijak.
Bali Mandara Nawanatya tidak terasa akan ditutup satu minggu lagi. Ia pun berharap, acara Nawanatya agar selalu berlanjut untuk memberikan ruang bagi seni kreativitas. *ind
Komentar