nusabali

Airnya Tak Pernah Surut, Berkhasiat Sembuhkan Beragam Penyakit

  • www.nusabali.com-airnya-tak-pernah-surut-berkhasiat-sembuhkan-beragam-penyakit

Warga sekitar sempat berencana ambil air dari Telebusan Yeh Mekecir untuk disalurkan ke rumah-rumah buat kebutuhan rumah tangga. Anehnya, ketika pipa disambung, air dari telebusan mendadak lenyap. Begitu sambungan pipa dicabut, air kembali muncul dari telebusan

Sisi Lain Keberadaan Telebusan Yeh Mekecir di Desa Dangin Tukadaya, Kecamatan Jembrana


NEGARA, NusaBali
Nama Banjar Yeh Mekecir di Desa Dangin Tukadaya, Kecamatan Jembrana sangat berkaitan dengan keberadaan dua titik telebusan di sisi Sungai Yeh Mekecir. Telebusan Yeh Mekecir yang berada dekat perbatasan dengan Banjar Gunung Sekar, Desa Mendoyo Dauh Tukad, Kecamatan Mendoyo di sisi timur tersebut selama ini menjadi salah satu tempat malukat (mandi suci) yang terkenal sakral. Airnya tidak pernah surut sepanjang zaman, dipercaya berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Dua titik Telebusan Yeh Mekecir ini berada di sisi barat wilayah Banjar Yeh Mekecir, Desa Dangin Tukadaya) dan di sisi timur wilayah Banjar Gunung Sekar (Desa Mendoyo Dauh Tukad). Untuk menuju telebusan yang belum dikelola secara khusus tersebut, pengunjung harus berjalan kaki ke arah timur dari jalan desa sebelah utara Pura Subak Abian Danu Sari, Banjar Yeh Mekecir, dengan melewati jalan setapak areal kebun sejauh 250 meter. Medannya berbukit dan terjal.

Seorang warga yang tinggal dekat lokasi Telebusan Yeh Mekecir, I Nengah Suarsana, 47, mengatakan dari cerita leluhur yang diwarisi secara turun temurun, kedua titik Telebusan Yeh Mekecir sudah ada sejak ratusan tahun silam. Saat mulai dilakukan pembagian wilayah di Desa Dangin Tukadaya tahun 1970, keberadaan telebusan yang airnya tidak pernah surut dari zaman ke zaman itu akhirnya digunakan sebagai nama Banjar Yeh Mekecir. "Dari dulu air telebusan ini tidak pernah surut. Walaupun musim kemarau panjang dan air sungai surut, tapi di telebusan ini tetap saja ada airnya," ujar Nengah Suarsana saat ditemui NusaBali di lokasi Telebusan Yeh Mekecir, Sabtu (1/12).

Nengah Suarsana mengisahkan, sejak dirinya masih kecil jauh sebelum mondok di kebun milik keluarganya, sudah banyak pengunjung dari beberbagai kawasan Bali datang ke Telebusan Yeh Mekecir. Mereka sengaja datang untuk malukat sekaligus nunas tirta (air suci), setelah mendapat pawisik (petunjuk niskala) agar terbebas dari berbagai musibah dan penyakit.

"Sejak dulu banyak orang datang nunas tamba (meminta kesembuhan) di Telebusan Yeh Mekecir ini. Saya sering kaget, tiba-tiba orang bertanya di mana Telebusan Yeh Mekecir? Mereka banyak dari luar Jembrana, seperti Karangasem, Kelukung, Gianyar, dan Denpasar. Bahkan dulu ada rombongan dua bus dari Kelungkung yang mencari telebusan ini untuk malukat," kenang Suarsana.

Selain malukat, pengunjung juga ambil air suci dari Telebusan Yeh Mekecir untuk menyembuhkan keluarganya yang tengah sakit atau digunakan buat penyucian pekarangan rumah. Ada yang mengaku datang karena desti (penyakit niskala), banyak pula menderita penyakit kronis yang tidak kunjung sembuh. Setelah sembuh, warga yang sebelumnya tidak bisa langsung datang ke tebulasan, biasanya menyusul datang bersama keluarganya.

"Kalau rahina Tilem dan Purnama, pasti ada orang yang datang malukat ke Telebusan Yeh Mekecir ini. Pas saya di kebun, kadang lihat beberapa orang berpakaian adat, mereka biasanya malukat dan sekalian mandi di sungai. Memang tidak ada pemandu khusus ataupun pamangku di sini," ujar Suarsana.

Lantaran tidak ada penjaga di Telebusan Yeh Mekecir ini, maka pengunjung harus malukat secara mandiri. Biasanya, mereka juga sudah langsung membawa banten pejati dan canangsari. Menurut Suarsana, beberapa pengunjung juga menanyakan Pura Yeh Mekecir. Padahal, di sini tidak ada Pura Yeh Mekecir. Yang ada adalah sebuah Palinggih Dewa Ayu Telaga Manik Emas, yang memang berkaitan dengan keberadaan Telebusan Yeh Mekecir.

Palinggih Dewa Ayu Telaga Manik Mas tersebut berada di sebelah barat lokasi telebusan (sebelum turun ke sisi sungai). Sedangkan di sebelah timur telebusan (sisi timur sungai), terdapat Pura Subak Babakan Mendoyo.

Menurut Suarsana, warga sekitar lokasi Telebusan Yeh Mekecir---yang secara turun temuran mempercyai berbagai khasiat air telebusan---biasanya terlebih dulu nunas panugrahan (memohon restu) di Palinggih Dewa Ayu Telaga Manik Emas. Selain di palinggih ini, tidak ada salahnya juga sekalian sembhayang di Pura Subak Babakan Mendoyo, yang kebetulan dekat dengan titik telebusan.

"Kalau telebusan yang di sisi timur sungai ini, memiliki khasiat sama. Tapi, karena berada agak di atas, kadang lebih sering digunakan yang di sisi barat ini. Yang terpenting, sebelum malukat atau nunas tirta, lebih dulu nunas panugraha di Palinggih Dewa Ayu Telaga Manik Emas.”

Dua titik Telebusan Yeh Mekecir ini menyimpan cerita mistis. Kisahnya, tahun 2000 lalu warga sekitar lokasi telebusan berencana mengambil sumber air dari telebusan, sebagai sumber air kebutuhan rumah tangga di rumah-rumah. Anehnya, ketika dibuatkan semacam tanggul hingga penyambungan pipa, air dari telebusan yang sejatinya tidak pernah surut, tiba-tiba tak mau mengalir. Anehnya lagi, begitu sambungan pipanya dicabut, air kembali muncul dari telebusan.

Sejumlah panglingsir yang mengetahui rencana itu pun melarang pemanfaatan sumber air dari telebusan untuk kebutuhan rumah tangga. Pasalnya, air suci dari Telebusan Yeh Mekecir dipercaya tidak bisa sembarangan digunakan sebagaimana air umumnya, seperti menyiram kotoran di kamar mandi.

"Kemungkinan Ida Dewa Ayu Telaga Manik Emas yang berstana di sini juga tidak mengizinkan air digunakan sembarangan. Akhirnya, warga tidak berani melanjutkan pipanisasi. Apalagi, setelah berulangkali dicoba, tetap saja begitu: air tiba-tiba surut dan begitu dibongkar pipanya, air kembali muncul,” beber Suarsana.

Cerita mistis lainnya, Telebusan Yeh Mekecir tidak pernah tersapu banjir, sebesar-besarnya banjir di Singai Yeh Mekecir. Luapa air sungai paling banter hanya menggenang di samping Telebisan Yeh Mekecir. Telebusan yang merupakan berkah suci dari Dewa Ayu Telaga Manik Emas diyakini dijaga ancangan Ida Batara berupa ular King Kobra. Ular duwe itu sempat beberapa kali menampakkan diri. Ular duwe yang pernah dilihat pamedek itu menggunakan mahkota. Ular duwe ukurannya sebesar paha orang dewasa, dengan panjang 2 meter.

Sementara itu, pihak Desa Dangin Tukadaya berencana mengembangkan potensi Telebusan Yeh Mekecir sebagai salah satu daya tarik wisata religi. Perbekel Dangin Tukadaya, I Gusti Putu Murdi, mengatakan pihaknya telah mempersiapkan penataan akses jalan menuju Telebusan Yeh Mekecir. Untuk membuat akses jalan itu, dua kepala keluarga (KK) pemilik lahan sudah sepakat membebaskan lahannya selebar 5 meter.

Mereka adalah keluarga Komang Suparni dan I Ketut Sudarma, yang masing-masing akan membebaskan lahan selebar 2,5 meter dengan panjang sekitar 250 meter sebagai jalan utama menuju Telebusan Yeh Mekecir. "Sudah ada kesepakatan dari pemilik lahan. Kebetulan, Palinggih Dewa Ayu Telaga Manik Emas itu berada di lahan milik Ibu Komang Suparni. Beliau sudah mengiklaskan tanahnya untuk akses jalan pengembangan wisata religi," ujar Perbekel IGP Murdi yang tangkil ke Telebusan Yeh Mekecir bersama sejumlah krama bertepatan Tumpek Pengatag pada Saniscara Kliwon Wariga, Sabtu, 1 Desember 2018. *ode

Komentar