Bali Perkuat Branding Komoditas Ekspor
Pemprov Bali terus berupaya memperkuat daya saing produk atau komoditas ekspor.
DENPASAR, NusaBali
Usaha tersebut di antaranya mengindentikasi persoalan-persoalan, kemudian mencari solusinya. Setelah memperkuat branding, sebelum dipasarkan. Untuk tahap awal, produk fesyen yang akan diperkuat dulu, setelah itu industri aneka kerajinan. Hal itu untuk menyiasati makin sengitnya persaingan pasar global.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Bali Putu Astawa mengatakan Senin (3/12). “Karena jika berhenti, dan tidak melakukan upaya-upaya perkuatan, pasti dilibas kita ini,” ujar Astawa.
Untuk itu, Disperindag tidak tabu menggandeng pihak luar (swasta) untuk ‘perkuatan’ daya saing produk ekspor Bali.Di antaranya PT PAN Brothers Tbk, holding company di Tanggerang Banten. “Ini untuk memperluas akses pasar,” jelas Astawa. “Karena sebagus-bagus produk, pada akhirnya harus ada yang membeli. Dibeli karena orang menyukainya,” kata Astawa. Karena itu, pihak swasta yang bisa memperluas akses pasar dan rebranding produk, diajak, dimintakan bantuan.
Untuk tahap awal, produk atau komoditas fesyen yang akan diperkuat brandingnya. Di antaranya menyangkut teknis produksi, packaging dan proses hilir runtutannya. “Upaya ini akan dilakukan dalam bentuk kelompok atau koperasi UMKM, sehingga memudahkan memberi pelatihan rebranding tersebut,”paparnya.
Setelah fesyen, baru nanti produk lain seperti kerajinan, perikanan dan perkebunan diupayakan hal serupa. “Semuanya bertujuan agar perdagangan luar negeri kita meningkat,” tegasnya.
Sementara dari BPS, ekspor Bali pada Oktober mencapai 53,9 juta dollar AS, mengalami peningkatan 13,44 persen dari September lalu. Peningkatan ekspor tersebut, dominan karena lonjakan ekspor ke China sebesar 92 persen lebih. Nilainya 3,3 juta dollar AS. Meski demikian, lonjakan ekspor ke China ini belum mampu melampui pasar Amerika yang mendonasi 27 persen dari total ekspor Bali. Salah satu produk yang mengalami lonjakan ekspor adalah produk pakaian jadi bukan rajutan. *k17
Usaha tersebut di antaranya mengindentikasi persoalan-persoalan, kemudian mencari solusinya. Setelah memperkuat branding, sebelum dipasarkan. Untuk tahap awal, produk fesyen yang akan diperkuat dulu, setelah itu industri aneka kerajinan. Hal itu untuk menyiasati makin sengitnya persaingan pasar global.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Bali Putu Astawa mengatakan Senin (3/12). “Karena jika berhenti, dan tidak melakukan upaya-upaya perkuatan, pasti dilibas kita ini,” ujar Astawa.
Untuk itu, Disperindag tidak tabu menggandeng pihak luar (swasta) untuk ‘perkuatan’ daya saing produk ekspor Bali.Di antaranya PT PAN Brothers Tbk, holding company di Tanggerang Banten. “Ini untuk memperluas akses pasar,” jelas Astawa. “Karena sebagus-bagus produk, pada akhirnya harus ada yang membeli. Dibeli karena orang menyukainya,” kata Astawa. Karena itu, pihak swasta yang bisa memperluas akses pasar dan rebranding produk, diajak, dimintakan bantuan.
Untuk tahap awal, produk atau komoditas fesyen yang akan diperkuat brandingnya. Di antaranya menyangkut teknis produksi, packaging dan proses hilir runtutannya. “Upaya ini akan dilakukan dalam bentuk kelompok atau koperasi UMKM, sehingga memudahkan memberi pelatihan rebranding tersebut,”paparnya.
Setelah fesyen, baru nanti produk lain seperti kerajinan, perikanan dan perkebunan diupayakan hal serupa. “Semuanya bertujuan agar perdagangan luar negeri kita meningkat,” tegasnya.
Sementara dari BPS, ekspor Bali pada Oktober mencapai 53,9 juta dollar AS, mengalami peningkatan 13,44 persen dari September lalu. Peningkatan ekspor tersebut, dominan karena lonjakan ekspor ke China sebesar 92 persen lebih. Nilainya 3,3 juta dollar AS. Meski demikian, lonjakan ekspor ke China ini belum mampu melampui pasar Amerika yang mendonasi 27 persen dari total ekspor Bali. Salah satu produk yang mengalami lonjakan ekspor adalah produk pakaian jadi bukan rajutan. *k17
Komentar