Prof Suryani Gandeng Cinta Laura
Suryani Institute for Mental Health pimpinan Prof Dr dr Luh Ketut Suryani SpKJ menggandeng artis ibukota, Cinta Laura Kiehl, 23, dalam kampanyekan Bali Bebas Pasung.
Kampanyekan Bali Bebas Pasung, Terjun ke Desa Datah
AMLAPURA, NusaBali
Cinta Laura pun dilibatkan dalam pengambilan gambar bersama penderita gangguan jiwa, I Ketut Suyasa, 42, di Banjar Lebah, Desa Datah, Kecamatan Abang, Karangasem, Minggu (24/4).
Ketut Suyasa merupakan salah satu penderita gangguan jiwa di wilayah Kabupaten Karangasem yang masih dalam pasungan (kaki dirantai) hingga saat ini. Ketut Suyasa dipasung sejak awal tahun 2016, setelah penyakit gangguan jiwanya yang sempat dinyatakan sembuh, kembali kambuh dan cenderung berperangai beringas.
Foto Cinta Laura bersama Ketut Suyasa nantinya akan dicetak dalam bentuk poster, untuk dipasang di setiap Puskesmas di Bali. Selain itu, foto tersebut juga akan diunggah melalui media sosial, serta ditayangkan di media elektronik hingga media cetak. Poster Cinta Laura bersama Suyasa tersebut diharapkan dapat mengetuk seluruh krama Bali untuk peduli membantu penderita gangguan jiwa.
Saat pengambilan gambar bersama Suyasa di Banjar Lebah, Desa Datah, Minggu kemarin, Cinta Laura didampingi Prof LK Suryani dan putranya yang pentolan Suryani Institute for Mental Health, dr Cokorda Bagus Jaya Lesmana SpKJ. Dan, dr Cok Bagus Jaya Lesmana pula yang membantu komunikasi antara Cinta Laura dengan Suyasa. Termasuk juga menginjeksi Suyasa agar penyakitnya tidak kumat.
Ibunda Cinta Laura, Herdiana, yang selama ini aktif di Rotary Club Nusa Dua, juga ikut mendampingi putrinya. Kegiatan Cinta Laura yang digandeng Prof LK Suryani sebagai ikon untuk kampanyekan Bali Bebas Pasung ini nantinya akan dilaporkan ke Menteri Sosial (Mensos), Khofifah Indar Parawansa.
Prof LK Suryani merasa bersyukur kegiatannya dibantu artis ibukota seperti Cinta Laura. Menurut Prof Suryani, dalam kampanye Bali Bebas Pasung ini, Cinta Laura dijadikan ikon agar masyarakat Bali lebih tergugah membantu penderita gangguan jiwa.
“Kampanye bertujuan melepaskan penderita dari hukuman pasung. Penyakit gangguan jiwa bisa disembuhkan, tergantung peran serta keluarganya,” ujar Guru Besar Psikiatri Fakultas Kedokteran Unud ini kepada NusaBali.
Prof Suryani mencontohkan Ketut Suyasa, yang menderita gangguan jiwa sejak tahun 2004 dan sempat lima kali bolak-balik masuk peratawan RSJ Pemprov Bali di Bangli. Terakhir, Suyasa pulang dari RSJ Bangli tahun 2006. Sedangkan Prof Suryani menangani Suyasa periode 2009-2013.
Saat itu, Suyasa telah sembuh dari gangguan jiwa dan bisa membantu orangtuanya kerja. Ternyata, akhir tahun 2015, penyakit gangguan jiwanya kumat, hingga anak dari pasangan I Nyoman Seken, 65, dan Ni Ketut Seken, 60, ini kembali dipasung sejak awal 2016. “Makanya, kami datang, mengajak artis ibukota Cinta Laura sambil menangani korban gangguan jiwa,” jelas Prof Suryani.
Ditambahkannya, kedua orangtua Suyasa di desa Datah sangat berharap putranya mendapat penanganan langsung dari Prof Suryani. “Kami hanya membantu bagi yang minta bantuan,” beber Prof Suryani.
Prof Suryani yakin dengan keterlibatan Cinta Laura, masyarakat Bali akan lebih tergugah membantu menyembuhkan penderita gangguan jiwa. Apalagi, Cinta Laura memiliki kepekaan sosial sebagai lulusan Psikologi dan Sastra Jerman Universitas Columbia, New York, Amerika Serikat dengan predikat Cum Laude tahun 2014.
Sementara itu, Cinta Laura sama sekali tidak terlihat takut, apalagi jijik, dengan penderita gangguan jiwa Ketut Suyasa, saat pengambilan gambar di Banjar Lebah, Desa Datah, Minggu kemarin. Setibanya di lokasi, artis cantik berdarah Jerman ini langsung dipertemukan dengan Suyasa.
Cinta Laura pun mendekati Suyasa, bahkan sempat memeluk penderita gangguan jiwa berusia 42 tahun tersebut. Aksi artis ibukota ini sempat membuat warga setempat cemas. Pasalnya, Suyasa selama ini sering berperangai buruk yakni memukul orang yang tak dikenalnya.
Namun, segalanya berjalan lancar. Sesi pemotretan untuk poster kampanye Bali Bebas Pasung yang menampilkan foto Cinta Laura, Prof LK Suryani, dan Ketut Suyasa pun berakhir mulus. Seusai pemotretan, Cinta Laura mengaku dirinya tidak hanya peduli kepada penderita gangguan kejiwaan, tapi juga peduli terhadap korban HIV/AIDS.
Menurut Cinta Laura, jiwa sosilanya itu telah ditanamkan oleh ibundnya, Herdiana, sejak usia 10 tahun. “Saya tidak pernah merasa jijik, karena penderita itu juga manusia, sama seperti kita, hanya nasibnya yang beda,” jelas Cinta Laura yang telah membintangi film Oh Baby (2008), Seleb Kota Jogja (2010), After the Dark (2013), dan 3 Pilihan Hidup (2016).
Sedangkan ibunda Cinta Laura, Herdiana, juga mengakui telah mendidik putri tunggalnya agar memiliki jiwa sosial sejak umur 10 tahun. Sebab, jika dibiarkan tanpa ditanamkan sikap sosial sejak usia anak-anak, maka akan susah mengarahkan saat menginjak remaja. “Makanya, Cinta Laura senang diajak membantu orang miskin, apalagi menderita gangguan jiwa. Uang yang disumbangkan dari Cinta Laura sendiri, sementara saya hanya mengarahkan saja,” beber Herdiana. 7 k16
1
Komentar