Tinggalkan 6 Anak, Dua di Antaranya Jadi Perwira Polisi dan TNI
Mantan pejuang Kemerdekaan RI, Mayor Inf (Purn) I Made Keredek, 88, tutup usia akibat digerogoti kanker prostat.
Pak Kucing, Tokoh Pejuang Tabanan Berpulang
TABANAN, NusaBali
Anggota Resimen Soenda Ketjil pimpinan Letkol I Gusti Ngurah Rai yang dikenal dengan sebutan Pak Kucing ini berpulang dalam perawatan di BRSUD Tabanan, Sabtu (23/4). Jenazah almarhum akan diaben pada Redite Umanis Menail, Minggu (1/5) mendatang. Almarhum meninggalkan enam orang anak. Dua anak lelakinya bergabung sebagai anggota Polri dan TNI berpangkat Komisaris Polisi (Kompol) dan Kolonel.
Anak almarhum Pak Kucing, Kolonel Kavaleri Ketut Adi Suastra Putra menuturkan, ayahnya divonis terjangkit kanker prostat stadium akhir. Almarhum sudah sering bolak balik ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan. Namun pada Sabtu (23/4) sekitar pukul 18.45 Wita, veteran pejuang yang dikaruniai 8 anak ini – dua di antaranya telah almarhum karena penyakit kanker – berpulang buat selama-lamanya. “Kondisi beliau melemah karena usianya sudah lanjut,” ungkap Kolonel Adi Suastra saat ditemui di rumah duka, Banjar Dukuh, Desa Dauh Peken, Kecamatan/Kabupaten Tabanan, Senin (25/4).
Bungsu dari 8 bersaudara ini menuturkan, Pak Kucing ikut terlibat dalam perang mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia. Anggota Pangdam XVII/Cendrawasih, Irian Jaya ini menambahkan, almarhum merupakan sosok ayah yang tegas mendidik anak-anaknya. “Beliau pernah mengatakan kalau mau jadi orang harus berusaha maksimal. Bahkan saat masih SMA pernah saya meminta uang, justru disuruh panjat pohon kelapa terlebih dahulu,” ungkapnya.
Kolonel Adi Suastra Putra mengaku bangga memiliki ayah yang disiplin dan suka memotivasi anak-anaknya. Bahkan ia mengaku termotivasi untuk menjadi anggota TNI. Pun kakaknya kelimanya, I Putu Indra Jaya jadi anggota polisi, kini bertugas di Polda Bali dengan pangkat Kompol. Sementara empat saudaranya yang masih hidup bekerja sebagai PNS dan ibu rumah tangga. “Motivasi yang paling kami ingat, tidak gampang meraih sesuatu, harus bekerja keras,” kenangnya.
Sementara itu Ketua Persatuan Purnawirawan ABRI (Pepabri) Cabang Tabanan, Letkol (Purn) Dewa Nyoman Sukewana mengatakan, Pak Kucing saat perjuangan sangat dekat dengan almarhum I Dewa Made Sregeg (ayahanda dari Dewa Nyoman Sukewana). “Almarhum sangat aktif dalam setiap pertemuan untuk menyusun strategi mengusir Belanda. Kala itu, rumah saya di Samsam (Desa Samsam, Kecamatan Kerambitan, Tabanan) dijadikan markas,” tuturnya.
Dikatakan, Keredek sempat menuturkan kisah perjuangannya saat menghadiri acara syukuran HUT TNI yang digelar Kodam IX/Udayana di Monumen Markas Besar Oemoem (MBO) Munduk Malang, Banjar Munduk Malang, Desa Dalang, Kecamatan Selemadeg Timur, Tabanan tahun 2013 lalu. Saat itu, almarhum menceritakan kisah perjuangannya kepada Jenderal TNI Budiman yang saat itu menjabat Kepala Staf TNI Angkatan Darat.
Pak Kucing mengaku berjuang sejak usia muda. Dia tergabung dalam Resimen Soenda Ketjil pimpinan Letkol I Gusti Ngurah Rai. Namun, dalam pertempuran di Banjar Kelaci, Desa Marga Dauh Puri, Kecamatan Marga, Tabanan pada tanggal 20 November 1946, pasukan Ciung Wanara pimpinan I Gusti Ngurah Rai berguguran. Tempat peperangan di kebun jagung Banjar Kelaci kemudian dinamai Margarana. Marga adalah nama tempat sedangkan rana berarti peperangan. Meski Letkol I Gusti Ngurah Rai dan pasukan Ciung Wanara berguguran, pejuang lainnya tak patah arang. Salah satunya Pasukan Kucing Hitam yang dikomandani Kapten Wisnu masih angkat senjata. Di pasukan Kucing Hitam inilah, Keredek bergabung dan kemudian mendapat nama pak Kucing. Almarhum I Made Keredek lahir pada 1 April 1928 terakhir berpangkat Mayor. Keredek sempat mengenyam SR setara SD selama 5 tahun dan SMP selama 2 tahun. 7 cr61
1
Komentar