nusabali

'Langoning Idep' Penggak Men Mersi Tutup Nawanatya

  • www.nusabali.com-langoning-idep-penggak-men-mersi-tutup-nawanatya

Sebuah pertunjukan kontemporer yakni konsep garapan seni musik dan tari bertajuk ‘Langoning Idep’ bakal menutup gelaran Bali Mandara Nawanatya III, di Taman Budaya Bali, Denpasar, Sabtu (8/12) malam ini.

DENPASAR, NusaBali
Kelian Penggak Kadek Wahyudita mengatakan, garapan seni yang ditampilkan ini merupakan kolaborasi dari Rumah Penggak Men Mersi Kesiman dengan Universitas Hindu Indonesia (Unhi) Denpasar. Gagasan karya ini adalah ingin mewujudkan sebuah garapan seni yang tidak hanya berfungsi untuk memahami seni dalam konteks sain dan estetika semata, melainkan juga diharapkan dapat naik ke level consciousness (kesadaran) dan wisdom (kebijaksanaan).  “Artinya, pemahaman yang ingin disampaikan oleh Penggak Men Mersi dan grup Gamelan Singapraga dalam pementasan Langoning Idep ini adalah seni tidak hanya berfungsi sebagai alat pemenuhan rasa estetis manusia semata. Akan tetapi, di tengah dunia yang sedang carut marut ini, seni juga dapat difungsikan lebih mulia daripada itu. Seni dapat dijadikan sebagai media pengaduan kepada Sang Maha Pencipta,” ungkapnya ditemui di sela-sela latihan di Penggak Men Mersi, Kesiman, Denpasar Timur, Jumat (7/12).

Kadek Wahyu yang juga pengamat seni ini berharap, segala sesuatu tentang kekaryaan seni musik Bali saat ini agar terus berkembang dan melahirkan hal-hal baru untuk diwacanakan. Dengan harapan, di masa mendatang akan tumbuh generasi seniman muda Bali yang melahirkan kekaryaan yang tiada henti untuk dipertontonkan.

Garapan Langoning Idep ini melibatkan puluhan penabuh dan seniman tari, termasuk dalang. Kali ini Penggak Men Mersi berkolaborasi dengan Fakultas Pendidikan Agama dan Seni Unhi Denpasar. Sebagai penata tabuh (komposer) I Wayan (Pacet) Sudiarsa, Konseptor Kadek Wahyudita, Dalang I Gede Anom Ranuara, dan Pimpinan Produksi Dwi Puri Sukmawati. Garapan akan tampil dalam durasi 45 menit.

Penata musik I Wayan Pacet Sudiarsa menjelaskan, konsep untuk  tata musik pengiring dimana lantunan nada-nada semesta  (ding dong deng dung dang) dari Gamelan Singapraga, terpadu dengan syair-syair mistis, yang selanjutnya diungkap menjadi 5 bagian (struktur) karya. “Ada lima garapan yang terstruktur  yaitu Prana Yuga, Genta Hrdaya, Budhi Satyam, Prabha Semara, dan Prabhawa Buwana. Karya kolaborasi ini dibingkai oleh alunan tabuh Gamelan Singapraga,” jelas Wayan Pacet yang juga dosen Unhi ini.

Gamelan Singapaga sendiri merupakan sebuah wujud gamelan baru yang terinspirasi dari gamelan Salunding dan gamelan Gong Luang. Dalam konteks garapan ini, gamelan Singapraga akan digarap dengan konsep musik membangun kesadaran. Lewat konsep inilah diharapkan akan terjadi pencarian pola garap yang mampu bermain di tingkat frekwensi sehingga dapat berpengaruh terhadap gelombang otak. Frekwensi yang dimaksud adalah pergerakan dari gelombang Gamma (25 hz-40hz) menuju gelombang Alpha (8hz-12hz) dan berakhir di gelombang Theta (4hz-8hz).*ind

Komentar