Perkuat Kas Adat dari Objek Air Sanih
Kini paturunan (iuran, Red) bagi krama sudah dapat ditekan. Krama hanya kena peturunan sebesar Rp 35.000 dalam setahun.
Desa Adat Yeh Sanih, Desa Bukti, Buleleng
SINGARAJA, NusaBali
Desa pakraman, bahkan banjar, di Bali kini ‘menuntut diri’ untuk makin jeli membidik peluang guna membiayai kegiatan adat dan keagamaan. Karena biaya pelbagai kegiatan adat dan keagamaan ini tenu tak kecil. Maka jadi wajar setiap desa adat/pakraman berusaha untuk menguatkan pundi-pundi kas adat.
Desa Pakraman Yeh Sanih, Desa Bukti, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, berhasil menambah kas adat dengan mengelola Objek Wisata Air Sanih, di Banjar Sanih, Desa Bukti. Objek ini telah memberi banyak manfaat bagi krama Desa Adat Yeh Sanih.
Sejak dikelola 18 tahun silam, pendapatan dari hasil pengelolaan sebagian besar untuk biaya aci (biaya pelaksanaan yadnya) di setiap Pura di wawidangan (wilayah) Desa Adat Yeh Sanih. Sedangkan dari sisi tenaga kerja, banyak juga krama yang dipekerjakan.
Objek Wisata Air Sanih, dulunya dikelola oleh perorangan, yang kemudian diambil alih oleh Pemkab Buleleng. Luas areal diperkirakan 64 are. Dari luas itu, dulunya terdapat dua kolam yakni kolam untuk anak-anak dan kolam untuk orang dewasa. Setelah dikelola pihak adat, pembenahan terus dilakukan, termasuk perluasan kolam dengan mengubah kolam anak-anak menjadi kolam arus yang melingkar.
Bendesa Desa Pakraman Yeh Sanih Jero Made Sukresna mengungkapkan, ketika Objek Wisata Air Sanih dikelola oleh perorangan, warga Sanih merasa seperti bukan warga Sanih. Karena untuk mandi saja harus bayar, apalagi bisa bekerja. “Lokasinya ada di wawidangan kami. Tetapi kami merasa terasing. Dulu untuk mandi saja, harus bayar. Padahal kami ini warga asli,” ungkapnya.
Merasa terabaikan, krama kemudian memohon hak pengelolaan kepada Pemkab Buleleng. Jero Sukresna mengatakan, dasar hak pengelolaan tersebut agar objek yang berada di wawidangannya dapat memberi manfaat bagi karma adat. Pada tahun 2000, pengelolaan akhirnya diberikan kepada Desa Adat Sanih, dengan sistem kontrak. Pihak Desa Adat Yeh Sanih membayar sewa kontrak kepada Pemkab Buleleng sebesar Rp 15 juta per tahun. “Kontraknya 10 tahun, dan dapat diperpanjang lagi. Dalam setahun kontraknya Rp 15 juta,” terangnya.
Jero Sukresna menerangkan, salah satunya untuk membiayai kegiatan upacara dan upakara di sejumlah pura, mulai dari Pura Kahyangan Tiga, kemudian Pura Luhur, Panirtaan dan Pura Taman. Ketiga pura tersebut ada kaitannya dengan keberadaan kolam permandian Air Sanih. “Kalau setahun biaya aci (upacara) dari sekian banyak pura yang ada, sampai ratusan juta. Nah, sekarang dengan adanya pemasukan dari pengelolaan kolam (Objek Air Sanih, Red), biaya itu sudah bisa diambilkan dari pendapatan pengelolaan,” jelasnya.
Kini paturunan (iuran, Red) bagi krama sudah dapat ditekan. Krama hanya kena peturunan sebesar Rp 35.000 dalam setahun. Selain membiayai Aci, pendapatan dari objek Air Sanih juga untuk kegiatan pembangunan di adat, salah satunya perbaikan Pura. “Sekarang dari sekian banyak pura yang ada, 60 persen sudah bisa diperbaiki. Ya selain mendapat dana BKK (bantuan keuangan khusus) dari Pemprov Bali, dana perbaikan juga diambilkan dari hasil pengelolaan kolam,” kata Jero Sukresna.
Pengelola Pusat Permandian Air Sanih Ketut Sumanasa mengatakan, pendapatan dari pengelolaan objek dalam setahun rata-rata seratusan juta, dengan karcis masuk ditetapkan anak-anak Rp 5.000 per orang, dan dewasa Rp 10.000 per orang. Pendapatan tersebut masih kotor, karena harus dikurangi biaya perawatan kolam dan biaya karyawan. “Biaya perawatan bisa sampai puluhan juta. Karena sekarang ini biayanya bertambah dengan kolam arus. Kolam arus itu kalau tidak diobati, cepet lumutan,” katanya.
Dijelaskan, jika hari biasa, jumlah kunjungan bisa mencapai 100 orang perhari. Jumlah itu akan memblundak ketika musim liburan dan hari raya. “Kalau hari raya bisa sampai 3.000 orang. Kunjungan sangat padat, kolam sampai penuh. Apalagi kalau hari Raya Idul Fitri, sangat penuh sesak, kerena pengunjung datang pagi bisanya pulangnya baru sore hari,” terangnya.
Menurut Sumanasa, keberadaan objek Air Sanih selain dapat mempekerjakan warga Sanih sebagai karyawan, ada juga warga yang menyewa tempat jualan. Pengelola menyediakan beberapa kios di sekitar kolam yang disewahkan kepada warga yang ingin berjualan. Biaya sewa antara Rp 1.000 - Rp 1.500 per hari, yang dibayarkan setahun sekali. “Pedagang membayar sewa itu setahun berikutnya, jadi kami memberikan kesempatan dulu mereka berjualan, setelah berjalan setahun baru mereka membayar sewa,” katanya.
Selain menyewakan tempat, keberadaan kolam juga memberi manfaat kepada anak-anak, untuk menyewaan ban sebagai pelampung. Jadi keberadaan Objek Wisata Air Sanih kini telah memberi banyak manfaat bagi krama setempat. *k19
Komentar