nusabali

Sekolah Nyambi Jual Jahitan Upakara

  • www.nusabali.com-sekolah-nyambi-jual-jahitan-upakara

Keseharian Siswa asal Buruan, Gianyar, Ni Wayan Suci Rahayu

GIANYAR, NusaBali
Siswa SMAN 1 Blahbatuh, Gianyar, Ni Wayan Suci Rahayu,17, asal Banjar Bangunliman, Desa Buruan, Kecematan Blahbatuh, Gianyar, menjalani keseharian agak beda dengan anak seusianya. Sejak usia tiga tahun, ia sudah kehilangan kasih sayang ibu. Ibunya bercerai dengan ayahnya, I Made Wardana, yang sakit-sakitan.

Terlebih kondisi rumahnya tak layak huni dan perekonomian pas-pasan. Meski demikian, Suci tumbuh layaknya remaja lain. Ia menuntaskan pendidikan di SDN 3 Buruan, SMP Blahbatuh dan kini duduk di kelas XI IPA 4 SMAN 1 Blahbatuh. Statusnya sebagai anak yatim kurang mampu, membuatnya mendapatkan beasiswa. Meski demikian, ia tetap hidup serba kekurangan. Terlebih harus hidup bersama ayah dan kakeknya, Jro Mangku Tegal Wangi yang juga sakit lumpuh. Sementara neneknya yang sudah lansia, tak mungkin diharapkan untuk mencari nafkah. Jadilah, Suci berusaha mendapatkan penghasilan tambahan untuk menyambung hidup. Terutama untuk keperluan mengerjakan tugas-tugas sekolahnya. Suci sekolah nyambi jualan jahitan bahan upakara dari busung putih. Jadi, setiap pulang sekolah ia langsung mejejahitan seperti sampian peras, sampian sayut, dan sejenisnya. Hasilnya, ia bawa ke toko langganannya di Pasar Blahbatuh. Per hari, rata-rata Suci hanya memperoleh penghasilan sekitar Rp 30.000.

Kisah harunya ini, diceritakan ketika ia ditemui di rumahnya Jumat (7/12). Sembari menahan tangis, Suci berharap bisa kuliah, kerja, dan berpenghasilan. "Biar bisa bantu keluarga. Kalau sekarang masih sulit, saya tidak mau putus sekolah. Harus lulus dulu, baru cari kerja," ujarnya. Selama hidupnya, Suci rela tidur dalam kamar yang lembab. Sebab, bangunan lama yang diwariskan oleh tetuanya dulu hingga kini belum bisa diperbaiki. Genteng bocor sana sini, menyebabkan setiap musim hujan air masuk dalam kamar. "Kalau hujan pasti bocor. Makanya di kamar selalu ada beberapa baskom untuk menampung air hujan," jelasnya. Di bangunan bocor tersebut, sejatinya ada 6 kamar. Namun hanya 2 kamar yang bisa ditiduri, itupun bocor. "Yang 4 kamar sama sekali tidak bisa diakai, karena atapnya sudah rusak," jelasnya. Beruntung, saat ini Suci mendapat perhatian dari sejumlah donatur. Sehingga bale dauhnya mulai direhab. "Sudah dari 5 hari lalu genteng diturunkan. Katanya akan diperbaiki bagian atap," ujarnya penuh syukur.*nvi

Komentar