Gede Pasek Suardika Sesalkan jika Tol Bali Mandara Diganti Namanya
“Jujur, karena beliaulah Tol Bali Mandara itu ada. Diganti namanya nanti lama-kelamaan orang-orang akan lupa Bali Mandara itu ada,” tutur Suardika.
MANGUPURA, NusaBali
Gede Pasek Suardika, S.H., M.H., yang kini menjabat sebagai Angota DPD RI periode 2014-2019, mengaku tidak terima jika Tol Bali Mandara diganti namanya. Hal itu disampaikannya langsung saat mengisi materi dalam Simakrama 2018 yang digelar oleh Universitas Dhyana Pura, Sabtu (08/12).
Kepada para peserta, Suardika menyayangkan sikap pemimpin yang dengan mudahnya ingin menghapus sejarah yang telah dibangun pemimpin yang terdahulu, yakni pasca kepemimpinan Made Mangku Pastika.
“Harapannya adalah, kita semua adalah para pembuat sejarah, bukan orang yang mengingkari sejarah. Saya buat kalimat ini ketika saya lihat Pak Mangku Pastika di sebelah saya. Saya sering mengkritik beliau, tapi saya bela beliau ketika nama-nama karya kepemimpinan beliau dihilangkan. Itu saya protes,” tandas Suardika.
“Tidak baik jadi pemimpin seperti itu. Biarkan, semua orang ada masanya dan setiap masa ada orangnya. Di situ, generasi muda kita akan tahu sejarah kepemimpinan dari masa ke masa. Jujur, karena beliaulah Tol Bali Mandara itu ada. Diganti namanya nanti lama-kelamaan orang-orang akan lupa Bali Mandara itu ada. Kalau saya sebagai orang yang suka tentang sejarah, maka kejahatan tertinggi adalah kejahatan yang mengaburkan sejarah,” sambungnya.
Menurut Suardika, story (red: cerita) dan history (red: sejarah) itu penting. Katanya, kita masih bisa membaca buku Bung Karno, walau orangnya sudah meninggal, tetapi masih bisa kita baca pemikirannya. Kita masih bisa mendengar pidato beliau di mana-mana. Begitu juga dengan tulisan-tulisan Mahatma Gandhi, Nelson Mandela, dan banyak tokoh hebat lainnya.
“History itu ciri khasnya adalah, kita boleh mati tetapi tetap dirasakan hidup. Apa yang menyebabkan orang itu masih dirasa hidup? Pikirannya, karyanya, dan segala hal yang pernah dia lakukan ketika hidup di dunia. Oleh karena itu, jika adik-adik ingin hidup sepanjang masa, perbanyaklah membuat sejarah. Sehingga, banyak cerita yang akan diceritakan orang tentang diri kita.”
Pada akhir sesinya, Suardika tetap mengimbau pada para peserta yang notabene masih duduk di bangku kuliah tersebut, agar selalu menghargai sejarah dan jasa pemimpin mereka. Karena, sejarah juga merupakan perpanjangan tangan agar kelak anak cucu di masa mendatang tidak lupa dengan peradabannya.
“Kalau toh itu namanya diganti, tolong di hati anda jangan diganti. Bahwa, Pak Mantra pernah berkarya, ini karyanya. Pak Ida Bagus Oka pernah berkarya, ini karyanya. Pak Dewa Made Brata pernah berkarya, ini karyanya. Pak Mangku Pastika pernah berkarya, ini karyanya. Siapa pun pemimpinnya pernah berkarya dan itu harus dilihat oleh anak cucu kita. Jadi, ingatlah story dan history. Di situ kita akan melihat karakter seseorang menjiwai story dan history,” tutup Suardika dengan nada tenang. *ph
Komentar