Pengobatan Alternatif Jadi Daya Tarik Masyarakat
Pengobatan alternatif atau non medis menjadi daya tarik masyarakat yang berkunjung pada hari ke-2 Festival Pasraman Indonesia 2018 yang digelar di Desa Budaya Kertalangu, Kesiman Kertalangu, Denpasar Timur, Minggu (9/12).
Dari Festival Pasraman Indonesia 2018
DENPASAR, NusaBali
Masyarakat yang datang, kemarin, lebih banyak melakukan pengobatan untuk membebaskan dirinya dari serangan penyakit non medis.
Wakil Ketua Yayasan Segara Giri, Nyoman Ariadi, selaku pelaksana pengobatan alternatif mengaku banyak masyarakat yang datang melakukan pengobatan alternatif untuk ketenangan jiwa mereka. “Tapi ada juga warga yang memiliki penyakit stroke,” ujarnya. Dalam pengobatan ini, menurut Ariadi, tidak menggunakan sistem pijat ataupun metode yang bersentuhan langsung dengan tubuh pasien. Melainkan dengan menggunakan sistem prama (spiritual) yang diwahyukan dari Tuhan. "Ini (pengobatan alternatif) kami lakukan secara gratis dalam festival ini. Mereka yang datang ada yang sakit non medis bahkan ada yang stroke. Tadi yang datang awalnya nggak bisa bergerak, setelah dilakukan pengobatan menggunakan prana, 60 persennya sudah bisa berjalan lagi. Kami tidak menggunakan metode sentuhan namun metode prana, namanya," jelas Wayan Ariadi.
Selain pengobatan alternatif, kegiatan hari terakhir dalam Festival Pasraman Indonesia 2018 yang diikuti 108 ashram dari berbagai daerah ini, juga ada pengobatan medis, yoga, meditasi massal, donor darah, dan pameran. Seluruh kegiatan tersebut diberikan secara gratis untuk masyarakat umum.
Sementara itu, Presiden World Hindu Parisad, I Made Mangku Pastika yang menyempatkan hadir dalam festival mengungkapkan, adanya Perkumpulan Pasraman Indonesia (PPI) ini merupakan suatu langkah besar untuk menyiapkan SDM Hindu yang paham Hindu dan mempraktikkan Hindu dengan benar. "Pasraman ini juga sebagai wadah untuk pendidikan karakter bagi generasi muda. Tanpa karakter tangguh kita akan kalah dalam persaingan nasional maupun global, yang bisa mempengaruhi eksistensi kita kalau anak-anak tidak dibekali karakter," katanya.
Menurut mantan Gubernur Bali ini, PPI harus hidup dan lebih besar lagi dari substansi untuk menghadapi generasi milenial. "Dan konsep kita harus berubah agar tidak dianggap melakukan perpecahan karena perbedaan pandangan dengan generasi milenial dan generasi Z selanjutnya. Generasi milenial harus diselamatkan dan ujung tombaknya melalui pasraman dan diharapkan mampu memberikan pedoman pemahaman pasraman yang nantinya harus disepakati bersama," ungkapnya.
Sementara Ketua Panitia Festival, I Wayan Sudiarta mengatakan, dengan adanya dukungan berbagai pihak, festival ini akan terus berlanjut setiap tahunnya untuk semakin mempererat persatuan pasraman Hindu di Indonesia. “Dengan bersatunya pasraman-pasraman ini kami berharap kedepannya masing-masing ashram dapat menerapkan konsep yang sama yakni membentuk karakter bangsa yang baik,” ujarnya. *mi
DENPASAR, NusaBali
Masyarakat yang datang, kemarin, lebih banyak melakukan pengobatan untuk membebaskan dirinya dari serangan penyakit non medis.
Wakil Ketua Yayasan Segara Giri, Nyoman Ariadi, selaku pelaksana pengobatan alternatif mengaku banyak masyarakat yang datang melakukan pengobatan alternatif untuk ketenangan jiwa mereka. “Tapi ada juga warga yang memiliki penyakit stroke,” ujarnya. Dalam pengobatan ini, menurut Ariadi, tidak menggunakan sistem pijat ataupun metode yang bersentuhan langsung dengan tubuh pasien. Melainkan dengan menggunakan sistem prama (spiritual) yang diwahyukan dari Tuhan. "Ini (pengobatan alternatif) kami lakukan secara gratis dalam festival ini. Mereka yang datang ada yang sakit non medis bahkan ada yang stroke. Tadi yang datang awalnya nggak bisa bergerak, setelah dilakukan pengobatan menggunakan prana, 60 persennya sudah bisa berjalan lagi. Kami tidak menggunakan metode sentuhan namun metode prana, namanya," jelas Wayan Ariadi.
Selain pengobatan alternatif, kegiatan hari terakhir dalam Festival Pasraman Indonesia 2018 yang diikuti 108 ashram dari berbagai daerah ini, juga ada pengobatan medis, yoga, meditasi massal, donor darah, dan pameran. Seluruh kegiatan tersebut diberikan secara gratis untuk masyarakat umum.
Sementara itu, Presiden World Hindu Parisad, I Made Mangku Pastika yang menyempatkan hadir dalam festival mengungkapkan, adanya Perkumpulan Pasraman Indonesia (PPI) ini merupakan suatu langkah besar untuk menyiapkan SDM Hindu yang paham Hindu dan mempraktikkan Hindu dengan benar. "Pasraman ini juga sebagai wadah untuk pendidikan karakter bagi generasi muda. Tanpa karakter tangguh kita akan kalah dalam persaingan nasional maupun global, yang bisa mempengaruhi eksistensi kita kalau anak-anak tidak dibekali karakter," katanya.
Menurut mantan Gubernur Bali ini, PPI harus hidup dan lebih besar lagi dari substansi untuk menghadapi generasi milenial. "Dan konsep kita harus berubah agar tidak dianggap melakukan perpecahan karena perbedaan pandangan dengan generasi milenial dan generasi Z selanjutnya. Generasi milenial harus diselamatkan dan ujung tombaknya melalui pasraman dan diharapkan mampu memberikan pedoman pemahaman pasraman yang nantinya harus disepakati bersama," ungkapnya.
Sementara Ketua Panitia Festival, I Wayan Sudiarta mengatakan, dengan adanya dukungan berbagai pihak, festival ini akan terus berlanjut setiap tahunnya untuk semakin mempererat persatuan pasraman Hindu di Indonesia. “Dengan bersatunya pasraman-pasraman ini kami berharap kedepannya masing-masing ashram dapat menerapkan konsep yang sama yakni membentuk karakter bangsa yang baik,” ujarnya. *mi
1
Komentar