Dosman Rancang Seragam Busana Adat ke Sekolah
Setiap hari Kamis, pegawai, pelajar hingga karyawan sudah patuh menggunakan busana adat Bali sesuai Pergub Nomor 79 Tahun 2018.
GIANYAR, NusaBali
Terkait itu, SMAN 1 Gianyar alias Dosman akan merancang penyeragaman busana adat ke sekolah.
Hal itu dilontarkan Kepala SMAN 1 Gianyar I Wayan Sudra Astra SPd MPd, didamping Wakasek Bidang Kurikulum AA Gede Suryana, beberapa waktu lalu.
Sudra mengaku beberapa orangtua siswa memberikan masukan agar busana adat siswa diseragamkan. Masukan muncul dalam kesempatan rapat komite. Namun usulan itu belum final. “Belum ada kesepakatan di antara orangtua/ wali siswa. Baru sebatas usulan, agar busana adat siswa seragam,” jelasnya. Jika hal itu terjadi, pihaknya juga rencananya menyeragamkan busana adat kalangan guru dan pegawai. Kecuali, untuk tiga petugas kebersihan sekolah. Dimaklumi menggunakan kamen dan baju kaos. “Sebab aktivitas mereka kebanyakan berkeringat,” imbuhnya.
Menurut Sudra Astra, Pergub Bali tentang busana adat merupakan bagian dari pengembangan karakter anak didik. Apalagi sejak dulu setiap Purnama, Tilem dan hari suci Hindu lainnya, siswa sudah menggunakan pakaian adat. “Saat pengumuman kelulusan siswa, siswa kami suruh berpakaian adat, kemudian diajak sembahyang dipadmasana baru kemudian pengumuman kelulusan siswa. Tradisi dulu menggunakan pakaian adat dan sekarang dikuatkan dengan Pergub Bali sehingga bagus sekali,” jelasnya.
Untuk penggunaan busana adat di SMAN 1 Gianyar, menurut Kasek Sudra Astra ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dan tidak sembaraangan. Di antaranya kamen perempuan tidak boleh terlalu pendek, namun sebatas mata kaki. Sementara baju tangan panjang, warna tak boleh norak, kuning atau putih setiap purnama, tilem. Kerah baju tidak boleh terbuka lebar atau longgar. Untuk siswa laki-laki, penggunaan pakaian adat juga tidak boleh norak. Pakai saput dan udeng yang rapi. Tidak boleh menggunakan asesoris berlebihan. “Untuk pakaian adat siswa perempuan dan laki-laki tidak boleh menggunakan baju kaos,” jelas Sudra Astra. Mengenai penggunaan bahasa Bali, pihaknya mengaku belum bisa maksimal diterapkan. “Contoh mengajar Bahasa Indonesia kan tidak mungkin menggunakan Bahasa Bali. Itu tidak logis,” ujarnya. *nvi
Terkait itu, SMAN 1 Gianyar alias Dosman akan merancang penyeragaman busana adat ke sekolah.
Hal itu dilontarkan Kepala SMAN 1 Gianyar I Wayan Sudra Astra SPd MPd, didamping Wakasek Bidang Kurikulum AA Gede Suryana, beberapa waktu lalu.
Sudra mengaku beberapa orangtua siswa memberikan masukan agar busana adat siswa diseragamkan. Masukan muncul dalam kesempatan rapat komite. Namun usulan itu belum final. “Belum ada kesepakatan di antara orangtua/ wali siswa. Baru sebatas usulan, agar busana adat siswa seragam,” jelasnya. Jika hal itu terjadi, pihaknya juga rencananya menyeragamkan busana adat kalangan guru dan pegawai. Kecuali, untuk tiga petugas kebersihan sekolah. Dimaklumi menggunakan kamen dan baju kaos. “Sebab aktivitas mereka kebanyakan berkeringat,” imbuhnya.
Menurut Sudra Astra, Pergub Bali tentang busana adat merupakan bagian dari pengembangan karakter anak didik. Apalagi sejak dulu setiap Purnama, Tilem dan hari suci Hindu lainnya, siswa sudah menggunakan pakaian adat. “Saat pengumuman kelulusan siswa, siswa kami suruh berpakaian adat, kemudian diajak sembahyang dipadmasana baru kemudian pengumuman kelulusan siswa. Tradisi dulu menggunakan pakaian adat dan sekarang dikuatkan dengan Pergub Bali sehingga bagus sekali,” jelasnya.
Untuk penggunaan busana adat di SMAN 1 Gianyar, menurut Kasek Sudra Astra ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dan tidak sembaraangan. Di antaranya kamen perempuan tidak boleh terlalu pendek, namun sebatas mata kaki. Sementara baju tangan panjang, warna tak boleh norak, kuning atau putih setiap purnama, tilem. Kerah baju tidak boleh terbuka lebar atau longgar. Untuk siswa laki-laki, penggunaan pakaian adat juga tidak boleh norak. Pakai saput dan udeng yang rapi. Tidak boleh menggunakan asesoris berlebihan. “Untuk pakaian adat siswa perempuan dan laki-laki tidak boleh menggunakan baju kaos,” jelas Sudra Astra. Mengenai penggunaan bahasa Bali, pihaknya mengaku belum bisa maksimal diterapkan. “Contoh mengajar Bahasa Indonesia kan tidak mungkin menggunakan Bahasa Bali. Itu tidak logis,” ujarnya. *nvi
1
Komentar