nusabali

Sepasang Lansia Tinggal di Daerah Rawan Bencana

  • www.nusabali.com-sepasang-lansia-tinggal-di-daerah-rawan-bencana

Sepasang lansia I Ketut Rauh, 78, dan Ni Nyoman Ganing, 75, tinggal di daerah rawan bencana, Pantai Banjar Biaslantang Kaler, Desa Purwa Kerthi, Kecamatan Abang, Karangasem.

AMLAPURA, NusaBali
Padahal selama ini Pantai Biaslantang Kaler hingga Pantai Banjar Amed, Desa Purwa Kerthi, sering terjadi air laut pasang hingga air naik setinggi 1 meter memasuki halaman rumah dan penginapan, disertai terjadinya kerusakan. Meski tahu berisiko, sepasang lansia ini tetap tinggal berdua di sebuah gubuk, tanpa tetangga.

Menurut penuturan Nyoman gading, mereka dikaruniai 4 anak, 4 cucu, dan seorang cicit. Seluruh anaknya telah menikah dan tinggal di Denpasar, sementara pekarangan rumahnya di Banjar Biaslantang Kaler, penuh ditempati kerabatnya. Sehingga sepasang lansia itu mengalah, memilih tinggal di Pantai Biaslantang Kaler, di sebuah gubuk milik orang lain yang tidak diketahui namanya. Hanya Nyoman Ganing yang masih bisa beraktivitas mencari kayu bakar serta jadi buruh potong ambung (pakan ternak babi) dengan upah sehari Rp 20.000. Sedangkan sang kakek tinggal di gubuk karena tidak lagi kuat berjalan.

Jika terjadi air pasang, menenggelamkan gubuk dan halaman rumah di sekitarnya, sepasang lansia itu memilih mengungsi sementara di rumah kerabatnya. Setelah air reda, kembali menata gubuknya itu. “Sampun biasa tiang ngungsi, yening wenten blabar deriki (Kami sudah biasa mengungsi jika ada banjir di sini),” ucap Nyoman Ganing, Rabu (12/12). Tanda-tanda air laut pasang telah diketahui, datangnya dari pantai timur. Sehingga menyempatkan diri berkemas-kemas untuk ngungsi. “Titiang nenten maduwe napi (Saya tidak punya apa-apa),” lanjutnya.

Selama ini untuk melangsungkan hidupnya mengandalkan kebutuhan pokok dari sumbangan. Jika tidak dapat sumbangan, berupaya jadi buruh. Kekayaan sepasang lansia itu hanyalah seekor ayam jago dan seekor ayam betina. Air untuk kebutuhan sehari-hari tidak punya, tanpa aliran listrik, tanpa kamar mandi. Tempat tidur dan dapur jadi satu. Lampu penerang di tengah gubuk menggunakan lampu sentir berbahan bakar minyak tanah.

Perbekel Desa Nawa Kerthi, I Nengah Karyawan, mengakui sepasang lansia itu dari keluarga kurang mampu. “Dari provinsi sempat hendak memberikan bantuan bedah rumah, hanya saja kesulitannya tidak punya lahan untuk tempat membangun rumah,” kata Nengah Karyawan. *k16

Komentar