Nenek 102 Tahun, Penerjun Tertua di Dunia
Seorang nenek buyut berusia 102 tahun diyakini sebagai penerjun payung tertua di dunia setelah terjun dari ketinggian 14.000 kaki di langit Australia Selatan.
SYDNEY, NusaBali
Irene O'Shea, warga asal Athelstone, dilansir kompas dari AFP via Straits Times Rabu (12/12) pertama kali terjun payung saat berusia 100 tahun pada 2016.
Namun pihak penyelenggara menyatakan penerjunan yang terjadi Minggu (9/12), saat dia berumur 102 tahun dan 194 hari, layak membuatnya masuk buku sejarah.
SA Skydiving menyatakan, O'Shea begitu senang karena bisa kembali berada dalam dropzone seraya menambahkan penerjunan berlangsung mulus. Video memperlihatkan O'Shea berada di Langhorne Creek Dropzone bersama instruktur Jed Smith yang sudah menemaninya dalam penerjunan 2016.
ABC News memberitakan, O'Shea tersenyum sambil mengacungkan dua jempolnya dengan terbungkus sweater dan kait terpasang aman di tubuhnya.
"Keduanya kemudian turun dengan kecepatan 220 km per jam, dan menikmati pemandangan Danau Alexandrina dan Langhorne Creek," demikian pernyataan SA Skydiving.
Teman dan keluarga O'Shea, termasuk cucu dan cicitnya, menunggu si nenek buyut mendarat dengan selamat bersama tandemnya.
O'Shea mengandaskan rekor yang dipegang Bryson William Verdun Hayes, veteran Operasi D-Day saat Perang Dunia II silam.
Associated Press melaporkan, veteran asal Inggris itu berusia 101 tahun dan 38 hari ketika melakukan terjun payung pada Mei 2017. O'Shea menuturkan dia bukanlah pecandu adrenalin.
"Sejauh yang saya ingat, saya adalah orang yang normal," ujarnya berdasarkan rilis SA Skydiving. Lebih lanjut, O'Shea melakukan terjun payung sebagai aksi untuk menggalang donasi bagi Asoasiasi Penyakit Motor Neuron (MND) Australia Selatan. Putrinya meninggal dunia akibat penyakit itu beberapa tahun silam.
"Saya melihat tahun ini sebagai peluang tepat untuk meningkatkan kesadaran akan motor neuron," tuturnya. *
Irene O'Shea, warga asal Athelstone, dilansir kompas dari AFP via Straits Times Rabu (12/12) pertama kali terjun payung saat berusia 100 tahun pada 2016.
Namun pihak penyelenggara menyatakan penerjunan yang terjadi Minggu (9/12), saat dia berumur 102 tahun dan 194 hari, layak membuatnya masuk buku sejarah.
SA Skydiving menyatakan, O'Shea begitu senang karena bisa kembali berada dalam dropzone seraya menambahkan penerjunan berlangsung mulus. Video memperlihatkan O'Shea berada di Langhorne Creek Dropzone bersama instruktur Jed Smith yang sudah menemaninya dalam penerjunan 2016.
ABC News memberitakan, O'Shea tersenyum sambil mengacungkan dua jempolnya dengan terbungkus sweater dan kait terpasang aman di tubuhnya.
"Keduanya kemudian turun dengan kecepatan 220 km per jam, dan menikmati pemandangan Danau Alexandrina dan Langhorne Creek," demikian pernyataan SA Skydiving.
Teman dan keluarga O'Shea, termasuk cucu dan cicitnya, menunggu si nenek buyut mendarat dengan selamat bersama tandemnya.
O'Shea mengandaskan rekor yang dipegang Bryson William Verdun Hayes, veteran Operasi D-Day saat Perang Dunia II silam.
Associated Press melaporkan, veteran asal Inggris itu berusia 101 tahun dan 38 hari ketika melakukan terjun payung pada Mei 2017. O'Shea menuturkan dia bukanlah pecandu adrenalin.
"Sejauh yang saya ingat, saya adalah orang yang normal," ujarnya berdasarkan rilis SA Skydiving. Lebih lanjut, O'Shea melakukan terjun payung sebagai aksi untuk menggalang donasi bagi Asoasiasi Penyakit Motor Neuron (MND) Australia Selatan. Putrinya meninggal dunia akibat penyakit itu beberapa tahun silam.
"Saya melihat tahun ini sebagai peluang tepat untuk meningkatkan kesadaran akan motor neuron," tuturnya. *
Komentar