Kantin Rusak, Pedagang Jualan di Emper Gudang Sekolah
Atap kantin SDN 1 Pendem ambruk tertimpa batang pohon mangga yang roboh sewaktu terjadi angin ngelinus, Jumat (14/12) petang.
Angin Ngelinus di Jembrana, 3 Bangunan dan Kantin Sekolah Rusak
NEGARA, NusaBali
Angin puting beliung (ngelinus) menerjang dua lingkungan, Lingkungan Pendem dan Lingkungan Pancardawa, Kelurahan Pendem, Kecamatan/Kabupaten Jembrana pada Jumat (14/12) petang. Meskipun tidak ada korban jiwa maupun luka, angin ngelinus yang terjadi saat hujan itu merusak empat bangunan di dua lingkungan tersebut.
Dari empat bangunan yang rusak tersebut, tiga di antaranya merupakan bangunan rumah warga. Ketiga bangunan warga yang rusak itu adalah bangunan terbuka yang menjadi satu dengan rumah milik I Nengah Dandra, 56, bangunan rumah milik I Ketut Tirta, 41, yang sama-sama berada di wilayah Pancardawa, dan bangunan dapur milik I Ketut Semo, 44, di Lingkungan Pendem. Sementara bangunan lainnya adalah kantin SDN 1 Pendem di Lingkungan Pancardawa.
Di antara tiga bangunan warga, kerusakan paling parah terjadi pada bangunan terbuka yang menjadi satu dengan rumah milik I Nengah Dandra. Atap bangunan terbuka yag memanjang barat – timur dengan ukuran sekitar 8 meter x 4 meter, dan di ujung baratnya berisi rumah gedek tempat tinggal Dandra, itu ambruk pada bagian sisi timurnya, karena tiang penyangga patah.
“Kejadiannya sekitar pukul 18.00 Wita. Pas itu saya kebetulan masih ngobrol di bale sisi timur bangunan ini. Tiba-tiba angin kencang, semuanya langsung berhamburan keluar dari bawah bangunan ini. Dan tiba-tiba ambruk,” kata Dandra, Sabtu kemarin.
Menurut Dandra, rumah gedek di bangunan terbuka yang ambruk itu hanya ditempati dirinya sendiri. Sedangkan istrinya tinggal di rumah dengan bangunan permanen yang berada di sebelah bangunan terbuka tempat tinggalnya tersebut, dan masih dalam satu areal pekarangan. Selain menjadi tempat ngobrol, bangunan terbuka yang berisi tempat tinggalnya, itu juga biasa dimanfaatkan sebagai dapur.
“Karena sekarang kondisinya seperti ini (bangunannya ambruk, Red), ya saya tidur di rumah keluarga anak. Sebenarnya, memang masih ada kamar di rumah keluarga. Tetapi saya iseng-isengan saja ingin buat kamar tidur di bangunan ini (yang ambruk),” ujar pria yang keseharian sebagai buruh serabutan ini.
Sementara bangunan rumah milik I Ketut Tirta, 41, dan bangunan dapur milik I Ketut Semo, 44, sama-sama mengalami kerusakan pada bagian atap. Khusus kerusakan bangunan rumah milik Tirta yang merupakan rumah gedek, selain sejumlah genteng lepas, salah satu sisi bagian dinding rumah gedeknya itu juga lepas. Namun untuk dinding rumah gedeknya yang sempat lepas itu sudah dipasang kembali, dan hanya tersisa kerusakan pada beberapa bagian atapnya.
Kemudian kerusakan kantin SDN 1 Pendem yang berupa bangunan semi permanen, diketahui ambruk pada bagian atapnya. Ambruknya atap bangunan kantin pada sisi yang terbuka itu tejadi setelah tertimpa batang pohon mangga di sebelahnya, yang roboh sewaktu terjadi angin puting beliung Jumat petang lalu.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jembrana I Ketut Eko Susila Artha Permana, yang meninjau ke lokasi terdampak angin puting beliung tersebut, Sabtu kemarin, memastikan tidak ada korban jiwa maupun luka. Sesuai pendataan jajarannya, kerusakan dengan perkiraan kerugian paling besar adalah bangunan milik Dandra, dengan perkiraan kerugian sekitar Rp 10 juta. Sedangkan untuk kerusakan atap bangunan rumah milik Tirta dan atap bangunan dapur milik Semo, masing-masing diperkirakan mengalami kerugian sekitar Rp 5 juta dan Rp 1 juta. Sedangkan untuk kerusakan atap bangunan kantin SDN 1 Pendem, diperkirakan menimbulkan kerugian sekitar Rp 3 juta.
“Bagi warga yang atap bangunan rumahnya rusak, sudah ada yang menampung. Kami juga berikan sejumlah bantuan kepada para korban, di antaranya sembako, peralatan masak, termasuk lengkap dengan terpal dan selimut,” ujarnya.
Sebenarnya, kata Eko, meski kerugian terbesar dialami Dandra sebagai pemilik bangunan terbuka yang berisi satu tempat tidur, tetapi sebenarnya yang paling terdampak adalah Tirta. Tirta yang merupakan salah satu pengurus adat, itu masuk sebagai KK miskin. Karena sejumlah genteng beterbangan dan rumah gedeknya itu juga rawan ambruk, pihaknya telah meminta Lurah Pendem untuk membuatkan permohonan bantuan terhadap kerusakan dampak angin puting beliung tersebut.
“Sementara Pak Tirta tidak berani tinggal di rumahnya. Tetapi ada tempat tinggal lain di rumah keluarga adiknya yang berada di sebelah rumahnya,” kata Eko.
Sementara Lurah Pendem Wayan Putra Mahardika, menyatakan bangunan kantin SDN 1 Pendem yang tertimpa pohon roboh merusak hampir sebagian atap bangunan tersebut. Tetapi tiang bangunannya masih berdiri kokoh. Karena sebagian atap rusak, pengelola kantin pindah berjualan di emperan bangunan gudang sekolah setempat.
“Bangunan kantin itu sudah lama. Ada sekitar lima tahunan. Rusaknya bukan karena diterbangkan angin puting beliung, tetapi tertimpa pohon mangga yang roboh di sampingnya karena angin puting beliung dan hujan petang kemarin,” ujarnya. *ode
NEGARA, NusaBali
Angin puting beliung (ngelinus) menerjang dua lingkungan, Lingkungan Pendem dan Lingkungan Pancardawa, Kelurahan Pendem, Kecamatan/Kabupaten Jembrana pada Jumat (14/12) petang. Meskipun tidak ada korban jiwa maupun luka, angin ngelinus yang terjadi saat hujan itu merusak empat bangunan di dua lingkungan tersebut.
Dari empat bangunan yang rusak tersebut, tiga di antaranya merupakan bangunan rumah warga. Ketiga bangunan warga yang rusak itu adalah bangunan terbuka yang menjadi satu dengan rumah milik I Nengah Dandra, 56, bangunan rumah milik I Ketut Tirta, 41, yang sama-sama berada di wilayah Pancardawa, dan bangunan dapur milik I Ketut Semo, 44, di Lingkungan Pendem. Sementara bangunan lainnya adalah kantin SDN 1 Pendem di Lingkungan Pancardawa.
Di antara tiga bangunan warga, kerusakan paling parah terjadi pada bangunan terbuka yang menjadi satu dengan rumah milik I Nengah Dandra. Atap bangunan terbuka yag memanjang barat – timur dengan ukuran sekitar 8 meter x 4 meter, dan di ujung baratnya berisi rumah gedek tempat tinggal Dandra, itu ambruk pada bagian sisi timurnya, karena tiang penyangga patah.
“Kejadiannya sekitar pukul 18.00 Wita. Pas itu saya kebetulan masih ngobrol di bale sisi timur bangunan ini. Tiba-tiba angin kencang, semuanya langsung berhamburan keluar dari bawah bangunan ini. Dan tiba-tiba ambruk,” kata Dandra, Sabtu kemarin.
Menurut Dandra, rumah gedek di bangunan terbuka yang ambruk itu hanya ditempati dirinya sendiri. Sedangkan istrinya tinggal di rumah dengan bangunan permanen yang berada di sebelah bangunan terbuka tempat tinggalnya tersebut, dan masih dalam satu areal pekarangan. Selain menjadi tempat ngobrol, bangunan terbuka yang berisi tempat tinggalnya, itu juga biasa dimanfaatkan sebagai dapur.
“Karena sekarang kondisinya seperti ini (bangunannya ambruk, Red), ya saya tidur di rumah keluarga anak. Sebenarnya, memang masih ada kamar di rumah keluarga. Tetapi saya iseng-isengan saja ingin buat kamar tidur di bangunan ini (yang ambruk),” ujar pria yang keseharian sebagai buruh serabutan ini.
Sementara bangunan rumah milik I Ketut Tirta, 41, dan bangunan dapur milik I Ketut Semo, 44, sama-sama mengalami kerusakan pada bagian atap. Khusus kerusakan bangunan rumah milik Tirta yang merupakan rumah gedek, selain sejumlah genteng lepas, salah satu sisi bagian dinding rumah gedeknya itu juga lepas. Namun untuk dinding rumah gedeknya yang sempat lepas itu sudah dipasang kembali, dan hanya tersisa kerusakan pada beberapa bagian atapnya.
Kemudian kerusakan kantin SDN 1 Pendem yang berupa bangunan semi permanen, diketahui ambruk pada bagian atapnya. Ambruknya atap bangunan kantin pada sisi yang terbuka itu tejadi setelah tertimpa batang pohon mangga di sebelahnya, yang roboh sewaktu terjadi angin puting beliung Jumat petang lalu.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jembrana I Ketut Eko Susila Artha Permana, yang meninjau ke lokasi terdampak angin puting beliung tersebut, Sabtu kemarin, memastikan tidak ada korban jiwa maupun luka. Sesuai pendataan jajarannya, kerusakan dengan perkiraan kerugian paling besar adalah bangunan milik Dandra, dengan perkiraan kerugian sekitar Rp 10 juta. Sedangkan untuk kerusakan atap bangunan rumah milik Tirta dan atap bangunan dapur milik Semo, masing-masing diperkirakan mengalami kerugian sekitar Rp 5 juta dan Rp 1 juta. Sedangkan untuk kerusakan atap bangunan kantin SDN 1 Pendem, diperkirakan menimbulkan kerugian sekitar Rp 3 juta.
“Bagi warga yang atap bangunan rumahnya rusak, sudah ada yang menampung. Kami juga berikan sejumlah bantuan kepada para korban, di antaranya sembako, peralatan masak, termasuk lengkap dengan terpal dan selimut,” ujarnya.
Sebenarnya, kata Eko, meski kerugian terbesar dialami Dandra sebagai pemilik bangunan terbuka yang berisi satu tempat tidur, tetapi sebenarnya yang paling terdampak adalah Tirta. Tirta yang merupakan salah satu pengurus adat, itu masuk sebagai KK miskin. Karena sejumlah genteng beterbangan dan rumah gedeknya itu juga rawan ambruk, pihaknya telah meminta Lurah Pendem untuk membuatkan permohonan bantuan terhadap kerusakan dampak angin puting beliung tersebut.
“Sementara Pak Tirta tidak berani tinggal di rumahnya. Tetapi ada tempat tinggal lain di rumah keluarga adiknya yang berada di sebelah rumahnya,” kata Eko.
Sementara Lurah Pendem Wayan Putra Mahardika, menyatakan bangunan kantin SDN 1 Pendem yang tertimpa pohon roboh merusak hampir sebagian atap bangunan tersebut. Tetapi tiang bangunannya masih berdiri kokoh. Karena sebagian atap rusak, pengelola kantin pindah berjualan di emperan bangunan gudang sekolah setempat.
“Bangunan kantin itu sudah lama. Ada sekitar lima tahunan. Rusaknya bukan karena diterbangkan angin puting beliung, tetapi tertimpa pohon mangga yang roboh di sampingnya karena angin puting beliung dan hujan petang kemarin,” ujarnya. *ode
Komentar