Penelitian di Besakih, Mahasiswa STIKIP Kehujanan
Mahasiswa STKIP (Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan) Agama Hindu Amlapura melakukan penelitian menyasar 23 pura di Pura Besakih, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem.
AMLAPURA, NusaBali
Penelitian berlangsung selama dua hari, Sabtu (15/12) dan Minggu (16/12). Penelitian pertama mendata 18 pura dan hari kedua sebanyak 5 pura. Sebanyak 93 mahasiswa yang melakukan penelitian sempat kehujanan.
Ketua STKIP Agama Hindu Amlapura I Wayan Dwija didampingi Ketua Panitia I Komang Badra, dan dosen I Ketut Seken, menjelaskan tujuan penelitian mengajak mahasiswa mengenal lebih dekat seluruh pura di Pura Besakih. Terutama menyangkut sejarah pura, nama palinggih, Ida Bhatara yang berstana, pangempon, dan pamangku yang melayani umat.
Wayan Dwija menambahkan, Pura Besakih selain sebagai Pura Sad Kahyangan juga berfungsi sebagai Pura Rwa Bhineda, Pura Padma Bhuwana, Bhuta Hita, sebagai lambang pendakian spiritual, sebagai lambang penyatuan umat, dan sebagai sumber pengembangan budaya. “Kegiatan ini juga merupakan salah satu implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi,” jelas Wayan Dwija. Sebanyak 93 mahasiswa yang melakukan penelitian berasal dari semester V jurusan Agama sebanyak 19 mahasiswa, semester V jurusan bahasa Bali 51 mahasiswa, dan semester VII Jurusan Agama sebanyak 23 mahasiswa.
Hari pertama langsung menuju 18 pura yakni Pura Pesimpangan, Pura Dalem, Pura Manik Mas, Pura Bangun Sakti, Pura Ulun Kulkul, Pura Goa Raja, Pura Mrajan Selonding, Pura Rambut Sedana, Pura Mrajan Kawan, Pura Mrajan Kanginan, Pura Basukihan, Pura Catur Lawa Dukuh, Pura Batu Madeg, Pura Gelap, Pura Pande, Pura Pengubengan, Pura Tirtha Pingit, dan Pura Peninjoan. Hari kedua menuju 5 pura yakni Pura Pedharman Ratu Pasek, Pura Penyarikan, Pura Hyang Aluh, Pura Penataran Agung, dan Pura Kiduling Kreteg.
Sebelum melakukan penelitian dengan mengorek keterangan dari Jro Mangku, terlebih dahulu menggelar persembahyangan bersama. Semula rencananya jika cuaca terang, bisa tuntas melakukan penelitian dalam satu hari dari pagi hingga malam. Mengingat hari pertama setelah pukul 12.00 Wita, cuaca mendung disertai hujan, maka penelitian dihentikan dan makemit di Pura Pasucian. Secara umum, bertindak sebagai narasumber di Pura Besakih adalah Bendesa Pakraman Besakih Jro Mangku Widiartha, menjelaskan mengenai keberadaan pura. Di samping narasumber dari STKIP adalah I Ketut Seken, selaku dosen yang juga sebelumnya telah melakukan penelitian. “Setiap mahasiswa kami wajibkan melakukan penelitian di Pura Besakih, selanjutnya wajib menyusun laporan,” jelas Ketut Seken. *k16
Penelitian berlangsung selama dua hari, Sabtu (15/12) dan Minggu (16/12). Penelitian pertama mendata 18 pura dan hari kedua sebanyak 5 pura. Sebanyak 93 mahasiswa yang melakukan penelitian sempat kehujanan.
Ketua STKIP Agama Hindu Amlapura I Wayan Dwija didampingi Ketua Panitia I Komang Badra, dan dosen I Ketut Seken, menjelaskan tujuan penelitian mengajak mahasiswa mengenal lebih dekat seluruh pura di Pura Besakih. Terutama menyangkut sejarah pura, nama palinggih, Ida Bhatara yang berstana, pangempon, dan pamangku yang melayani umat.
Wayan Dwija menambahkan, Pura Besakih selain sebagai Pura Sad Kahyangan juga berfungsi sebagai Pura Rwa Bhineda, Pura Padma Bhuwana, Bhuta Hita, sebagai lambang pendakian spiritual, sebagai lambang penyatuan umat, dan sebagai sumber pengembangan budaya. “Kegiatan ini juga merupakan salah satu implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi,” jelas Wayan Dwija. Sebanyak 93 mahasiswa yang melakukan penelitian berasal dari semester V jurusan Agama sebanyak 19 mahasiswa, semester V jurusan bahasa Bali 51 mahasiswa, dan semester VII Jurusan Agama sebanyak 23 mahasiswa.
Hari pertama langsung menuju 18 pura yakni Pura Pesimpangan, Pura Dalem, Pura Manik Mas, Pura Bangun Sakti, Pura Ulun Kulkul, Pura Goa Raja, Pura Mrajan Selonding, Pura Rambut Sedana, Pura Mrajan Kawan, Pura Mrajan Kanginan, Pura Basukihan, Pura Catur Lawa Dukuh, Pura Batu Madeg, Pura Gelap, Pura Pande, Pura Pengubengan, Pura Tirtha Pingit, dan Pura Peninjoan. Hari kedua menuju 5 pura yakni Pura Pedharman Ratu Pasek, Pura Penyarikan, Pura Hyang Aluh, Pura Penataran Agung, dan Pura Kiduling Kreteg.
Sebelum melakukan penelitian dengan mengorek keterangan dari Jro Mangku, terlebih dahulu menggelar persembahyangan bersama. Semula rencananya jika cuaca terang, bisa tuntas melakukan penelitian dalam satu hari dari pagi hingga malam. Mengingat hari pertama setelah pukul 12.00 Wita, cuaca mendung disertai hujan, maka penelitian dihentikan dan makemit di Pura Pasucian. Secara umum, bertindak sebagai narasumber di Pura Besakih adalah Bendesa Pakraman Besakih Jro Mangku Widiartha, menjelaskan mengenai keberadaan pura. Di samping narasumber dari STKIP adalah I Ketut Seken, selaku dosen yang juga sebelumnya telah melakukan penelitian. “Setiap mahasiswa kami wajibkan melakukan penelitian di Pura Besakih, selanjutnya wajib menyusun laporan,” jelas Ketut Seken. *k16
Komentar