Kisah Penemuan Objek Wisata Baru di Klungkung Bali
Nyoman Kariasa mengaku kerap mendengar gemercik air dekat rumahnya, namun tidak menyangka bahwa keindahan alam tersembunyi tersebut telah ada sejak beratus tahun lamanya.
SEMARAPURA, NusaBali.com
Kini, masyarakat Desa Aan boleh berbangga. Pasalnya, desa kecil yang terletak sekitar 8 kilometer di utara Kota Semarapura ini telah memiliki sebuah objek wisata alam yang cukup mempesona. Penemuan besar itu diawali oleh keisengan Nyoman Kariasa atau akrab disapa Pak Dira yang terpanggil untuk menjelajahi tebing dan jurang di dekat sawah miliknya.
Pria asal Banjar Sala, Desa Aan, Banjarangkan, Klungkung ini tidak pernah bermimpi akan menemukan beberapa buah air terjun di antara tebing dan jurang yang telah lama dijadikan tempat pembuangan sampah rumah tangga, sampah bekas upacara, hingga bangkai binatang tersebut oleh masyarakat desa.
Berbekalkan kemauan yang keras, pria yang juga hobi bermain di alam dan pemerhati lingkungan ini pun nekat turun menerabas semak belukar bersama 4 orang kawannya.
“Tepatnya 9 Mei 2018, saya agak terpanggil untuk jalan-jalan karena saya sering mendengar gemercik suara air tapi tidak tahu lokasi jelasnya di mana. Iseng saya telusuri, ternyata tidak ada yang tahu di sana ada potensi yang luar biasa. Sembilan Mei menjelajahi, 15 Mei turun karena di antara tanggal itu ada upacara ngaben. Saya turun dengan tali dan tangga dengan 4 orang tim lainnya,” kisah Dira ketika ditemui di lokasi (17/12).
Yang ia tahu saat itu hanya turun tanpa tahu bagaimana caranya naik. Dira dan timnya terus menjelajahi lorong-lorong sempit bertemakan tebing hijau yang menjulang tinggi di kiri-kanan mereka.
“Ketika turun, saya tidak memikirkan jalan naik. Kami menemukan 1 air terjun, saya kaget, dengan ketinggian kira-kira 35 meter. Banyak sampah kayu, plastik, kain, sampah rumah tangga, pecahan botol, bangkai binatang, termasuk tawur caru Pura Dalem itu dibuang di sana. Kemudian kami berjalan lagi, ada spot bagus dan air terjun baru. Hingga saya temukan air terjun yang terakhir, saya nangis dan menyembah di sana karena merasa terharu. Terharu melihat kondisi alam yang bagus namun ditumpuk dengan sampah,” ungkap pensiunan pekerja pariwisata tersebut.
Pasca penemuan itu, penataan besar-besaran dilakukan Dira yang dibantu oleh sejumlah warga desa. Selain dirinya, dua orang lainnya juga berjasa dalam ekspedisi tersebut yang kemudian didaulat menjadi penemu, yakini Nyoman Astawa dan Anak Agung Putra, asal Banjar Sala juga. Setelah akses dibangun, tercetuslah ide untuk memberinya nama. Sempat terjadi 10 kali penggantian nama, dan akhirnya disepakatilah nama yang paling pas untuk objek ini adalah, Aan Secret Waterfall.
“Kenapa Aan Secret Waterfall? Karena selain berarti ‘rahasia’ juga berarti ‘tersembunyi dan sakral.’ Apa yang tersembunyi? Potensi alam yang sakral dan sejak lama tidak terjamah. Apa yang sakral? Nah itu, nilai spiritualnya. Secret itu sekarang sudah lumrah, banyak orang Indonesia yang sudah akrab dengan istilah ini, dan itu konotasinya nanti ke internasional. Supaya ada cerita,” sambungnya.
Sekitar 50 juta dana yang digelontorkan untuk pembangunan akses menuju objek wisata tersebut, yang terdiri dari swadaya masyarakat Banjar Sala dan dana pribadi Dira. Ia juga membangun sebagian lahan sawahnya yang seluas 1.5 hektar tersebut untuk dijadikan warung sederhana agar para tamu yang mampir dapat melepas penat dan dahaga.
Foto: Perkuat Amuniisi Stamina di Secret Warung sebelum Turun Menjelajahi Air Terjun - Dok. NusaBali.com
Sejak diketahui oleh khalayak, dalam sehari kunjungan turis lokal mau pun mancanegara bisa mencapai 250 orang. Dengan tiket masuk senilai Rp15.000 untuk turis mancanegara dan Rp10.000 bagi warga lokal, pengunjung akan dimanjakan dengan welcome drink berupa secangkir kopi/teh/arak dan sepotong kue khas Bali atau Laklak yang dimasak langsung dengan tungku dan kompor tradisional. Selain itu, mata juga akan dimanjakan dengan hamparan hijau sawah yang membentang di kiri-kanan Secret Warung.
Foto: Mata Terasa Sejuk Memandang Hamparan Hijau Ini - Dok. NusaBali.com
“Ketika pagi, pengunjung akan melihat sunrise dan sore akan melihat sunset,” pernyataan tersebut terdengar menggiurkan.
Soft opening telah dilakukan sejak 10-16 Desember 2018. Namun, akan ada grand opening yang akan mengundang Bupati Klungkung, pejabat kabupaten, kecamatan, serta agen-agen pariwisata.
“Grand opening rencananya akan dilaksanakan tidak jauh dari soft openingnya. Pertama, ditandai dengan pelepasan burung perkutut 20 ekor. Tujuannya adalah penyadaran masyarakat untuk melestarikan binatang. Kedua, ada pelepasan ikan hias di sekitar air terjun. Jadi, ada pembukaan dan pembelajaran tentang melestarikan alam, kalau kita tidak mau melestarikan siapa lagi?” tutup Dira diselingi tawa. *ph
1
Komentar