Galang Dukungan Lintas Etnis, Yakin Lolos ke DPR dalam Pileg 2019
Sebelum terpilih menjadi wakil rakyat di DPRD Provinsi Lampung, Komang Koheri sempat maju sebagai Calon Bupati Lampung Tengah dalam Pilkada 2005, dengan naik kendaraan PNIM
Komang Koheri, Putra Bali yang Dua Kali Periode Duduk di Fraksi PDIP DPRD Provinsi Lampung
JAKARTA, NusaBali
Tidak semua transmigran asal Bali di Lampung Tengah, Provinsi Lampung bekerja sebagai petani. Banyak juga dari mereka yang sukses sebagai politisi. Salah satunya, I Komang Koheri, 46, krama Bali perantauan yang kini menjadi anggota Fraksi PDIP DPRD Provinsi Lampung 2014-2019. Dalam Pileg 2019, Komang Koheri maju tarung berebut kursi DPR RI. Dia pun yakin lolos berkat dukungan lintas etnis yang digalangnya.
Komang Koheri merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara pasangan I Made Linteb dan Ni Made Sasih, pasutri transmigran asal Desa Kukuh, Kecamatan Kerambitan, Tabanan. Komang Koheroi yang juga dikenal sebagai pengusaha, lahir dan dibesarkan di Desa Rama Dewa, Kecamatan Seputih Raman, Kabupaten Lampung Tengah, Lampung.
Sebagai wakil rakyat di DPRD Lampung, Komang Koheri sempat kunjungan kerja (Kunker) Kementerian Pertanian di Jakarta Selatan, dua pekan lalu. Komang Koheri Kunker bersama rekan-rekannya dari Komisi II DPRD Lampung (yang membidangi tentang pertanian).
Kedatangan Komang Koheri bersama Komisi II DPRD Lampung ke Jakarta dalam rangka menanyakan mengenai Dana Alokasi Khusus (DAK) 2018-2019 untuk pertanian Provinsi Lampung. Usai Kunker ke Kementerian Pertanian, Komang Koheri bertemu kakak kedua dan ketiganya yang tinggal di Jakarta. Kakak ketiganya, I Nyoman Adi Peri, merupakan seorang pengacara di ibukota.
Saat Komang Koheri bertemu kakak ketiganya di wilayah Mangga Besar, Jakarta Pusat itulah NusaBali sempat berbincang dengan politisi PDIP kelahiran 25 November 1972 ini. Komang Koheri mengisahkan, dirinya terpilih menjadi wakil rakyat Lampung Tengah di DPRD Lampung setelah menapaki perjuangan dari bawah. “Sebelumnya saya adalah pengusaha, kemudian berkiprah di politik dan terpilih menjadi anggota Fraksi PDIP DPRD Lampung,” kenang Komang Koheri.
Menurut Koheri, dirinya menekuni dunia usaha sejak duduk di bangku perguruan tinggi. Sambil kuliah di Jurusan Managemen STIE Lampung, Koheri berdagang beras. Sebagai pedagang, tentu saja dia pernah mengalami pahit dan getir berbisnis. “Sya pernah mengalami kerugian saat biaya mengolah gabah menjadi beras lebih mahal ketimbang harga jual berasnya,” jelas Koheri.
Namun, semangat Koheri untuk terus menekuni dunia usaha tidak sampai surut. Dia sadar kemampuan akademiknya tidak terlalu bagus, sehingga tak berniat melamar pekerjaan di perusahaan. Sebab, bila melamar pekerjaan, pasti yang dilihat nilai akademik dulu ketimbang skill. Nah, dengan nilai akademik yang tidak bagus, Koheri kemudian pilih berwiraswasta. Selain menjual beras, dia juga menjual hasil perkebunan seperti sawit dan karet, serta merambah ke properti dan kontraktor.
Koheri selanjutnya mendirikan Koperasi Tri Darma, yang menjadi cikal bakal terbentuknya Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Tara tahun 1999. Nama BPR Tara dia ambil dari singkatan nama panggilan kedua anaknya, Luh Tasya Saraswati alias Tasya dan Komang Raja Seva Mayday alias Raja.
Menurut Koheri, dirinya mendirikan BPR Tara demi membantu masyarakat setempat agar tidak terjerat rentenir. “Saya membentuk BPR karena banyak orang kampung meminjam uang dari rentenir. Ini tentu sangat memberatkan. Oleh karena itu, saya mempertemukan orang yang punya uang dengan yang ingin meminjam di BPR,” beber Koheri.
Melalui BPR Tara yang didirikannya, Koheri ingin membangun daerah kelahirannya. Agar bisa berkontribusi lebih luas lagi dalam membangun daerahnya, Koheri lalu terjun ke politik prtaktis. Dia mengawali kiprahnya sebagai Ketua DPC PNI Marhaenisme Lampung Tengah, lantaran senang dengan ajaran Marhaen dan Tri Sakti Bung Karno.
Dalam Pileg 2004, suami dari Ni Ketut Dewi Nadi ini mencalonkan diri menjadi anggota DPRD Lampung Tengah dengan kendaraan PNIM. Sayang, upayanya gagal. Meski begitu, Koheri tidak patah arang. Setahun kemudian, Koheri yang kala itu baru berusia 33 tahun justru nekat mencalonkan diri sebagai Calon Bupati Lampung Tengah, dengan naik kendaraan PNIM bersama mitra koalisi. Namun, lagi-lagi Koheri kalah tarung.
Setahun pasca Pilkada Lampung Tengah 2005, Koheri pilih lompat pagar gabung ke PDIP. Nah, melalui PDIP, Koheri kembali maju sebagai caleg DPRD Provinsi Lampung Dapil Lampung Selatan dalam Pileg 2009. Ternyata, perjuangannya berhasil, karena Koheri lolos ke kursi DPRD Lampung 2009-2014. Bahkan, Koheri selaku incumbent kembali ke kursi DPRD Lampung 2014-2019 melalui Pileg 2014.
Setelah dua kali periode duduk di DPRD Lampung, Komang Koheri kin ditugasi PDIP maju berebut kursi DPR RI Dapil Lampung II dalam Pileg 2019 mendatang. Koheri optimistis bisa melenggang ke Senayan, lantaran sudah memiliki basis massa tersendiri tanpa hanya mengandalkan suara dukungan dari transmigrans asal Bali. Dia rangkul pemilih berbagai latar belakang etnis melalui komunitas Paguyuban Bali-Lampung yang dibentuknya.
Koheri menyebutkan, dirinya merupakan satu-satunya krama Bali perantauan di Lampung yang maju berebut kursi DPR RI dalam Pileg 2019 mendatang. Menurut Koheri, sebetulnya ada 5 putra Bali perantauan yang duduk di DPRD Lampung saat ini. Namun, hanya Koheri yang maju berebut kursi ke Senayan. Karenanya, kans Koheri untuk terpilih menjadi lebih besar, karena krama Bali perantuan di Lam-pung praktis hanya punya satu pilihan.
“Jika orang-orang Bali di Lapung kompak, mereka bisa menaikkan saya ke pusat. Mohon dukungan dan doa restu dari masyarakat Bali yang berada di Lampung maupun di Bali, agar ada orang keturunan Bali masuk DPR RI dari Dapil Lampung,” jelas Koheri yang juga pengurus Yayasan Pendidikan TK, SMP, dan SMK Bangun Cipta.
Komang Koheri sendiri lahir dan besar di Lampung Tengah karena ayahnya, I Made Linteb transmigrasi ke sana tahun 1952 ketika masih duduk di bangku Kelas II SMA. Sang ayah pergi ke Lampung karena ingin mengubah nasib dan berharap besar agar keturunannya kelak lebih maju.
Di Lampung Tengah, ayah Koheri dipercaya sebagai kepala desa. Selain itu, Made Linteb juga berprofesi sebagai petani dengan berkebun cengkeh dan beternak babi. Di sanalah Made Linteb bertemu Ni Made Sasih, perempuan asal Banjar Wani, Desa/Kecamatan Kerambitan, Tabanan yang kemudian menjadi istrinya, hingga melahirkan Komang Koheri. *k22
JAKARTA, NusaBali
Tidak semua transmigran asal Bali di Lampung Tengah, Provinsi Lampung bekerja sebagai petani. Banyak juga dari mereka yang sukses sebagai politisi. Salah satunya, I Komang Koheri, 46, krama Bali perantauan yang kini menjadi anggota Fraksi PDIP DPRD Provinsi Lampung 2014-2019. Dalam Pileg 2019, Komang Koheri maju tarung berebut kursi DPR RI. Dia pun yakin lolos berkat dukungan lintas etnis yang digalangnya.
Komang Koheri merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara pasangan I Made Linteb dan Ni Made Sasih, pasutri transmigran asal Desa Kukuh, Kecamatan Kerambitan, Tabanan. Komang Koheroi yang juga dikenal sebagai pengusaha, lahir dan dibesarkan di Desa Rama Dewa, Kecamatan Seputih Raman, Kabupaten Lampung Tengah, Lampung.
Sebagai wakil rakyat di DPRD Lampung, Komang Koheri sempat kunjungan kerja (Kunker) Kementerian Pertanian di Jakarta Selatan, dua pekan lalu. Komang Koheri Kunker bersama rekan-rekannya dari Komisi II DPRD Lampung (yang membidangi tentang pertanian).
Kedatangan Komang Koheri bersama Komisi II DPRD Lampung ke Jakarta dalam rangka menanyakan mengenai Dana Alokasi Khusus (DAK) 2018-2019 untuk pertanian Provinsi Lampung. Usai Kunker ke Kementerian Pertanian, Komang Koheri bertemu kakak kedua dan ketiganya yang tinggal di Jakarta. Kakak ketiganya, I Nyoman Adi Peri, merupakan seorang pengacara di ibukota.
Saat Komang Koheri bertemu kakak ketiganya di wilayah Mangga Besar, Jakarta Pusat itulah NusaBali sempat berbincang dengan politisi PDIP kelahiran 25 November 1972 ini. Komang Koheri mengisahkan, dirinya terpilih menjadi wakil rakyat Lampung Tengah di DPRD Lampung setelah menapaki perjuangan dari bawah. “Sebelumnya saya adalah pengusaha, kemudian berkiprah di politik dan terpilih menjadi anggota Fraksi PDIP DPRD Lampung,” kenang Komang Koheri.
Menurut Koheri, dirinya menekuni dunia usaha sejak duduk di bangku perguruan tinggi. Sambil kuliah di Jurusan Managemen STIE Lampung, Koheri berdagang beras. Sebagai pedagang, tentu saja dia pernah mengalami pahit dan getir berbisnis. “Sya pernah mengalami kerugian saat biaya mengolah gabah menjadi beras lebih mahal ketimbang harga jual berasnya,” jelas Koheri.
Namun, semangat Koheri untuk terus menekuni dunia usaha tidak sampai surut. Dia sadar kemampuan akademiknya tidak terlalu bagus, sehingga tak berniat melamar pekerjaan di perusahaan. Sebab, bila melamar pekerjaan, pasti yang dilihat nilai akademik dulu ketimbang skill. Nah, dengan nilai akademik yang tidak bagus, Koheri kemudian pilih berwiraswasta. Selain menjual beras, dia juga menjual hasil perkebunan seperti sawit dan karet, serta merambah ke properti dan kontraktor.
Koheri selanjutnya mendirikan Koperasi Tri Darma, yang menjadi cikal bakal terbentuknya Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Tara tahun 1999. Nama BPR Tara dia ambil dari singkatan nama panggilan kedua anaknya, Luh Tasya Saraswati alias Tasya dan Komang Raja Seva Mayday alias Raja.
Menurut Koheri, dirinya mendirikan BPR Tara demi membantu masyarakat setempat agar tidak terjerat rentenir. “Saya membentuk BPR karena banyak orang kampung meminjam uang dari rentenir. Ini tentu sangat memberatkan. Oleh karena itu, saya mempertemukan orang yang punya uang dengan yang ingin meminjam di BPR,” beber Koheri.
Melalui BPR Tara yang didirikannya, Koheri ingin membangun daerah kelahirannya. Agar bisa berkontribusi lebih luas lagi dalam membangun daerahnya, Koheri lalu terjun ke politik prtaktis. Dia mengawali kiprahnya sebagai Ketua DPC PNI Marhaenisme Lampung Tengah, lantaran senang dengan ajaran Marhaen dan Tri Sakti Bung Karno.
Dalam Pileg 2004, suami dari Ni Ketut Dewi Nadi ini mencalonkan diri menjadi anggota DPRD Lampung Tengah dengan kendaraan PNIM. Sayang, upayanya gagal. Meski begitu, Koheri tidak patah arang. Setahun kemudian, Koheri yang kala itu baru berusia 33 tahun justru nekat mencalonkan diri sebagai Calon Bupati Lampung Tengah, dengan naik kendaraan PNIM bersama mitra koalisi. Namun, lagi-lagi Koheri kalah tarung.
Setahun pasca Pilkada Lampung Tengah 2005, Koheri pilih lompat pagar gabung ke PDIP. Nah, melalui PDIP, Koheri kembali maju sebagai caleg DPRD Provinsi Lampung Dapil Lampung Selatan dalam Pileg 2009. Ternyata, perjuangannya berhasil, karena Koheri lolos ke kursi DPRD Lampung 2009-2014. Bahkan, Koheri selaku incumbent kembali ke kursi DPRD Lampung 2014-2019 melalui Pileg 2014.
Setelah dua kali periode duduk di DPRD Lampung, Komang Koheri kin ditugasi PDIP maju berebut kursi DPR RI Dapil Lampung II dalam Pileg 2019 mendatang. Koheri optimistis bisa melenggang ke Senayan, lantaran sudah memiliki basis massa tersendiri tanpa hanya mengandalkan suara dukungan dari transmigrans asal Bali. Dia rangkul pemilih berbagai latar belakang etnis melalui komunitas Paguyuban Bali-Lampung yang dibentuknya.
Koheri menyebutkan, dirinya merupakan satu-satunya krama Bali perantauan di Lampung yang maju berebut kursi DPR RI dalam Pileg 2019 mendatang. Menurut Koheri, sebetulnya ada 5 putra Bali perantauan yang duduk di DPRD Lampung saat ini. Namun, hanya Koheri yang maju berebut kursi ke Senayan. Karenanya, kans Koheri untuk terpilih menjadi lebih besar, karena krama Bali perantuan di Lam-pung praktis hanya punya satu pilihan.
“Jika orang-orang Bali di Lapung kompak, mereka bisa menaikkan saya ke pusat. Mohon dukungan dan doa restu dari masyarakat Bali yang berada di Lampung maupun di Bali, agar ada orang keturunan Bali masuk DPR RI dari Dapil Lampung,” jelas Koheri yang juga pengurus Yayasan Pendidikan TK, SMP, dan SMK Bangun Cipta.
Komang Koheri sendiri lahir dan besar di Lampung Tengah karena ayahnya, I Made Linteb transmigrasi ke sana tahun 1952 ketika masih duduk di bangku Kelas II SMA. Sang ayah pergi ke Lampung karena ingin mengubah nasib dan berharap besar agar keturunannya kelak lebih maju.
Di Lampung Tengah, ayah Koheri dipercaya sebagai kepala desa. Selain itu, Made Linteb juga berprofesi sebagai petani dengan berkebun cengkeh dan beternak babi. Di sanalah Made Linteb bertemu Ni Made Sasih, perempuan asal Banjar Wani, Desa/Kecamatan Kerambitan, Tabanan yang kemudian menjadi istrinya, hingga melahirkan Komang Koheri. *k22
1
Komentar