Hidup Transmigran Sudah Berkecukupan
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Tabanan dengan instansi terkait melakukan pemantuan ke lokasi trans.
TABANAN, NusaBali
Langkah ini untuk mengecek warga Tabanan yang transmigrasi tahun 2017. Di antaranya, transmigram di Desa Tongauna, Kecamatan Uessi, Kabupaten Kolaka Timur, Provinsi Sulawesi Tengah. Dari hasil pantau itu, kondisi kehidupan para transmigran sudah berkecukupan dan sedang disibukkan memanen palawija.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Tabanan I Putu Santika didampingi Kepala Seksi Transmigrasi Tabanan, I Gede Eka Nanda Hartika menuturkan, pemantauan itu pada 9 Desember 2018 ke Desa Tongauna, Kecamatan Uessi, Kabupaten Kolaka Timur, Sulawesi Tengah. ‘’Dimana ada empat warga Tabanan tahun 2017 yang transmigrasi yang keseluruhan berasal dari Kecamatan Kediri,’’ ungkapnya, Kamis (20/12).
Dikatakan, meski jauh dari pusat keramaian, warga Bali yang transmigrasi sudah hidup berkecukupan. Dari tanah yang diberikan masing-masing 1 hektare per kepala keluarga, sudah bisa diolah. Mereka sudah bisa menanam palawija berupa pepaya dan buah naga. "Sedangkan lahan untuk dijadikan sawah belum bisa tergarap karena saluran irigasi belum kelar," imbuhnya.
Jelas Santika, karena ladang mereka telah ditanam palawija, saat ini para transmigran asal Tabanan sedang disibukkan panen buah seperti buah naga dan buah pepaya california. Hasilnya mereka jual ke pasar dengan jarak sekitar 20 menit dari rumah mereka. Bahkan ada yang ingin membeli dilokasi hasil panen mereka, hanya saja agar bisa memperoleh sedikit keuntungan. Para transmigran memilih jual sendiri ke kota dengan menggunakan bak motor yang dibawa dari Bali. "Untuk hasilnya sangat bagus, karena tanah disana sangat subur sehingga bercocok tanam apapun bisa," tegas Santika.
Selain Palawija, kata Santika, ada pula yang tanam Nilam sebagai bahan baku dari minyak wangi. Kalau nilai ekonomis Nilam di daerah Sulawesi Tengah memang sangat mahal, harganya per liter dijual seharga Rp 350.000 – Rp 500.000. Hanya saja karena lahan para transmigran baru mulai dilakukan penggarapan pantang ditanam Nilam, disamping belum ada akses pupuk bersubsidi. Sebab sekali tanam nilam kesuburan tanah akan terkuras. "Kecuali kalau penataan sudah bagus, dan ada akses pupuk bersubsisi ke Desa Tongauna petani kemungkinan akan tanam Nilam karena nilai eknomisnya tinggi," beber Santika.
Santika berharap para transmigran yang sudah memutuskan untuk transmigrasi agar selalu bekerja dengan tekun mengolah tanah yang telah diberikan. Dari penilaiannya, empat warga yang transmigrasi ke Desa Tongauna, kehidupannya makin bagus. "Kalau tahun 2018, kami di Tabanan tidak kirim transmigran. Karena kuota tidak diberikan pemerintah, kuota hanya diberikan di Karangasem," tandasnya.*de
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Tabanan I Putu Santika didampingi Kepala Seksi Transmigrasi Tabanan, I Gede Eka Nanda Hartika menuturkan, pemantauan itu pada 9 Desember 2018 ke Desa Tongauna, Kecamatan Uessi, Kabupaten Kolaka Timur, Sulawesi Tengah. ‘’Dimana ada empat warga Tabanan tahun 2017 yang transmigrasi yang keseluruhan berasal dari Kecamatan Kediri,’’ ungkapnya, Kamis (20/12).
Dikatakan, meski jauh dari pusat keramaian, warga Bali yang transmigrasi sudah hidup berkecukupan. Dari tanah yang diberikan masing-masing 1 hektare per kepala keluarga, sudah bisa diolah. Mereka sudah bisa menanam palawija berupa pepaya dan buah naga. "Sedangkan lahan untuk dijadikan sawah belum bisa tergarap karena saluran irigasi belum kelar," imbuhnya.
Jelas Santika, karena ladang mereka telah ditanam palawija, saat ini para transmigran asal Tabanan sedang disibukkan panen buah seperti buah naga dan buah pepaya california. Hasilnya mereka jual ke pasar dengan jarak sekitar 20 menit dari rumah mereka. Bahkan ada yang ingin membeli dilokasi hasil panen mereka, hanya saja agar bisa memperoleh sedikit keuntungan. Para transmigran memilih jual sendiri ke kota dengan menggunakan bak motor yang dibawa dari Bali. "Untuk hasilnya sangat bagus, karena tanah disana sangat subur sehingga bercocok tanam apapun bisa," tegas Santika.
Selain Palawija, kata Santika, ada pula yang tanam Nilam sebagai bahan baku dari minyak wangi. Kalau nilai ekonomis Nilam di daerah Sulawesi Tengah memang sangat mahal, harganya per liter dijual seharga Rp 350.000 – Rp 500.000. Hanya saja karena lahan para transmigran baru mulai dilakukan penggarapan pantang ditanam Nilam, disamping belum ada akses pupuk bersubsidi. Sebab sekali tanam nilam kesuburan tanah akan terkuras. "Kecuali kalau penataan sudah bagus, dan ada akses pupuk bersubsisi ke Desa Tongauna petani kemungkinan akan tanam Nilam karena nilai eknomisnya tinggi," beber Santika.
Santika berharap para transmigran yang sudah memutuskan untuk transmigrasi agar selalu bekerja dengan tekun mengolah tanah yang telah diberikan. Dari penilaiannya, empat warga yang transmigrasi ke Desa Tongauna, kehidupannya makin bagus. "Kalau tahun 2018, kami di Tabanan tidak kirim transmigran. Karena kuota tidak diberikan pemerintah, kuota hanya diberikan di Karangasem," tandasnya.*de
Komentar