Ketua Dewan Ancam Tutup Pelabuhan Gilimanuk
Marah melihat kondisi abrasi yang tak tertangani, Ketua DPRD Jembrana, I Ketut Sugiasa, berikan deadline selama satu bulan untuk realisasikan senderan pengaman Pura Segara.
NEGARA, NusaBali
Sudah sering diingatkan, pihak ASDP Ketapang-Gilimanuk masih tutup mata soal abrasi senderan Pura Segara Gilimanuk yang berlokasi di utara Dermaga LCM Pelabuhan Gilimanuk, Kecamatan Melaya, Jembrana. Pura kian terancam oleh abrasi yang diduga imbas aktivitas pengusaha kapal di jalur penyeberangan Selat Bali itu.
Ketua DPRD Jembrana, I Ketut Sugiasa, marah melihat kondisi abrasi yang tak tertangani. Sugiasa didampingi Komisi C DPRD Jembrana, I Nyoman Renteb, Camat Melaya, Putu Eka Suarnama, Lurah Gilimanuk, Gede Ngurah Widiada, serta Bendesa Gilimanuk Ketut Galung, sidak ke lokasi, Selasa (22/9). Sugiasa yang diterima Bagian Operasional ASDP Gilimanuk, I Made Jana, serta sejumlah staf ASDP Gilimanuk melontarkan kekecewaannya.
ASDP yang notabene bagian dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini dituding tidak peduli ancaman abrasi. Sejak rusak beberapa tahun lalu, Dewan sudah empat kali melakukan sidak, dan meminta perbaikan. Namun kenyataannya, belum juga ada realisasinya. “Ini persoalannya bukan karena alam, tapi karena ASDP yang cari makan di sini. Jadi tolonglah lebih peduli dan bertanggungjawab terhadap alam dan lingkungan sekitar. Jangan hanya mencari keuntungan saja,” teriak Sugiasa.
Berbagai alasan yang sempat diterima juga dinilai tidak masuk akal. Saat Dewan turun pertama dan kedua, pihak ASDP Gilimanuk berjanji akan segera mencari solusi. Saat kedatangan ketiga, malah mendapat jawaban harus ada pengajuan proposal dari pihak Bendesa setempat. “Mana benar kalau Bendesa yang mengajukan proposal, karena yang merusak kan aktivitas di sini. Ingat ini ada kawasan Pura dan kalian yang merusak. Sampai kapan ini akan dibiarkan,” ujar Sugiasa.
Menurut Sugiasa, tanggungjawab untuk memperbaiki senderan Pura tersebut, tidak seberapa dibanding keuntungan miliaran rupiah dari 48 kapal yang beroperasi di Selat Bali. Estimasi per kapal mengeluarkan bantuan 10 truk batu armor, diyakini sudah cukup mengamankan keberadaan Pura. “Apa artinya duit hanya Rp 10 juta sampai Rp 13 juta untuk bertanggungjawab dengan alam. Masalahnya ini adalah memang tanggungjawab, , lain urusan kalau memang alam yang merusak, kita bisa ajukan ke Balai,” imbuhnya.
Apapun alasannya, Sugiasa berikan deadline selama sebulan, agar senderan pengaman Pura segera terealiasi. Diharuskan juga menggunakan batu armor, sehingga lebih tahan lama secara teknis. Jika dalam waktu sebulan tidak diperbaiki, Sugiasa mengancam akan mengerahkan ribuan masyarakat untuk menutup Pelabuhan Gilimanuk. Apalagi selama ini masyarakat sudah mempertanyakan tanggungjawab atas kerusakan yang mengancam Pura Segara. “Saya tidak main-main. Kalau nanti sebulan belum ada perbaikan, saya akan kerahkan massa, biar ditutup saja Pelabuhan Gilimanuk. Jangan sampai main-main begini. Nanti akan kita cek lagi ke sini,” tegasnya.
Di perbaikan senderan, Sugiasa juga sempat menyoroti masalah tali kapal yang berserakan di seputaran Pura Segara. Diakui jika tali kapal tersebut, biasa digunakan untuk alas ramdoor kapal yang juga merusak senderan tersebut. Diminta, agar tali kapal yang terkesan sebagai limbah itu tidak ada lagi berserakan di sekitar lokasi Pura Segara.
Sementara dari Bagian Operasional ASDP Gilimanuk, I Made Jana, mengaku tidak bisa membuat keputusan. Manager Usaha ASDP Gilimanuk, Wahyudi Susianto, juga sedang berada di Pelabuhan Ketapang. Namun ia memastikan akan menyampaikan ke pimpinan induk di Ketapang. “Saya tidak bisa menjanjikan. Tapi kita pasti akan sampaikan masalah ini,” katanya.
Komentar